Dia "Alfajri" ku

Oleh NindyKornelia

Sebulan berlalu sejak ungkapan sayang yang membuatku menangis semalaman. Aku sedih. Sangat sedih. Ditambah lagi dengan Al yang benar-benar terlihat tidak peduli.

Sejak kejadian itu hubunganku dan Al memburuk. Dia tidak lagi menghubungiku seperti biasanya. Bahkan pesan-pesan yang aku kirimkan kepadanya pun hanya di balas seadanya.

Aku masih saja memaksakan diri untuk memperbaiki keadaan. Perasaan sayangku kepada Al amat sangat besar. Aku tidak masalah jika hubungan kami hanya akan berada di level pertemanan. Asalkan aku masih bisa mengetahui kabar Al setiap harinya.

"Kenapa lo ?" Tanya Indah yang baru saja pulang dari kampus.

"Gak papa. Absen gue gimana ?" Tanyaku, sambil memperbaiki selimut yang ku pakai. Hari ini aku memang tidak mengikuti jadwal perkuliahan. Demam sejak dua hari yang lalu membuatku lebih memilih untuk beristirahat dikosan saja.

"Udah gue izinin kok. Lo udah makan ? Obatnya udah di minum ?"

"Udah kok."

"Bagus deh. Cepet sembuh dong. Gak enak tau kekampus sendirian."

"Iya, besok kayaknya gue udah ngampus lagi. Udah mulai enakan badannya."

Ponselku berdering, ada pemberitahuan pesan baru di aplikasi bbm milikku. Aku lalu membukanya.

Cepat sembuh ya.

Itu pesan dari Al. Singkat, padat dan mampu membuat senyum kecil terbit di bibirku.

Terimakasih Al :)

Aku menunggu balasan dari Al selanjutnya, namun tidak ada lagi balasan dari Al. Dia hanya membaca pesan dariku. Membuatku menghela napas berat. Al benar-benar mencoba menjauh dariku.

***

Sudah bulan kedua, Aku dan Al tidak lagi berkomunikasi. Aku sengaja tidak lagi mengganggunya dengan pesan-pesan singkat dariku. Semua berakhir, bahkan sebelum dimulai.

Dan aku rasa Al terlihat baik-baik saja tanpa gangguan dariku. Sepertinya hanya aku saja yang merasakan sakit memiliki perasaan bernama sayang ini. Atau memang Al tidak pernah benar-benar sayang padaku ?

Entahlah.

Yang jelas hatiku lelah.

Sepertinya bertingkah seperti tidak saling mengenal seperti ini lebih baik. Ya walaupun aku masih saja sering mengintip display picturenya untuk melihat wajah Al.

***

Tiga tahun kemudian.

Tanggal 5 April, hari ini adalah ulang tahun Al. Tiga tahun telah berlalu, aku memang masih mengingatnya. Walaupun selama tiga tahun terakhir aku memiliki kekasih, namun tetap saja Al masih memiliki tempat di hatiku.

Selama tiga tahun tanpa komunikasi lagi bersama Al membuatku belajar tentang banyak hal. Aku berusaha menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Mengurangi sifat manja serta cengengku. Berharap suatu saat Al mengatakan bahwa dia bangga dengan perubahanku.

Ngomong-ngomong walaupun sudah tiga tahun tidak berkomunikasi, kami masih saja bertahan untuk tetap berteman di aplikasi bbm walaupun tidak pernah saling sapa. Bahkan saat aku ataupun dia berganti pin baru, kami tetap saling meminta pertemanan kembali. Dan itu membuatku tau satu hal, dia masih mengingatku seperti aku yang masih mengingatnya dan sedikit memori di masalalu.

Selamat ulang tahun, Al :)

Aku mengirimkan pesan itu kepadanya. Berharap Al membalasnya dengan hangat. Bukan lagi menghindar dariku.

Beberapa saat kemudian doaku terkabul, Al membalasnya.

Terimakasih Kei :) kamu apa kabar ?

Aku baik. Kamu gimana kabarnya ?

Aku baik. Lagi apa ?

Lagi mau mandi. Kamu ?

Aku lagi duduk-duduk aja.

Setelah itu kami melanjutkan berbalas pesan dengan membahas banyak hal. Tanpa ada kecanggungan sama sekali. Dan itu membuatku kembali bahagia. Alfajriku telah kembali seperti dulu, ya Alfajriku.

Tanpa aku sadari, kami telah berbalas pesan hingga malam. Al menyuruhku beristirahat. Tapi aku berusaha mengulur-ngulur waktu. Aku masih belum ingin mengakhiri hari yang bahagia ini. Aku tidak yakin kami bisa seperti ini lagi esok hari.

Tidurlah Kei, ini sudah malam. Kamu harus istirahat.

Sebentar lagi ya. Aku masih pengen bbman sama kamu. Besok belum tentu kita bisa seperti ini lagi :(

Kenapa ngomong gitu ? Kita masih bisa komunikasi lagi besok.

Beneran ? Kamu janji ?

Iya sayang. Aku janji, aku bahkan akan menelponmu besok malam kalau kamu mau tidur sekarang.

Aku langsung tersenyum sumringah membaca kata "sayang" yang ditulis Al serta janjinya yang akan menelponku besok malam. Akhirnya setelah tiga tahun, aku akan mendengar suaranya lagi.

Baiklah. Aku akan tidur sekarang. Good night Al :)

Good night Kei :)

***

Hari ini aku lalui dengan sangat semangat. Berharap malam cepat datang. Aku tidak sabar mendengar suara Al, lagi.

Sejak pagi, aku berusaha menghubungi Al untuk sekedar mengucapkan selamat pagi. Dan dia membalas pesanku. Bahkan hingga sore ini, kami masih menyempatkan saling berbalas pesan di sela-sela kesibukan masing-masing.

Pukul 20.30 Al menelponku. Aku langsung mengangkatnya dengan semangat.

"Hai." Sapaku tanpa bisa mengurangi nada bahagiaku.

"Hai. Lagi apa ?" Tanya Al padaku.

"Tiduran aja. Kamu lagi apa ?"

"Lagi duduk-duduk di teras rumah."

"Gak duduk-duduk dipos ronda lagi ?" Tanyaku sambil tertawa pelan.

Al ikut tertawa. "Gak lah. Kan udah janji mau nelpon kamu. Sudah makan ?"

"Udah dong. Kamu ?"

"Udah juga."

"Al."

"Apa ?"

"Aku seneng banget bisa denger suara kamu."

Al tertawa pelan. "Suara aku merdu banget ya ?"

Aku berdecak. "Terserah deh ya."

Al tertawa lagi. "Pacar kamu gak nelpon ?"

"Pacar ? Aku gak punya pacar -_-"

"Masa iya. Yang sering kamu jadiin profile picture bukannya pacar kamu ?"

"Aku udah putus Al. Sejak dia wisuda malahan."

"Aku boleh nanya satu hal ?"

"Apa ?"

"Kamu pacaran sama dia karena hampir mirip sama aku atau aku aja yang kegeeran ngerasa kamu sengaja nyari yang mirip aku ?"

Aku tersenyum tipis. Tidak menyangka hal akan menanyakan tentang itu.

Aku menghela napas pelan. "Dari fisik memang mirip kamu sih. Tapi aku gak sejahat itu kok, sampai ngejadiin dia sebagai jelmaan kamu. Aku sayang kok sama dia waktu masih pacaran."

"Aku tau, karena kalau kamu gak sayang sama dia, gak mungkin kalian sampai ngejalanin hubungan bertahun-tahun. Kamu tau Kei, aku bahagia ngeliat kamu sama dia."

"Kenapa ?"

"Karena kamu terlihat bahagia sama dia. Dan dia bisa ngejaga kamu disana. Bukan seperti aku yang gak bisa apa-apa disini."

"Ya. Dia memang menjaga aku dengan baik." Ucapku dengan pelan. "Jadi, siapa perempuan yang pernah kamu jadiin fotonya sebagai display picture bbm kamu ?" Tanyaku pada Al. Aku ingat sekali, dia pernah beberapa kali memasang foto perempuan cantik sebagai display picturenya, dulu.

"Yang mana ? Aku gak ngerasa pernah masang foto perempuan."

"Gak usah pura-pura gak tau deh Al. Aku masih inget kok kamu pernah masang fotonya, kalau gak salah kamu nulis nama dia juga waktu itu. Tapi aku lupa namanya."

"Aku beneran gak inget Kei."

"Jadi sekarang kamu gak punya pacar ?"

"Gak, aku lebih pengen lulus ketimbang punya pacar." Al tertawa di akhir kalimatnya.

"Semangat terus ya. Usahain tahun ini di wisuda."

"Iya. Kamu kerja dimana sekarang ?"

"Aku masih nganggur Al. Belum dapat izin merantau. Jadi dirumah aja dulu."

"Izin ke pekanbaru aja. Ntar aku yang bakal jagain kamu disini. Bilang sama mama papa gak usah khawatir."

"Pengen banget mah kalau di izinin."

"Kamunya yang harus pinter-pinter bilang sama mama papa. Terus buktiin kalau kamu udah gede, udah bisa jaga diri sendiri. Jangan kayak bocah terus."

Aku tersenyum mendengar omelan kecil dari Al. Akhirnya malam ini kami menghabiskan waktu 2 jam lebih dengan telponan.

***

Tiga minggu berlalu sejak Al menelponku malam itu. Dan hingga saat ini komunikasi kami lancar sekali.  Bahkan kami mulai menggunakan kata sayang hampir disetiap pesan. Seperti saat sekarang ini.

Jangan lupa makan siang sayang :)

Itu adalah pesan singkat dari Al. Dia memang mulai sering mengirimiku pesan singkat duluan walaupun hanya sekedar mengingatkan makan siang atau makan malam. Begitupun dengan aku.

Kamu juga jangan lupa makan siang :) masih dikampus ?

Masih. Lagi nunggu dosen buat bimbingan. Kamu udah pulang ?

Belum, aku pulang sorean kayaknya.

Ya udah, lanjutin dulu kegiatan kamu. Nanti pulangnya hati-hati ya.

Iya, kamu juga. Aku sayang kamu.

Aku sayang kamu juga.

***

Memasuki minggu ke empat, aku dan Al masih sering komunikasi. Namun entah kenapa aku mulai merasa Al sedikit menghindariku. Entah karena apa.

Padahal, selama empat minggu terakhir kami tidak pernah bertengkar. Aku juga bahkan tidak pernah menuntut apapun dari Al, termasuk tentang status hubungan yang kami jalani sekarang.

Karena, sama seperti dulu, bagiku bisa mengetahui kabar Al setiap harinya sudah membuatku bahagia.

Aku memutuskan untuk menelpon Al sekarang. Menanyakan apa yang terjadi dengannya. Benarkah dia mencoba menghindariku atau perasaanku saja.

Al mengangkat teleponku pada deringan kelima.

"Halo." Sapa Al dari seberang sana.

"Hai Al, lagi apa ?"

"Lagi tiduran aja. Kamu ?"

"Sama. Lagi tiduran juga."

Al diam. Aku kembali memanggilnya.

"Al..."

"Ya ?"

"Kamu kenapa ? Aku ngerasa kamu mulai menjauh dari aku."

Aku mendengar Al menghela napasnya. "Aku gak bisa Kei."

"Gak bisa apa ?" Tanyaku bingung.

"Aku gak bisa ngejalanin hubungan kayak gini terus."

"Maksud kamu apa ? Aku gak ngerti."

"Kei, sudah hampir sebulan kita deket lagi. Dan jujur itu mulai membuatku merasa sulit. Hubungan seperti apa sebenarnya yang kita jalani."

"Kita temenan Al."

"Teman tapi mesra ? Teman mana yang memanggil temannya dengan panggilan sayang ? Teman mana yang komunikasi tiap hari tanpa henti ?"

Aku menghela napas pelan. "Lalu apa masalahnya ? Aku tidak menuntut apa-apa dari kamu Al. Aku juga tidak memaksa kamu untuk menaikkan status kita satu tingkat lagi. Aku cukup bahagia dengan seperti ini Al."

"Tapi aku yang tidak bisa Kei. Ini...sulit sekali rasanya.

"Kamu tau Al, kamu egois sekali. Sekarang terserah kamu. Kamu mau menjauh lagi seperti dulu juga terserah kamu. Aku gak akan memaksa kamu untuk tetap seperti ini."

"Aku minta maaf, Kei."

"Baiklah. Terserah."

Aku memutuskan sambungan telepon begitu saja. Dan untuk kedua kalinya Al mematahkan hatiku, seperti dulu.

***

To be continue...


0 comments:

Post a Comment

 

sikunin Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea