“Halo din” sasha langsung mengangkat
telepon saat dia melihat nama dinda dilayar ponselnya. “iyaa, ntar gue ke toko
kok. Tapi mau jemput bimo dulu. See you later hon”.
Sasha meletakan kembali ponselnya diatas
meja rias. Dia lalu mengambil handuk dan bergegas kekamar mandi. Sekarang sudah
jam 09.00, dia harus sampai disekolah bimo sebelum jam 10.00. Dia tidak mau
bimo menunggu terlalu lama disekolah.
Masha selika, biasa dipanggil sasha
adalah wanita berumur 25 tahun dan memiliki seorang putra bernama bimo abiputra
yang berumur 5 tahun. Shasha hanya memiliki bimo didalam hidupnya, pasalnya sebagai
anak tunggal dia harus mengikhlaskan kedua orang tuanya meninggal dalam sebuah
kecelakaan tragis saat dia sedang hamil.
Kejadian itu merupakan hal terberat dalam
hidupnya, dia yang masih berumur 20 tahun dan dalam keadaan hamil tanpa suami
yang mendampinginya harus bisa mengikhlaskan kepergian kedua orang tuanya. Ya,
dia hamil tanpa suami. Dia bahkan tidak tau dimana pria pengecut yang telah
menghamilinya itu sekarang berada.
Beruntung dia memiliki sahabat seperti
dinda, dinda selalu berada disisinya dalam kondisi apapun. Dinda bahkan tidak
menghakiminya saat dia melakukan kesalahan fatal yang menghadirkan bimo didalam
hidupnya. Dinda membantunya melewati masa-masa sulit serta membesarkan bimo.
Ya, kalau tidak ada dinda entah apa yang akan terjadi.
Shasha memakirkan mobilnya didepan
sekolah bimo, dia melihat bimo sedang bermain ayunan. Pastilah anaknya itu
merasa bosan menunggunya.
“bimbimmm” sasha melambaikan tangannya
kearah bimo.
“bundaaaaaa” bimo senyum sumringah dan
berlari kearah sasha. Dia lalu memeluk sasha dan mencium pipinya. Bimo memang
selalu menciumnya, alasannya karena anak itu menyayangi ibunya.
“bimbimnya bunda bau acem nii” sasha mencium
anaknya kemudian menutup hidungnya. Dia lalu membuka pintu mobil kemudian
mendudukan bimo di bangku sebelah kemudi.
“bimbim ga acem bun” bimo memberengut
dibangkunya. Anak itu memang tidak suka dibilang bau ataupun jelek. Walaupun
baru berumur 5 tahun, anak itu sangat sadar akan ketampanan wajahnya. Dia
bahkan selalu protes jika sasha membelikan pakaian yang tidak modis. Astaga !
bocah itu benar-benar menggemaskan.
“baiklaaah, bimbimnya bunda yang paling
wangi dan yang paling tampan” sasha mengacak pelan rambut bimo dengan sayang.
Dia sangat menyayangi anak satu-satunya itu. Dia akan selalu berusaha
memberikan yang terbaik buat anaknya. Walaupun dia merasa dia bukan ibu yang
baik buat bimo, dia bahkan belum mengatakan siapa ayah bimo yang sebenarnya.
Dia tidak ingin bimo tau kalau ayahnya tidak menginginkan kehadirannya. Aaaah
memikirkan hal itu membuat dadanya sesak.
“Bunda, bunda kenapa sedih ? Bunda sedih
karena bimbim ?” Bimo melihat kesedihan diwajah ibunya. Bimo yang masih sangat
kecil beranggapan ibunya sedih karena sikapnya tadi.
“bunda gak sedih sayang. Bunda sayang
banget sama bimbim” sasha mencium anaknya.
“bimbim juga sayang banget sama bunda”. Bimo
menarik pelan tangan sasha sehingga posisi sasha miring kearah bimo lalu bimo
mencium pipi sasha.
Sasha mengendarai mobilnya menuju toko
kue miliknya. Ya, sejak orang tuanya meninggal sasha mau tidak mau harus siap
melanjutkan hidupnya. Dia juga harus memikirkan masa depan bimo nantinya.
Makanya dia memutuskan untuk menjual rumah peninggalan kedua orang tuanya yang
lumayan besar dan mencari rumah yang lebih kecil untuk ditinggalinya. Sisa
uangnya digunakan untuk membuka sebuah toko kue. Walaupun toko kuenya tidak
terlalu besar namun lebih dari cukup untuk membiayai kehidupannya bersama bimo.
Sasha bahkan memiliki beberapa karyawan ditokonya.
“mamiii indaaaaaa” bimo langsung berlari
menuju dinda yang lagi sibuk dibelakang meja kasir. Bimo memang sangat dekat
dengan dinda. Dia bahkan memanggilnya dengan sebutan mami, tentu saja itu atas
suruhan dinda sendiri.
“heii anak mamii. Kiss mami dulu dong”
dinda mensejajarkan tingginya dengan bimo sambil menepuk-nepukan jari
telunjuknya di pipinya. Bimo yang mengerti apa yang diinginkan dinda pun
langsung mencium pipi dinda. “ Bunda mana bim ?” tanya dinda yang melihat bimo
datang sendiri.
“Bunda lagi parkirin mobil mii. Tadi
bimbim minta turun duluan” bimo menjawab sambil tersenyum lebar. Dinda lalu
membawa bimo ke salah satu meja yang ada ditoko dan mendudukan bimo dikursi.
“gitu yaa kalo udah ketemu maminya,
bunda ampe dilupain gini” Sasha yang baru masuk langsung menghampiri bimo dan
pura-pura ngambek.
“Habis bunda lama siiih, bimbim kan
laperr bunn” Bimo berbicara dengan polosnya.
“Bentar ya sayang, mami ambilin brownis
kesukaan bimbim dulu” Bimo memang sangat menyukai brownis. Setiap pulang
sekolah dia akan selalu memakan brownis dulu. Setelah itu barulah dia mau makan
nasi. Pernah suatu ketika saat brownis habis, bimo ngambek seharian, dia tidak
mau dibujuk siapapun, dia bahkan mogok makan sampai mendapatkan brownis
kesukaannya.. Anak itu benar-benar ajaib.
“Tadi disekolah belajar apa sayang ?”
Sembari menunggu brownis datang sasha menanyakan apa saja yang dipelajari oleh
anaknya itu disekolah. Pertanyaan yang tidak pernah dilupakannya, dia selalu
bahagia saat anaknya menceritakan kegiatannya disekolah. Apalagi melihat
bagaimana antusiasnya bimo bercerita sambil tertawa lebar jika ada hal lucu
yang dialaminya. Sasha bahkan rela menukar apapun demi kebahagiaan bimo.
“Tadi ibu guru menyuruh kami semua
menggambar bun, bimbim senang sekali disuruh menggambar” seperti biasa bimo
bercerita dengan antusiasnya.
“oh yaa, terus bimbim menggambar apa ?”
tanya sasha lagi.
Bimo membuka tasnya dan mengambil buku
gambar lalu menunjukan apa yang telah digambarnya. “bimbim gambar ini bun. Ini
gambar bunda, ini bimbim dan ini ayah”. Bimo menunjuk satu persatu gambar
seorang wanita, seorang anak kecil dan seorang pria yang saling bergandengan
tangan.
Sasha merasa sesuatu yang besar sedang
menghantam dadanya, rasanya sangat menyesakkan. Ini memang bukan pertama
kalinya bimo membahas soal ayahnya, namun sasha tidak pernah menyangka jika
anaknya itu akan menggambar sebuah potret keluarga bahagia seperti itu.
Sejujurnya, sasha juga menginginkan sosok suami didalam hidupnya. Dia ingin
bimo mendapatkan kasih sayang lengkap dari kedua orang tuanya. Tapi sayangnya,
ayah bimo terlalu pengecut dan tidak bertanggung jawab.
“Waaah, gambar anak bunda bagus sekali”
sasha mencoba menutupi kesedihannya walaupun suaranya yang serak sangat
terdengar jelas oleh bimo. Jika tidak sedang bersama bimo mungkin sasha sudah
menangis sejadi-jadinya. Ya Tuhan, bagaimana bisa dia menjelaskan semuanya
kepada bimo.
“Suara bunda kenapa jadi gitu ? Bunda
nangis ?” tanya bimo yang tidak sengaja melihat setetes air mata sasha yang
jatuh dipipinya. Bimo lalu turun dari kursinya dan langsung memeluk sasha.
“Jangan nangis bunda, maafin bimbim ya bun. Bimbim ga akan menggambar lagi
kalau hanya bikin bunda sedih”.
“Bunda ga nangis sedih kok nak, bunda
nangis bahagia melihat jagoan bunda pinter ngegambarnya” sasha terpaksa
berbohong kepada bimo. Dia tidak ingin menghancurkan hati anaknya itu. Biarlah
bimo seperti ini dan menganggap ayahnya lagi berada diluar negeri. Ya, setiap
kali bimo bertanya dimana ayahnya sasha selalu menjawab kalau ayahnya berada
diluar negeri untuk mencari uang yang banyak buat mereka. Beruntunglah selama
ini bimo percaya dan tidak bertanya banyak hal lagi. Lagipula setiap tahun saat
bimo berulang tahun sasha selalu mengirim sebuah kado kepada bimo disertai
sepucuk surat dan mengatakan kalau itu adalah kado dari ayahnya.
“Ada apa ini ? Kenapa kalian berpelukan
gini ?” tanya dinda dengan sepiring bownis ditangannya. Dinda yang baru datang
merasa heran dengan wajah sasha yang jelas sekali sedang memaksakan senyumnya.
“yeeeiiii. Bownisnya udah dateng” Bimo
kembali duduk dikursi yang tadi didudukinya. Dia melupakan begitu saja apa yang
tadi dibahasnya dengan bundanya. Dia bahkan mulai sibuk memakan brownis
kesukaannya.
“Kenapa?” Dinda berbicara tanpa suara.
Dia tidak ingin mengganggu bimo yang sedang menikmati brownisnya.
Sasha tidak mampu untuk mengatakannya
kepada dinda. Dia hanya memberi isyarat kepada dinda dengan dagunya. Dia
mengarahkan dagunya kearah buku gambar yang masih menampakan potret keluarga
bahagia itu.
Dinda lalu mengalihkan penglihatannya
kearah yang diberitahu oleh sasha. Dia melihat gambar itu dengan tatapan sendu.
Ya Tuhan, kasian sekali bimo. Diusianya yang sekarang bimo harusnya
menghabiskan banyak waktu bermain dengan ayahnya. Dia tidak bisa membayangkan
apa yang terjadi jika bimo sudah mulai dewasa nantinya. Tidak mungkin sasha
selalu mengatakan jika ayahnya sedang bekerja diluar negeri.
Dinda mengelus tangan sasha sekilas
seolah sedang memberikan kekuatan kepadanya. Dinda amat sangat tau bagaimana perasaan
sasha sekarang. Ibu mana yang tidak hancur hatinya saat melihat buah hatinya
tumbuh besar tanpa kasih sayang seorang ayah. Andai saja sasha tau dimana pria
itu sekarang.
Sasha memaksakan seulas senyum tipis
diwajahnya, dia menganggukan kepalanya kearah dinda. Dia sangat bersyukur
memiliki dinda di dalam hidupnya. Dinda bahkan rela melepaskan pekerjaannya dan
memilih bekerja ditoko sasha. Dia tidak pernah meninggalkan sasha dalam kondisi
apapun. Bahkan dia juga lah yang menggagalkan rencana bunuh diri sasha.
“Mamiiii, hari ini papi main kesini gak
?” tanya bimo kepada dinda disela-sela kunyahannya. Papi yang ditanyakan oleh
bimo adalah kekasihnya dinda yang bernama dion. Dinda sudah lama menjalin
hubungan dengan dion. Dion pun bahkan sangat dekat dengan bimo. Terbukti dengan
bimo yang memanggilnya papi.
“Papi lagi diluar kota sayang. Nanti
malam papi baru pulang”.
“yaaaaah, padahal bimbim kangen main
sama papi”. Bimo menunjukan raut wajah sedihnya. Sepertinya anak itu
benar-benar merindukan dion.
“Sayaang, jangan sedih gitu dong. Besok
pasti bimbim bisa main sama papi”. Dinda yang tidak tega melihat kesedihan di
wajah bimo mencoba untuk menghiburnya.
“Beneran mii ??” Bimo membulatkan kedua
matanya. Dia sangat terlihat menggemaskan dengan ekspresi seperti itu.
“Bener doong. Kalau papi gak mau mami
sendiri yang akan menyeret papi sampai sini”. Dinda mengatakannya dengan
antusias. Bimo pun lalu tertawa ngakak melihat ekspresi dinda.
Sasha yang memperhatikan bagaimana
bahagianya buah hatinya itu hanya mampu berdoa didalam hati. “Ya Tuhan jangan
biarkan tawa dan senyum ini hilang dari wajah anakku”.
0 comments:
Post a Comment