Keyla pov
Aku membereskan perlengkapanku saat berada di hotel. Setelah tadi malam melewati malam pertama yang menyedihkan, pagi ini aku memutuskan untuk pulang.
Semalam, setelah aku meninggalkan Kak Sammy berdua saja dengan Meisya, aku memilih untuk kembali ke kamar hotel dengan alasan pusing dan butuh istirahat.
Untunglah tidak ada yang curiga, kecuali kak Jordi yang menatapku seakan meminta penjelasan. Namun aku mengabaikannya. Aku benar-benar butuh menenangkan diri.
Setelah membersihkan diri, aku bergegas untuk tidur, lebih tepatnya untuk menghindari kak Sammy. Malas untuk mendengarkan apapun yang akan dijelaskannya.
Aku mengecek ponselku yang sejak acara kemarin ku biarkan begitu saja. Aku membaca pesan satu persatu, yang isinya dipenuhi oleh ucapan selamat yang kebanyakan dari teman-teman kampus.
Namun aku tidak menemukan pesan dari Kevin.
Kemana dia ?
Aku mencari contact Kevin, kemudian mengirimkan pesan padanya.
To : Kevin
Lo dimana ? Jahat banget gak dateng ke nikahan gue :(
Send.
Aku melirik kasur yang masih ditiduri oleh kak Sammy. Melihat kak Sammy membuat mood ku kembali rusak. Seketika ide itu muncul begitu saja di kepalaku. Aku berjalan mengendap-ngendap keluar kamar, membawa semua perlengkapanku. Bermaksud meninggalkan kak Sammy disini.
"Mau kemana ?"
Suara serak khas bangun tidur kak Sammy mengagetkanku yang nyaris saja memegang handle pintu. Aku mengatur debaran di jantungku. Bukan debaran jatuh cinta melainkan debaran kaget luar biasa.
Aku berdeham, membalikkan badan. Melihat kak Sammy sudah duduk di atas kasur dengan rambut acak-acakan. Namun tetap saja terlihat tampan. Bodoh.
"A..aaku mau sarapan."
Sial. Kenapa aku jadi gugup begini. Jelas sekali kalau aku berbohong.
"Sarapan ?" Salah satu alis kak Sammy terangkat.
"Iyaa, sarapan."
"Dengan membawa tas seberat itu ?"
Aku sontak menjatuhkan tas yang kupegang. "Enggak kok, aku emang mau letakin tasnya deket pintu, biar gak ketinggalan nanti." Ucapku berkilah.
Kak Sammy tertawa, lalu turun dari kasur.
Astaga.
Aku baru sadar kalau kak Sammy tidur tidak pake baju, hanya celana boxer yang melekat di tubuhnya. Aku menelan ludah, fokus melihat dada bidangnya. He's so hot.
"Wake up girl." Kak Sammy menepuk pelan kepalaku. Aku kaget, lalu menatap kak Sammy yang sudah berdiri di depanku. Sambil menyeringai.
"Kenapa ?" Tanyaku polos.
"Jangan menatap kakak seperti itu." Dia memiringkan wajahnya, kemudian berbisik di telingaku. "Air liur kamu hampir netes tuh." Kak Sammy lalu nyelonong ke kamar mandi.
Aku refleks mengelap bibirku yang ternyata tidak ada apa-apa.
Aku dikerjai ternyata.
"KAAK SAMMYYYY." teriakku. Benar-benar menyebalkan. Samar-samar aku mendengar kak Sammy terbahak-bahak di kamar mandi.
"Jangan pergi sebelum kakak selesai. Kita akan sarapan bersama." Ucap kak Sammy sedikit berteriak.
Aku mendengus kesal. Apa-apan dia. Jangan fikir aku sudah lupa ya sama apa yang dia lakukan semalam.
Aku menggerutu, tapi tetap saja menunggu kak Sammy selesai mandi di sofa sambil menonton tv.
5 menit kemudian kak Sammy keluar dari kamar mandi dengan wajah yang lebih fresh. Dia juga sudah memakai pakaian lengkap.
"Cepet banget mandinya kak."
"Cuma mandi kan ? Ngapain lama-lama." Katanya , lalu memberikan gel ke rambutnya. Tidak perlu menggunakan sisir, kak Sammy merapikan rambutnya dengan jari-jarinya.
"Kamu mau sarapan dimana ?" Tanya kak Sammy.
"Aku mau pulang kak."
"Ya udah kalau gitu kita beli dijalan, terus bungkus. Terus makannya di apartemen kakak aja."
"Kak, aku mau pulang." Jelasku.
Kak Sammy menoleh, menatapku sambil menaikkan sebelah alisnya.
Aku berdeham. "Aku mau pulang ke rumah papa."
"Kamu mau sarapan disana ?"
Aku menggeleng.
"Aku mau tinggal di rumah papa aja."
Raut wajah kak Sammy seketika berubah, rahangnya mengeras. Terlihat sekali kalau dia sedang emosi. Dia memejamkan matanya. Lalu membukanya dan menatapku kembali.
"Maksud kamu apa ?"
"Aku fikir pernikahan kita enggak akan berhasil kak."
"Ini bahkan baru sehari. Bagaimana bisa kamu nyimpulin gitu ? Sudahlah, gak usah di bahas lagi."
"Aku gak mau jadi penghalang dua orang yang saling mencintai."
Kak Sammy menghela napas. Lalu memilih ikut duduk di sebelahku.
"Ini ada hubungannya dengan yang semalem ?" Tanya kak Sammy.
Aku diam. Berharap kak Sammy mengerti.
Kak Sammy memegang tanganku.
"Gak usah dengerin omongan dia. Pernikahan kita gak ada hubungannya sama dia. Semuanya bener-bener keinginan kakak."
Aku memalingkan wajahku. Berusaha menghilangkan perasaan kesal atas kejadian semalam. Perkataan wanita itu masih saja terngiang-ngiang di telingaku.
"Aaaah menyedihkan sekali." Gumam kak Sammy yang masih terdengar jelas olehku.
Aku menatapnya kembali. "Kenapa ?" Tanyaku.
"Hari pertama menjadi suami, kakak harus rela di cuekin sama istri kakak. Dia bahkan tidak mempercayai suaminya." Dia berdecak."benar-benar suami yang malang." Ucapnya dramatis.
Menggelikan sekali.
Aku berusaha menahan tawaku melihat bagaimana ekspresinya. Benar-benar konyol.
Sejak kapan dia menjelma jadi drama king gini ?
"Kenapa tertawa ?" Tanyanya.
"Aku engga ketawa kok."
"Oh iya. Engga ketawa, tapi nahan tawa." Dia memberengut. "Tuh kan malang, bukannya di baekin malah di ketawain." Ujarnya lagi.
Akhirnya tawaku pecah juga.
Aku masih saja tertawa sampai menahan sakit diperutku. Biasanya aku hanya melihat wajah datar kak Sammy, sesekali tersenyum. Jadi saat melihatnya dengan wajah konyol drama king nya, sulit sekali untuk tidak menertawakannya.
"Sudah selesai ?" Tanya kak Sammy.
"Apanya ?" Aku balik bertanya.
"Ketawanya."
Aku mengangguk. Namun masih menahan tawa.
Kak Sammy memegang tanganku lagi , mengelusnya, lalu menatapku.
"Maaf karena semalam meninggalkanmu, kakak tidak mau dia mengacaukan acara pernikahan kita, makanya semalam kakak menemuinya. Satu hal yang harus kamu ingat, kakak tidak akan pernah kembali kepadanya. Jadi, kakak mohon. Percayalah. Bukankah kunci suatu hubungan itu kepercayaan ?"
Aku mengangguk.
"Maaf sudah meragukan kakak." Ucapku pelan.
Kak Sammy lalu memelukku. "Tidak apa-apa. Lagian dia juga keterlaluan."
Aku tersenyum di balik punggungnya. Nyaman sekali rasanya berada di pelukan kak Sammy.
"Jadi sekarang kita sarapan dimana ?" Tanya kak Sammy setelah melepaskan pelukannya.
"Hmmm. Bubur ayam yang di dekat kantor kak Sammy aja yuk."
"Kamu sering makan disana ?"
"Engga, sesekali ajaa."
"Ya udah kalau gitu. Ayok."
***
Don't hurt my heart
Oleh
NindyKornelia
Categories
Kepercayaan
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment