My lovely son

Oleh NindyKornelia


“Halo din” sasha langsung mengangkat telepon saat dia melihat nama dinda dilayar ponselnya. “iyaa, ntar gue ke toko kok. Tapi mau jemput bimo dulu. See you later hon”.

Sasha meletakan kembali ponselnya diatas meja rias. Dia lalu mengambil handuk dan bergegas kekamar mandi. Sekarang sudah jam 09.00, dia harus sampai disekolah bimo sebelum jam 10.00. Dia tidak mau bimo menunggu terlalu lama disekolah.

Masha selika, biasa dipanggil sasha adalah wanita berumur 25 tahun dan memiliki seorang putra bernama bimo abiputra yang berumur 5 tahun. Shasha hanya memiliki bimo didalam hidupnya, pasalnya sebagai anak tunggal dia harus mengikhlaskan kedua orang tuanya meninggal dalam sebuah kecelakaan tragis saat dia sedang hamil.

Kejadian itu merupakan hal terberat dalam hidupnya, dia yang masih berumur 20 tahun dan dalam keadaan hamil tanpa suami yang mendampinginya harus bisa mengikhlaskan kepergian kedua orang tuanya. Ya, dia hamil tanpa suami. Dia bahkan tidak tau dimana pria pengecut yang telah menghamilinya itu sekarang berada.

Beruntung dia memiliki sahabat seperti dinda, dinda selalu berada disisinya dalam kondisi apapun. Dinda bahkan tidak menghakiminya saat dia melakukan kesalahan fatal yang menghadirkan bimo didalam hidupnya. Dinda membantunya melewati masa-masa sulit serta membesarkan bimo. Ya, kalau tidak ada dinda entah apa yang akan terjadi.

Shasha memakirkan mobilnya didepan sekolah bimo, dia melihat bimo sedang bermain ayunan. Pastilah anaknya itu merasa bosan menunggunya.

“bimbimmm” sasha melambaikan tangannya kearah bimo.

“bundaaaaaa” bimo senyum sumringah dan berlari kearah sasha. Dia lalu memeluk sasha dan mencium pipinya. Bimo memang selalu menciumnya, alasannya karena anak itu menyayangi ibunya.

“bimbimnya bunda bau acem nii” sasha mencium anaknya kemudian menutup hidungnya. Dia lalu membuka pintu mobil kemudian mendudukan bimo di bangku sebelah kemudi.

“bimbim ga acem bun” bimo memberengut dibangkunya. Anak itu memang tidak suka dibilang bau ataupun jelek. Walaupun baru berumur 5 tahun, anak itu sangat sadar akan ketampanan wajahnya. Dia bahkan selalu protes jika sasha membelikan pakaian yang tidak modis. Astaga ! bocah itu benar-benar menggemaskan.

“baiklaaah, bimbimnya bunda yang paling wangi dan yang paling tampan” sasha mengacak pelan rambut bimo dengan sayang. Dia sangat menyayangi anak satu-satunya itu. Dia akan selalu berusaha memberikan yang terbaik buat anaknya. Walaupun dia merasa dia bukan ibu yang baik buat bimo, dia bahkan belum mengatakan siapa ayah bimo yang sebenarnya. Dia tidak ingin bimo tau kalau ayahnya tidak menginginkan kehadirannya. Aaaah memikirkan hal itu membuat dadanya sesak.

“Bunda, bunda kenapa sedih ? Bunda sedih karena bimbim ?” Bimo melihat kesedihan diwajah ibunya. Bimo yang masih sangat kecil beranggapan ibunya sedih karena sikapnya tadi.

“bunda gak sedih sayang. Bunda sayang banget sama bimbim” sasha mencium anaknya.

“bimbim juga sayang banget sama bunda”. Bimo menarik pelan tangan sasha sehingga posisi sasha miring kearah bimo lalu bimo mencium pipi sasha.

Sasha mengendarai mobilnya menuju toko kue miliknya. Ya, sejak orang tuanya meninggal sasha mau tidak mau harus siap melanjutkan hidupnya. Dia juga harus memikirkan masa depan bimo nantinya. Makanya dia memutuskan untuk menjual rumah peninggalan kedua orang tuanya yang lumayan besar dan mencari rumah yang lebih kecil untuk ditinggalinya. Sisa uangnya digunakan untuk membuka sebuah toko kue. Walaupun toko kuenya tidak terlalu besar namun lebih dari cukup untuk membiayai kehidupannya bersama bimo. Sasha bahkan memiliki beberapa karyawan ditokonya.

“mamiii indaaaaaa” bimo langsung berlari menuju dinda yang lagi sibuk dibelakang meja kasir. Bimo memang sangat dekat dengan dinda. Dia bahkan memanggilnya dengan sebutan mami, tentu saja itu atas suruhan dinda sendiri.

“heii anak mamii. Kiss mami dulu dong” dinda mensejajarkan tingginya dengan bimo sambil menepuk-nepukan jari telunjuknya di pipinya. Bimo yang mengerti apa yang diinginkan dinda pun langsung mencium pipi dinda. “ Bunda mana bim ?” tanya dinda yang melihat bimo datang sendiri.

“Bunda lagi parkirin mobil mii. Tadi bimbim minta turun duluan” bimo menjawab sambil tersenyum lebar. Dinda lalu membawa bimo ke salah satu meja yang ada ditoko dan mendudukan bimo dikursi.

“gitu yaa kalo udah ketemu maminya, bunda ampe dilupain gini” Sasha yang baru masuk langsung menghampiri bimo dan pura-pura ngambek.

“Habis bunda lama siiih, bimbim kan laperr bunn” Bimo berbicara dengan polosnya.

“Bentar ya sayang, mami ambilin brownis kesukaan bimbim dulu” Bimo memang sangat menyukai brownis. Setiap pulang sekolah dia akan selalu memakan brownis dulu. Setelah itu barulah dia mau makan nasi. Pernah suatu ketika saat brownis habis, bimo ngambek seharian, dia tidak mau dibujuk siapapun, dia bahkan mogok makan sampai mendapatkan brownis kesukaannya.. Anak itu benar-benar ajaib.

“Tadi disekolah belajar apa sayang ?” Sembari menunggu brownis datang sasha menanyakan apa saja yang dipelajari oleh anaknya itu disekolah. Pertanyaan yang tidak pernah dilupakannya, dia selalu bahagia saat anaknya menceritakan kegiatannya disekolah. Apalagi melihat bagaimana antusiasnya bimo bercerita sambil tertawa lebar jika ada hal lucu yang dialaminya. Sasha bahkan rela menukar apapun demi kebahagiaan bimo.

“Tadi ibu guru menyuruh kami semua menggambar bun, bimbim senang sekali disuruh menggambar” seperti biasa bimo bercerita dengan antusiasnya.

“oh yaa, terus bimbim menggambar apa ?” tanya sasha lagi.

Bimo membuka tasnya dan mengambil buku gambar lalu menunjukan apa yang telah digambarnya. “bimbim gambar ini bun. Ini gambar bunda, ini bimbim dan ini ayah”. Bimo menunjuk satu persatu gambar seorang wanita, seorang anak kecil dan seorang pria yang saling bergandengan tangan.
Sasha merasa sesuatu yang besar sedang menghantam dadanya, rasanya sangat menyesakkan. Ini memang bukan pertama kalinya bimo membahas soal ayahnya, namun sasha tidak pernah menyangka jika anaknya itu akan menggambar sebuah potret keluarga bahagia seperti itu. Sejujurnya, sasha juga menginginkan sosok suami didalam hidupnya. Dia ingin bimo mendapatkan kasih sayang lengkap dari kedua orang tuanya. Tapi sayangnya, ayah bimo terlalu pengecut dan tidak bertanggung jawab.

“Waaah, gambar anak bunda bagus sekali” sasha mencoba menutupi kesedihannya walaupun suaranya yang serak sangat terdengar jelas oleh bimo. Jika tidak sedang bersama bimo mungkin sasha sudah menangis sejadi-jadinya. Ya Tuhan, bagaimana bisa dia menjelaskan semuanya kepada bimo.

“Suara bunda kenapa jadi gitu ? Bunda nangis ?” tanya bimo yang tidak sengaja melihat setetes air mata sasha yang jatuh dipipinya. Bimo lalu turun dari kursinya dan langsung memeluk sasha. “Jangan nangis bunda, maafin bimbim ya bun. Bimbim ga akan menggambar lagi kalau hanya bikin bunda sedih”.

“Bunda ga nangis sedih kok nak, bunda nangis bahagia melihat jagoan bunda pinter ngegambarnya” sasha terpaksa berbohong kepada bimo. Dia tidak ingin menghancurkan hati anaknya itu. Biarlah bimo seperti ini dan menganggap ayahnya lagi berada diluar negeri. Ya, setiap kali bimo bertanya dimana ayahnya sasha selalu menjawab kalau ayahnya berada diluar negeri untuk mencari uang yang banyak buat mereka. Beruntunglah selama ini bimo percaya dan tidak bertanya banyak hal lagi. Lagipula setiap tahun saat bimo berulang tahun sasha selalu mengirim sebuah kado kepada bimo disertai sepucuk surat dan mengatakan kalau itu adalah kado dari ayahnya.

“Ada apa ini ? Kenapa kalian berpelukan gini ?” tanya dinda dengan sepiring bownis ditangannya. Dinda yang baru datang merasa heran dengan wajah sasha yang jelas sekali sedang memaksakan senyumnya.

“yeeeiiii. Bownisnya udah dateng” Bimo kembali duduk dikursi yang tadi didudukinya. Dia melupakan begitu saja apa yang tadi dibahasnya dengan bundanya. Dia bahkan mulai sibuk memakan brownis kesukaannya.

“Kenapa?” Dinda berbicara tanpa suara. Dia tidak ingin mengganggu bimo yang sedang menikmati brownisnya.

Sasha tidak mampu untuk mengatakannya kepada dinda. Dia hanya memberi isyarat kepada dinda dengan dagunya. Dia mengarahkan dagunya kearah buku gambar yang masih menampakan potret keluarga bahagia itu.

Dinda lalu mengalihkan penglihatannya kearah yang diberitahu oleh sasha. Dia melihat gambar itu dengan tatapan sendu. Ya Tuhan, kasian sekali bimo. Diusianya yang sekarang bimo harusnya menghabiskan banyak waktu bermain dengan ayahnya. Dia tidak bisa membayangkan apa yang terjadi jika bimo sudah mulai dewasa nantinya. Tidak mungkin sasha selalu mengatakan jika ayahnya sedang bekerja diluar negeri.

Dinda mengelus tangan sasha sekilas seolah sedang memberikan kekuatan kepadanya. Dinda amat sangat tau bagaimana perasaan sasha sekarang. Ibu mana yang tidak hancur hatinya saat melihat buah hatinya tumbuh besar tanpa kasih sayang seorang ayah. Andai saja sasha tau dimana pria itu sekarang.

Sasha memaksakan seulas senyum tipis diwajahnya, dia menganggukan kepalanya kearah dinda. Dia sangat bersyukur memiliki dinda di dalam hidupnya. Dinda bahkan rela melepaskan pekerjaannya dan memilih bekerja ditoko sasha. Dia tidak pernah meninggalkan sasha dalam kondisi apapun. Bahkan dia juga lah yang menggagalkan rencana bunuh diri sasha.

“Mamiiii, hari ini papi main kesini gak ?” tanya bimo kepada dinda disela-sela kunyahannya. Papi yang ditanyakan oleh bimo adalah kekasihnya dinda yang bernama dion. Dinda sudah lama menjalin hubungan dengan dion. Dion pun bahkan sangat dekat dengan bimo. Terbukti dengan bimo yang memanggilnya papi.

“Papi lagi diluar kota sayang. Nanti malam papi baru pulang”.

“yaaaaah, padahal bimbim kangen main sama papi”. Bimo menunjukan raut wajah sedihnya. Sepertinya anak itu benar-benar merindukan dion.

“Sayaang, jangan sedih gitu dong. Besok pasti bimbim bisa main sama papi”. Dinda yang tidak tega melihat kesedihan di wajah bimo mencoba untuk menghiburnya.

“Beneran mii ??” Bimo membulatkan kedua matanya. Dia sangat terlihat menggemaskan dengan ekspresi seperti itu.

“Bener doong. Kalau papi gak mau mami sendiri yang akan menyeret papi sampai sini”. Dinda mengatakannya dengan antusias. Bimo pun lalu tertawa ngakak melihat ekspresi dinda.

Sasha yang memperhatikan bagaimana bahagianya buah hatinya itu hanya mampu berdoa didalam hati. “Ya Tuhan jangan biarkan tawa dan senyum ini hilang dari wajah anakku”.





0 comments:

Post a Comment

 

sikunin Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea