Dini sedang memilih-milih kue yang akan diberikannya kepada dimas. Dia ingin mengunjungi kekasihnya itu kekantornya. Ya, kekasihnya. Dimas telah meresmikan hubungan mereka beberapa hari setelah sidang skripsi abbi. Tentu saja abbi langsung menjawab "ya" saat dimas menanyakan "would you be mine ?" sambil memberikan 8 tangkai bunga mawar berwarna merah kepada abbi.
Sekarang sudah jam 15.30 sore, tidak mungkin dia membawakan makan siang untuk dimas. Dimas pastilah sudah makan siang dari tadi. Jadi dia memutuskan untuk membawakannya makanan yang ringan saja.
Setelah selesei memilih dan membayarnya dikasir, abbi langsung mencari taxi dan kemudian pergi menuju kantor dimas. Sepanjang perjalanan menuju kantor dimas dia mengedarkan pandangannya kearah jendela. Dia senang sekali menikmati pemandangan saat sedang diperjalanan. Yaah walaupun dia harus dibuat kesal juga oleh kondisi jalanan yang sering macet.
"Maaf, sudah sampai dek". Sopir taxi yang kira-kira sudah berumur setengah abad itu menyadarkan abbi dari lamunannya.
"Oh iyaa. Ini pak uangnya. Terima kasih". Abbi keluar dari taxi tersebut dan langsung melangkahkan kakinya menuju lobi kantor.
Abbi yang sudah mengetahui dimana ruangan dimas langsung saja masuk lift tanpa bertanya lagi kepada resepsionis yang dulu sempat membuatnya kesal. Untung saja dimas sudah menegurnya. Setidaknya jangan sampai ada orang lain lagi selain abbi yang diperlakukan tidak sopan begitu.
Lift berhenti dilantai dimana ruangan dimas berada, dia pun langsung melangkah menuju meja kerja sekretaris dimas yang berada diluar ruangan dimas.
"Kenapa tidak ada orang begini". Abbi berbicara sendiri karena tidak melihat sosok sekretaris dimas disana. Dia pun berfikir sebentar, harus menunggu diluarkah ? Atau langsung saja masuk kedalam ? Aaaah dia jadi bingung sendiri. Tapi bukankah dia pacarnya dimas ? Jadi apa yang salah dengan langsung masuk ?.
Setelah berfikir cukup lama akhirnya abbi memutuskan untuk langsung masuk saja kedalam ruangan dimas. Nanti dia bilang saja kalau kedatangannya adalah kejutan. Ya, begitulah fikirnya.
Saat hendak membuka pintu ruangan dimas abbi mendengar ada suara didalam sana. Dan sepertinya itu suara dimas dan suara seorang wanita. Mereka terdengar seperti sedang bertengkar. Abbi pun memutuskan untuk menguping pembicaraan mereka.
"Jadi kamu lebih memilih bocah itu ?". Tanya wanita itu dengan nada sinis.
"Bocah yang kamu bilang itu kekasih aku. Jadi tolong jaga bicaramu". Dimas terlihat tidak senang dengan ucapan itu.
"Siapa sebenernya yang mereka bicarakan" . Batin abbi.
"Astaga dimas. Sejak kapan kamu menyukai anak ingusan seperti dia. Heiii. Aku tau pasti bagaimana tipe mu. Jadi berhentilah main-main dengannya. Aku tau kalau kamu masih sangat mencintaiku bukan ? Jadi kenapa kita tidak mencoba memperbaiki hubungan kita ?" Wanita itu berbicara dengan sangat percaya diri.
"Dia punya nama. Namanya abigail. Dan aku mencintai dia. Jadi hentikan semua omong kosong ini tasya. Aku tidak berniat memperbaiki apapun denganmu". Dimas berbicara dengan ketus.
"Oh ya ? Apa kamu yakin ? Bagaimana kalau kita buktikan sekarang apakah kamu memang sudah tidak mencintaiku ?".
"Apa maksudmu ?" Dimas masih saja berbicara ketus.
"Biarkan aku menciummu. Jika kamu tidak membalas ciumanku baiklah aku akan menyerah. Tapi jika kamu membalas ciumanku berarti kamu masih mencintaiku !. Bagaimana dimas prasetyo ? Apa kamu berani heh ?".
"Aku tidak mau. Pergilah tasya dan jangan ganggu aku lagi". Dimas menggeram menahan emosinya.
"Sial !! Gaa bisa dibiarin ni" gumam abbi kesal.
Abbi pun memutuskan untuk masuk kedalam.
BRAKK.
Abbi membuka pintu dengan kasar. Dia melihat wanita yang bernama tasya itu berdiri didepan meja dimas. Sementara dimas masih duduk di kursi kebesarannya.
Dimas yang melihat abbi berdiri didepan pintu langsung berdiri dengan ekspresi wajah yang terlihat sangat kaget.
Abbi yang memang sudah kesal dengan apa yang dibicarakan wanita itu pun langsung berlari ke arah dimas dan mencium tepat dibibir dimas. Beruntunglah dia karena dimas seolah mengerti tindakannya dan membalas ciuman abbi dengan lembutnya.
Tasya melihat dua sejoli itu dengan muka merah padam. Dia marah, kesal dan juga malu. Tadinya dia berfikir kalau dimas akan kembali kepadanya. Namun yang dilihatnya sekarang justru malah sebaliknya.
Dia pun memutuskan pergi dari sana dan menutup pintunya dengan sangat kencang.
Setelah kepergian tasya, abbi lalu melepaskan diri dari dimas. Dia menundukan wajahnya. Dia merasa sangat malu dengan tindakannya barusan. Aaaaaaah dia tidak pernah merasa semalu ini.
Dimas yang melihat perubahan pada raut wajah abbi lalu meraih dagu abbi agar gadis itu melihatnya. Dia tau kalau abbi pasti sedang merasa malu sekarang.
"Jangan malu seperti ini. Tindakan kamu sungguh keren". Dimas tersenyum lebar sambil mengacak pelan rambut abbi.
"Keren dan mempermalukan diri sendiri" abbi berbicara dengan sedikit ketus. Dia bukannya kesal kepada dimas. Melainkan kepada wanita bernama tasya tersebut. Untung saja dia datang disaat yang tepat. Kalau tidak, dia tidak bisa membayangkan kalau wanita itu akan mencium kekasihnya.
"Hahhaa kamu lucu sekali dengan wajah seperti ini. Sangat menggemaskan !" Dimas mencubit kedua pipi abbi sambil mengoyang-goyangkannya.
"Sudahlaah kak. Jangan menggoda aku terus". Abbi berjalan kearah sofa yang ada didalam ruangan dimas. Dia menyandarkan punggungnya disana. Aah dia capek sekali rasanya. "Jadi siapa wanita menyebalkan itu ?" Abbi duduk sambil menopang dagunya dengan kedua tangannya.
"Dia mantan kakak. Tapi hubungan kami sudah lama sekali berakhir. Jadi kamu tenang saja". Dimas mengambil posisi duduk disebelah abbi. Dia melingkarkan lengannya dibahu abbi.
"Sepertinya dia masih mencintai kakak". Abbi menyenderkan kepalanya dibahu dimas.
"Sudahlah , tidak usah difikirkan. Dia tidak pernah mencintai kakak. Selama ini dia hanya menginginkan uang kakak saja. Jadi jangan pernah berfikiran macam-macam lagi".
"Aaah baiklah. Awas saja kalau dia coba-coba merayu kakak lagi".
"Memang apa yang akan kamu lakukan heh ?" Dimas menunduk agar bisa melihat wajah abbi.
"Aku tidak akan melakukan apapun padanya. Tapi aku bakalan ngintilin kakak kemana aja". Abbi mendongak dan tersenyum lebar kearah dimas.
"Dasar posesif !". Dimas mencubit hidung abbi dengan pelan.
"Biariin ! Weeekk ". Abbi menjulurkan lidahnya kearah dimas.
Dimas pun tertawa melihat tingkah abbi. Dia memang tidak salah memilih abbi untuk menjadi kekasihnya. Abbi memang kekanak-kanakan, namun dia punya pemikiran dewasa disaat-saat tertentu. Dia berharap hubungan mereka akan berlanjut ke jenjang yang lebih serius nantinya.
Bersambung ~
I Love you, not him
Oleh
NindyKornelia
Categories
Part 17
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment