"Kei, lo mau gue kenalin sama temen gue gak ? Cakep anaknya." Ucap indah, teman satu kamar yang sekarang sudah menjadi sahabatku.
Kami sama-sama kuliah di salah satu universitas swasta dikota ini serta mengambil jurusan yang sama, yaitu Sistem Informasi. Dan sekarang sudah tahun kedua kami menjalani hari-hari bersama.
"Siapa ? Jangan yang cakep-cakep banget deh. Ntar dia gak mau sama gue." Ucapku sambil tertawa.
Indah berdecak. "Selalu aja gak percaya diri. Lo cantik tau."
"Ya udah, kenalin aja."
"Lo yang invite pin dia ya ?"
"Lah kenapa gue ? Gak mau ah, males."
Indah berdecak lagi. "Biasa aja ih. Sini hp lo." Indah merebut ponsel milikku. Dia langsung mengirim permintaan pertemanan kepada temannya. Aku hanya bisa pasrah, terlalu malas untuk berdebat dengan Indah.
"Sudah." Indah mengembalikan ponselku sambil tersenyum lebar.
Aku langsung membuka aplikasi bbm. Ada satu recent update disana. Ternyata teman si Indah sudah menerima permintaan pertemanan dariku.
"Nama temen lo Alfajri ?" Tanyaku kepada Indah.
Indah mengangguk. "Udah diterima ?"
"Udah." Jawabku singkat. "Dia dimana ?" Tanyaku lagi.
"Pekanbaru."
"Jauh ya."
"Ga jauh-jauh banget ah."
Aku baru saja akan menutup kembali aplikasi bbm, namun ada satu pesan baru yang masuk. Aku melihat nama Alfajri disana.
Hei.
Aku langsung membalas pesan itu tanpa memberitahu Indah. Lagian dia juga terlihat sedang sibuk dengan ponselnya.
Hei :)
Salam kenal, temannya Indah ya ?
Salam kenal kembali. Iya. Teman sekamar dikosan. Kamu teman Indah juga ?
Iya. Teman SMA. Nama kamu Keira ?
Iya. Panggil Kei saja. Kamu Alfajri ?
Panggil Al saja.
Oke, Al.
Lagi apa ?
Tiduran aja, capek pulang dari kampus. Kamu ?
Aku masih dikampus. Kamu ambil jurusan apa ?
Lah, masih ada jadwal kuliah emangnya ? Aku sistem informasi. Kamu ?
Enggak. Cuma lagi nongkrong aja sama anak-anak. Aku ambil teknik sipil.
Wah. Anak teknik sipil:)
Haha. Kenapa memangnya ?
Gapapa, dulu aku pengen banget ambil teknik sipil. Tapi gak lulus. Haha
Aku aja pengen nyerah rasanya.
Jangan ! Sayang tau. Masuk kesana susah. Semangat terus pokoknya.
Haha. Iya-iya. Aku mau jalan pulang dulu.
Oke. Hati-hati dijalan.
Sip. Bye Keira.
Bye Alfajri.
Aku menutup aplikasi bbm lalu menoleh ke arah Indah. Sial. Aku ketahuan. Dia sedang tersenyum jahil ke arahku sambil menaikturunkan alisnya.
"Apa ?" Tanyaku sedikit galak.
"Ciye. Langsung chatting aja." Godanya, dia mencolek daguku dari samping.
"Jangan lebay ya. Gak mungkin ada orang yang nge chat gue abaikan gitu aja. Ntar dikira sombong lagi."
"Uuuuuu. Gak usah salting gitu dong."
"Apaan sih." Gue menoyor kepala Indah lalu beranjak dari kasur. Mengambil handuk yang tergantung dibelakang pintu lalu melangkah menuju kamar mandi.
***
Aku mengucek mataku yang mulai perih dan berair. Hampir 2 jam memandangi laptop tanpa henti membuat mataku lelah. Kalau bukan karena tugas yang harus dikumpulkan besok pagi, aku tidak akan mau mengerjakannya.
Aku meregangkan otot-ototku. Lalu membereskan berkas-berkas tugas yang tadi kukerjakan. Dilanjutkan dengan membersihkan kamar. Jangan sampai aku mendengar omelan Indah saat dia pulang nanti karena kamar yang kotor dan berantakan.
Selesai dengan membereskan kamar, aku lalu merebahkan badanku di atas kasur lalu mulai mengecek ponselku yang dari tadi ku abaikan.
Aku membuka aplikasi bbm dan menemukan beberapa pesan baru disana. Dan salah satunya dari Alfajri.
Malam Kei, lagi apa ?
Sorry baru bales Al, aku baru kelar ngerjain tugas. Sekarang lagi tiduran aja. Kamu lagi apa ?
Owh. Aku lagi duduk-duduk aja sama abang-abang deket rumah di pos ronda. Kamu udah makan ?
Kamu ikutan jaga di pos ronda ? Aku belum makan. Nungguin Indah pulang dulu, soalnya tadi nitip beli makanan sama dia. Kamu udah makan ?
Iya. Ketimbang dirumah sendirian. Mending disini kan. Rame. Aku udah makan. Memangnya Indah kemana ?
Enakan rame yak. Biasalah Al, lagi pacaran dia haha.
Kamu gak pacaran juga ?
Pacaran kok, sama dinding kosan -_-
Haha. Masa sama dinding kosan.
Iya. Huhuu.
Pacar kamu kemana ?
Gak punya pacar :(
Kasian. Jomblo :p
Memangnya kamu enggak ?
Jomblo juga sih. Haha
Uuu. Dasar !
Akhirnya aku menghabiskan malam ini dengan chatting bersama Alfajri.
***
Dua minggu berlalu sejak perkenalanku dengan Al. Kami masih sering berkomunikasi. Entah itu sekedar menanyakan "lagi apa" atau "udah makan belum ?".
Dia teman chatting yang menyenangkan dan juga...perhatian. kadang-kadang dia bisa menjadi menyebalkan, apalagi saat aku mengeluh sakit perut karena magg ku yang kambuh. Dia bahkan bisa mengomeliku seharian, atau yang lebih parah malah mengabaikanku. Dia akan memilih untuk tidak membalas pesan-pesanku.
Seperti saat sekarang. Dia tidak membalas pesanku sejak tadi siang aku mengeluh sakit perut lagi. Memang salahku juga, sudah tau belum makan nasi dari pagi, malah memilih makan mie rebus untuk makan siang.
Aku menghela napas berat. Rasanya sesak sekali. Aku sudah terbiasa chatting dengan Al, jadi saat dia marah begini, aku merasa sedikit kehilangan.
Aku memutuskan untuk mengirim pesan lagi kepada Al. Berharap dia membalasnya.
Hei. Masih marah ?:(
Tiga puluh menit berlalu, namun Al masih belum membalas pesanku. Tapi aku masih bisa sedikit tenang, karena disana masih belum ada tanda bahwa pesan itu sudah dibaca. Mungkin saja Al lagi sibuk dan belum melihat ponselnya. Iya. Mungkin saja.
Beberapa saat kemudian ponselku berbunyi. Ada pemberitahuan pesan baru di aplikasi bbmku. Aku langsung membukanya dengan cepat saat tau pesan itu dari Al.
Enggak.
Hanya satu kata, dan itu semakin membuat dadaku menjadi sesak. Entah karena apa.
Beneran ? Tapi kenapa jadi cuek banget :(
Aku baru pulang, tadi di ajak keluar sama teman. Kamu sudah makan ? Masih sakit ?
Aku udah makan. Masih sakit sih, tapi udah gak sesakit tadi sore. Aku udah minum obat kok. Kamu udah makan ?
Aku udah makan. Mending kamu sekarang istirahat.
Gak mau, masih pengen bbman sama kamu.
Kei, kamu itu lagi sakit. Istirahat.
Sakit perut doang kok. Aku janji ga tidur lewat dari tengah malam.
Gak. Istirahat sekarang. Atau besok gak usah hubungin aku lagi.
Oke fine. Aku tidur.
Good night Keira.
Good night.
Aku memanyunkan bibirku. Merasa sedih karena Al terlihat sangat dingin malam ini. Dan tanpa bisa aku tahan lagi, akhirnya aku menangis. Aku tidak mau Al yang seperti ini. Al yang cuek dan tampak tidak peduli padaku, menurutku.
***
"Kei, tugas dari Pak Pian udah kelar belum?" Tanya Indah kepadaku. Dia sedang menghidupkan laptopnya. Aku bisa menebak pasti dia belum mengerjakan tugas dari Pak Pian.
"Udah." Jawabku singkat sambil memainkan ponselku. Seperti biasa, aku lagi chatting dengan Al. Dia sudah kembali menjadi Al yang aku suka.
Tunggu.
Apa barusan aku bilang suka sama Al ?
Astaga.
"Tumben banget udah kelar. Sok rajin lo."
Aku tertawa. "Gue emang rajin."
Indah mendengus pelan. Lalu mulai mengerjakan tugasnya. Aku membiarkan Indah fokus tanpa mengganggunya.
Aku tersenyum sumringah saat melihat pesan dari Al yang mengatakan bahwa dia akan menelponku. Ya, dia sudah meminta no ponselku dan sebentar lagi akan menelponku. Itu berarti ini pertama kalinya aku mendengar suaranya.
Ponselku berdering, ada panggilan telepon masuk. Dan aku bisa menebak kalau itu dari Al. Aku langsung mengangkatnya.
"Halo." Sapaku pelan.
"Hai." Ucap Al dari sana. Aku kembali tersenyum setelah mendengar suara Al. Dan entah kenapa jantungku berdebar-debar. Harus aku akui, aku suka mendengar suaranya. Sangat.
"Lagi apa ?" Tanyanya.
"Tiduran, kamu ?"
"Sama. Lagi tiduran juga. Besok kamu ada jadwal kuliah ?"
"Iya. Masuk pagi. Kamu gimana ?"
"Aku masuk pagi juga, bangunin aku ya ?"
"Bangunin ? Gimana caranya ?"
"Telepon-telepon aja. Hp gak aku silent kok."
"Oke. Aku bangunin jam 7 ya."
"Iya."
Setelah itu aku dan Al membicarakan banyak hal. Seperti kegiatanku seharian ini. Kegiatan dia seharian ini. Bahkan sampai membahas masalalu percintaan kami.
***
"Capek banget gue." Keluhku lalu menghempaskan badan dikasur.
Aku baru saja pulang dari mall bersama Indah dan Diah, teman satu kosku juga. Kami berbelanja kebutuhan masing-masing sambil cuci mata.
Aku mengecek ponselku. Dan seperti biasa menemukan pesan baru dari Al.
Udah pulang ?
Itu isi pesannya dari dua puluh menit yang lalu. Aku memang mengabarinya saat akan berangkat tadi.
Aku baru nyampe kosan Al. Kamu lagi apa ?
Lagi nongkrong di pos ronda. Sudah makan kan ?
Belum. Aku masih kenyang. Kebanyakan jajan tadi. Kayaknya ga makan lagi deh. Kamu udah makan ?
Udah. Kamu harus paksain makan, walaupun dikit. Ntar magg kamu kumat lagi.
Masih kenyang banget Al :(
Makan sayang.
Aku sontak tersenyum sumringah sambil menghentak-hentakkan kakiku di kasur. Ini pertama kalinya dia memanggilku sayang. Dan aku bahagia sekali.
"Kenapa lo ?" Tanya Indah.
Aku menggeleng sambil masih tersenyum. "Kepo lo."
Indah mencibir. "Paling karena si Al."
Aku mengabaikan ucapan Indah, lalu mulai mengetikkan balasan pesan dari Al.
Baiklah tuan pemaksa. Nanti aku makan. Puas ?
Bagus.
***
Aku bolak-balik mengubah posisi tidurku. Namun masih saja tidak bisa tidur. Aku tidak biasa tidur sendiri, dan sekarang aku harus tidur sendiri karena Indah sedang pulang ke kampung halamannya.
Al, sudah tidur ? Aku tidak bisa tidur :(
Aku memutuskan mengirimkan pesan itu kepada Al. Padahal tadi aku sudah pamit tidur dari jam sepuluh tadi kepadanya.
Belum. Kenapa tidak bisa tidur ?
Gak tau. Aku telpon ya ?
Iya. Telponlah.
Aku langsung mencari no Al di kontak, setelah itu menekan tombol panggilnya. Al langsung menerima panggilanku pada dering kedua.
"Kenapa tidak bisa tidur ?" Tanyanya langsung.
"Aku takut. Aku tidak biasa tidur sendiri."
Aku mendengar Al menghela napas di seberang sana. Dia pasti sedikit kesal. Dia pernah bilang kalau dia tidak suka aku terlalu manja dan cengeng. Dia ingin aku mandiri dan jadi lebih tegar lagi. Apapun yang terjadi.
"Paksain Kei. Kamu itu udah gede. Apa yang kamu takutin ?"
"Takut aja Al, temenin aku bentar ya. Please." Ucapku sedikit merengek.
"Iya. Tapi gak lebih dari jam 12. Kamu harus tidur.
"Oke."
Setelah itu kami kembali membicarakan banyak hal dengan tenang sampai kepada kalimat yang tanpa sengaja keluar dari bibirku. Yang membuat suasana menjadi canggung.
"Al. Aku sayang kamu."
Al diam beberapa saat lalu kembali berbicara. "Aku juga."
"Juga apa ?"
"Juga sayang kamu."
"Beneran ?" Tanyaku tanpa bisa menutupi nada bahagiaku.
"Iya Kei."
"Jadi ?" Tanyaku lagi.
"Jadi apa ?" Tanyanya balik. Aku gak tau apakah dia memang tidak mengerti maksudku atau pura-pura tidak mengerti.
"Jadi gimana kelanjutannya, tentang kita."
Al menghela napas berat lagi. Aku was-was menunggu apa yang akan diucapkan Al selanjutnya.
"Kei, aku akui aku sayang sama kamu, aku nyaman sama kamu. Tapi, aku gak bisa mengabulkan apapun yang ada di fikiran kamu saat ini. Kita gak akan berhasil Kei."
"Kenapa ?" Tanyaku lirih. Dadaku sesak seketika. Rasanya ada ribuan beton yang menghimpit disana.
"Jarak. Aku berada di pekanbaru. Sedangkan kamu berada di padang. Kita sulit untuk bertemu Keira. Dan aku tidak bisa menjalani hubungan jarak jauh."
"Kenapa kita tidak coba dulu ? Aku beneran sayang samu Al. Sangat."
"Aku tau, Kei. Tapi aku sungguh-sungguh tidak bisa. Aku gak bisa ngebayangin jika suatu saat nanti, saat kita memutuskan untuk menjalani hubungan pacaran, dan tiba-tiba aku atau kamu rindu ingin bertemu. Sementara kondisinya kita gak bisa ketemu. Aku gak bisa ngebayangin gimana rasanya. Ditambah lagi sifat manja dan cengeng kamu, aku gak mau kamu nangis saat gak bisa ketemu sama aku. Aku gak bisa Kei. Mengertilah."
Aku menangis mendengar semua ucapan Al yang berarti penolakan untukku. Tadinya aku fikir hubungan kami akan naik satu tingkat dari level pertemanan. Tapi ternyata aku salah. Aku tidak yakin hubungan kami akan membaik setelah ini. Bahkan untuk level teman sekalipun.
"Jangan menangis. Aku tidak suka kamu menangis." Ucap Al lagi saat tidak ada satu katapun yang keluar dari bibirku. Hanya suara tangisan saja yang akan terdengar oleh Al.
"Keira. Berhentilah menangis. Atau aku akan matikan teleponnya.
Bukannya menenangkanku, Al malah semakin menambah kesedihanku. Aku tau dia tidak suka aku menangis. Tapi setidaknya, untuk saat ini, aku berharap dia mau sedikit saja menunjukkan rasa sayangnya dengan cara menenangkanku.
Tapi Alfajri tetaplah Alfajri, laki-laki yang akan selalu membuktikan perkataannya. Dia benar-benar memutuskan sambungan telepon. Membiarkanku menangis terisak-isak disini.
***
To be continue...
Dia "Alfajri" ku.
Oleh
NindyKornelia
Categories
Part 1
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment