Don't hurt my heart

Oleh NindyKornelia

Keyla pov


Seorang perias sedang meriasku dengan telatennya. Malam ini adalah resepsi pernikahanku. Setelah tadi pagi kak Sammy mengucapkan ijab kabul, aku resmi menjadi istri sahnya.

Kalian tau apa yang kurasakan ?

Aku bahagia.

Sangat.

Setelah bertahun-tahun aku mencintainya dalam diam, akhirnya aku bisa memilikinya. Ya walaupun kak Sammy bilang belum mencintaiku. Setidaknya dia ingin menjalani kehidupan pernikahan denganku.

Bukankah itu awal yang bagus ?

"Waaah. Kamu pengantin paling cantik yang pernah aku rias." Mbak Nina, yang meriasku hari ini berseru riang. "Kemari, lihatlaah dirimu di kaca."

Aku mengikuti perintah mbak Nina, berjalan menuju kaca besar di kamar hotel tempat kami menginap malam ini.

Aku takjub seketika melihat pantulan diriku di cermin, bukannya bermaksud sombong atau narsis, tapi sosok di dalam cermin yang tidak lain adalah diriku terlihat seperti barbie.

Polesan tangan mbak Nina benar-benar luar biasa. Aku berniat untuk membayar lebih untuk karya yang indah ini.

Ceklek.

Aku menoleh ke arah pintu yang terbuka. Sosok kak Sammy berdiri di pintu. Menatapku.

Dia terlihat sangat tampan dalam balutan tuxedo yang dikenakannya. Rambutnya yang biasanya jarang di tata rapi sekarang di tata dengan rapi. Oh God, He's so handsome.

"Baiklah, aku keluar dulu. Sepertinya pengantin baru ini membutuhkan waktu untuk berdua."

Suara mbak Nina membuatku sadar kalau bukan hanya ada aku dan kak Sammy. Aku jadi salah tingkah, namun beda hal dengan kak Sammy. Dia hanya tersenyum tipis ke mbak Nina lalu kembali menatapku intens.

"Terima kasih mbak." Ucapku sebelum mbak Nina keluar.

"Sama-sama Key. Aku senang bisa merias princess sepertimu." Godanya.

"Hmm, Sam." Mbak Nina berbalik sebelum membuka pintu. Kak Sammy menoleh kepadanya.

"Tolong jangan merusak hasil riasanku sekarang ya. Tunggulah sampai resepsinya selesai." Mbak Nina menyeringai.

Astaga.

Aku malu sekali sekarang.

Aku makin gugup saat mbak Nina sudah keluar. Aku mengalihkan pandangan dari kak Sammy. Kembali memandangi diriku dari pantulan cermin, sambil berpura-pura membenarkan baju atau tatanan rambutku yang baik-baik saja.

"Kamu cantik."

Kak Sammy berbisik ditelingaku. Entah kapan berjalannya, yang jelas dia sudah berdiri tepat di belakangku.

"Terima kasih kak." Ucapku. Tanpa menoleh ke belakang. Aku hanya memandangi kak Sammy dari Kaca.

Saat teringat sesuatu, aku membalikkan badanku. Menatap kak Sammy. "Akan lebih cantik kalau aku memakai gaun yang kemaren." Aku memberengut mengingat perdebatan kami saat memilih gaun pengantin.

Tadinya aku memilih gaun pengantin yang model kemben, aku suka modelnya. Lagian aku ingin tampil memukau di hari pernikahanku. Pernikahan kan cuma sekali seumur hidup.

"Cantik apanya. Kakak tidak suka. Bisa dipastikan pria mesum di luaran sana akan memandangmu tanpa henti."

"Astaga. Gak semua orang berfikiran ke sana kak. Kakak aja tuh yang mikirnya kejauhan."

"Iya. Gak semua orang. Tapi ada kan ? Kakak aja belum pernah liat, masa mereka liat duluan." Gerutunya.

"Heh ?" Aku melongo.

"Mau dijelasin detailnya ?" Kak Sammy menaikkan sebelah alisnya.

Aku menelaah maksudnya barusan. Saat sadar, pipiku sontak bersemu. "Apaan siih." Ucapku sambil membuang muka. Malu.

Kak Sammy terkekeh.

"Kamu lucu."

"Aku bukan pelawak."

"Tetap saja lucu."

"Tauu aah."

"Tuh kan, makin lucu kalo lagi ngambek gitu."

Kak Sammy menoel-noel pipiku dengan pelan, mungkin takut merusak riasanku.

"Ya ampuun, disinii kamu ternyata. Siapa yang nyuruh kamu nemuin Keyla." Mami Sinta, mamanya kak Sammy berdiri di dekat pintu sambil berkacak pinggang.

"Keyla udah istri Sammy kali mi. Masa nemuin istri sendiri gak boleh."

"Gak boleh. Nanti kamu merusak riasannya." Ucap mami sambil berjalan ke arah kami.

"Astaga. Mami orang kedua yang mengingatkanku tentang merusak riasan. Perempuan memang ribet." Dengusnya.

Aku tertawa.

"Keluar sanaa, mami mau bicara berdua aja sama menantu mami yang cantik ini." Usir mami.

Kak Sammy menghela napas pasrah. "Baiklah..baiklaah.. Sammy merasa jadi anak tiri sekarang." Dia meninggalkanku berdua dengan mami Sinta. Tentu saja dengan gerutuan tidak jelasnya.

"Keyy."

"Ya mii."

"Mami seneng kamu yang jadi menantu mami. Mami minta kamu sabar ngadepin sifat Sammy ya. Dia memang menyebalkan, cuek, ekspresi wajahnya juga sering datar kayak papan penggilasan." Mami tertawa sebelum melanjutkan. "Tapi dia anaknya baik kok, mami yakin kamu pasti bisa menghadapinya. Kalau dia macam-macam kamu lapor aja sama mami. Biar mami yang ngasih dia pelajaran."

Aku tersenyum. "Mami tenang aja, Keyla akan berusaha untuk menjadi istri yang baik. Terima kasih udah mau menerima Key jadi menantu mami."

"Sayaaaang. Kamu benar-benar menantu idaman." Mami memelukku. Aku balas memeluknya.
***

Deretan tamu yang seakan tidak ada habisnya membuat kakiku pegal luar biasa. Bayangkan saja, sejak jam 19.00 sampai sekarang yang sudah hampir jam 21.00 aku masih saja berdiri menerima ucapan dari para tamu.

Tadinya aku mau pernikahan yang sederhana saja, tidak perlu mengundang banyak tamu. Mengingat pernikahanku yang terkesan dadakan.

Tapi, mama menolak mentah-mentah keinginanku. Ini pernikahan pertama dikeluargaku, mengingat aku hanya berdua saja dengan kak Jordi. Dan kak Jordi belum ada tanda-tanda akan menikah dalam waktu dekat.

Ditambah lagi dengan rekan kerja papa dan kak Jordi, aku bahkan tidak mengenal mereka sama sekali. 
"Capek ?" Tanya kak Sammy, saat tidak ada tamu yang menyalami kami.

Aku mengangguk.

"Duduk dulu." Aku menurut.

"Kenapa tamunya banyak sekali siih." Gerutuku.

Kak Sammy tergelak. "Jangan cemberut gitu dong. Ntar dikira orang kamu nikah terpaksa lagi." Godanya.

"Emang di paksa kan ?" Aku mencibir.

"Kamu seneng gitu kakak paksa."

"Apaan siiih." Aku memalingkan wajah. Tidak ingin kak Sammy mengetahui rona merah di pipiku.

"Tuuh perusuh dateng." Aku mengikuti arah pandang kak Sammy. Terlihat Lala dan Sonia berjalan ke arah kami.

Benar-benar sahabat terbaik.

Mereka bahkan datang di jam segini, saat tamu sudah mulai pada pulang.
"Ciyee nikaah. Selamat ya Key, semoga elo jadi keluarga samawa. Oh ya gue pesen ponakan yang ganteng dan cantik ya." Sonia menyalamiku, lalu mengecup pipi kiri dan pipi kananku.

"Dateng juga lo pada. Segitu gak ada waktunya buat gue sampe dateng jam segini." Ucapku ketus, namun tidak benar-benar marah.

"Ga usah marah-marah gitu. Aura manten baru positif dikit kenapa." Lala menegurku. Kemudian menyalamiku serta mencium pipi kiri dan pipi kananku. "Selamat ya Key. Gue seneng akhirnya lo bisa nikah sama kak Sammy." Lala menyeringai.

Kampret memang.

Mereka lalu lanjut menyalami kak Sammy. Untunglah mereka tidak bicara yang macam-macam. Hanya memberikan selamat seperti biasa.

"Kita kesana dulu yaa. Mau nyicipin makanan enak."

"Kalian kesini mau nemuin gue apa makanan ?"

Dua-duanya doong." Sonia mengedipkan sebelah matanya lalu memegang lengan Lala.

Sebelum mereka pergi aku lebih dulu mencegahnya.

"Laa."

"Yaa ?"

"Lo ngeliat Kevin ?"

Lala menggelengkan kepalanya, menoleh ke Sonia seolah menanyakan kalimat ku barusan yang di jawab gelengan kepala juga oleh Sonia.

Aku mengangguk. Membiarkan mereka pergi menuju deretan makanan yang tersedia.

"Kenapa ?" Tanya kak Sammy.

"Heh ?"

"Kevin."

"Oh. Gak tau kak. Aku belum melihat dia seharian ini. Pas akad tadi pagi juga engga ada kan." Gumamku. Benar juga, Kevin tidak hadir di acara akad nikahku.

"Mungkin dia ada urusan. Gak usah sedih gitu."

"Yaa. Mungkin."

Aku memutuskan untuk tidak terlalu memikirkannya. Mencoba untuk berfikiran positif. Pasti ada sesuatu yang sangat penting hingga Kevin tidak menghadiri pernikahanku.

Malam semakin larut, tamu-tamu sudah tidak seramai tadi. Jadi aku tidak harus berdiri untuk waktu yang lama lagi.

Tiba-tiba kak Jordi menghampiri kami, lebih tepatnya menghampiri kak Sammy. Kemudian berbisik di telinganya. Aku mengerutkan dahi. Apa yang terjadi ? Kenapa wajah kak Sammy terlihat tegang begitu.

"Ada apa kak ?" Tanyaku ke kak Jordi.

"Tidak ada apa-apa sayaang. Kakak pinjem Sammy dulu. Boleh ?"

"Memangnya kak Sammy barang, pake di pinjem segala." Gurauku.

"Tunggu sebentar yaa. Nanti kakak balik lagi."

Aku mengangguk. Membiarkan kak Sammy pergi. Aku masih saja memandangnya, hingga dia sampai di pintu ballroom hotel. Dan hal selanjutnya yang kulihat sungguh membuat dadaku sesak.

Disana, ada Meisya yang terlihat menunggu kak Sammy. Dia terlihat cantik walaupun dari kejauhan. Entah apa yang mereka bicarakan yang jelas mereka terlihat seperti sedang bertengkar.

Aku mencoba mengalihkan pandanganku, namun gagal. Rasa penasaranku tidak terbendung lagi. Aku berjalan menuju mereka.

Aku berdeham. "Maaf, apa ada masalah kak ?" Tanyaku ke kak Sammy. Dia nampak kaget dengan kehadiranku yang tiba-tiba.

"Key, ngapain kamu kesini. Kamu masuk aja yaa." Bujuknya.

"Jadi kamu menikahi gadis manja ini ? Bukannya kamu tidak suka gadis manja ? Ayo laah Sam, kalau ini cara kamu buat bikin aku cemburu, maka kamu menang. Aku mohon hentikan semuanya. Aku menyesal. Bukankah kamu mencintaiku ?" Ucap Meisya.

"Kak, apa itu benar ? Kakak menikahiku karena ingin dia cemburu ?" Desakku. Aku mencoba menahan air mata yang mulai menggenang di pelupuk mataku.

"Keyy, bukan seperti itu." Kak Sammy mencoba memegang tanganku yang langsung ku tepis begitu saja.

"Silahkan selesaikan apapun yang ingin kalian selesaikan."

Aku menghapus air mata yang berhasil lolos, membalikkan badan kemudian berjalan kembali ke dalam. Aku tidak menyangka akan mendapat kejutan seperti ini di hari pernikahanku.

***


0 comments:

Post a Comment

 

sikunin Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea