Abbi sedang memeriksa apa saja yang harus disiapkannya untuk sidang jam 10.00 nanti. Selama seminggu ini abbi memang benar-benar menghabiskan waktunya untuk mempelajari skripsinya. Dia tidak ingin mengecewakan orang tuanya serta orang-orang yang menyayangi dan mendukungnya selama ini. Dia juga ingin membuktikan kepada dimas kalau dia bisa mendapat nilai terbaik nantinya.
Berbicara tentang dimas, pria itu sedang berada dilondon sekarang. Tadinya abbi berfikir kalau dimas tidak akan pergi kemana-mana setelah dia mengungkapkan perasaannya. Aaah malam perpisahan yang menyenangkan sekaligus memalukan bagi abbi.
Flashback On
"Kakak besok akan pergi ke london". Dimas berbisik nyaris tak terdengar oleh abbi.
"Apa ? Aku tidak dengar sama sekali". Abbi berusaha menutupi kegugupan dan ketakutannya. Namun reaksi tubuhnya berkata lain. Dia tanpa sadar meremas tangan dimas dengan sedikit kuat.
Dimas menoleh kearah abbi dan melepaskan tautan jari mereka. Dia menangkup kedua pipi abbi kemudian menatap dalam kemata abbi. "Kakak besok harus kelondon. Semua persiapannya sudah siap. Kakak tidak mungkin membatalkannya" dimas berbicara pelan namun tidak ada kebohongan sama sekali dimatanya.
"Kenapa ? Apakah aku sudah terlambat ? Apakah kakak tidak menyayangi aku lagi ?". Abbi menundukkan wajahnya. Matanya mulai berkaca-kaca. Dia tidak sanggup jika harus berpisah dengan dimas.
"Terlambat ? Terlambat buat apa ? Heiii tentu saja kakak menyayangi kamu. Kakak bahkan sangat mencintai kamu abigail." Dimas mengecup dahi abbi sekilas.
"Tapi kenapa kakak tetap pergi ke london. Kakak mau ninggalin aku kan ? Kakak gak mau ketemu aku lagi kan ?". Bulir-bulir air mata mulai jatuh dipipi abbi.
"Astaga, jangan menangis seperti itu. Kakak bahkan hanya akan pergi selama dua minggu". Dimas menghapus bulir-bulir air mata abbi dengan kedua jempolnya.
"APA ??????? DUA MINGGU ?". abbi berteriak tak percaya. Dimas sontak menutup kedua telinganya. "Iya. Dua minggu. Kakak baru tau kalau kamu punya suara sekencang ini". Dimas terkekeh geli.
"Ya ampun, aku fikir kakak akan pergi lama kelondon. Trus kakak akan ninggalin aku begitu saja disini. Aku bahkan ga bisa ngebayangin jika tanpa kakak disini. Pokoknya aku gak mau kehilangan kakak". Abbi mengucapkan dengan sangat cepat dan hampir tanpa jeda.
"Ckckck jadi selain punya suara kencang kamu juga bisa berbicara secepat kereta api ya". Dimas menggelengkan kepalanya dan menggoda abbi sambil mengacak-ngacak rambut abbi.
"Ishhh. Ledekin aja terus !. Jadi kapan akan balik lagi kesini ?" Abbi memukul pelan lengan dimas kemudian kembali menyenderkan kepalanya dibahu dimas.
"Mungkin sekitar 2 minggu lagi. Itu pun kalau urusan kakak udah selesai". Dimas merangkul abbi dan mengelus-ngelus lengan abbi.
"Aaaaaah lama sekaliii...APAA ? DUA MINGGU LAGI ?". abbi berteriak lagi ketika mengingat sesuatu yang penting. Dia pun sontak mendongakkan kepalanya kearah dimas.
Dimas lagi-lagi menutup kupingnya dan melihat abbi yang ternyata juga sedang melihatnya. "Astaga, kamu mau bikin kakak jadi tuli ya. Kenapa suka sekali berteriak siih". Dimas mencubit hidung abbi dengan gemas.
"Hehee maap kak. Gaa sengaja". Abbi terkekeh sambil meringis takut dimas memarahinya. "Btw, aku akan sidang kamis depan. Kalau kakak pulang dua minggu lagi berarti kakak gak dateng dong pas aku sidang". Abbi mengerucutkan bibirnya.
"Aaaaah. Andai kakak bisa membatalkannya. Kamu tau kakak lebih senang menghabiskan waktu bersama kamu ketimbang harus pergi kesana. Berjanjilah kamu akan memperoleh nilai bagus nantinya, maka kakak akan mengusahakan untuk cepat pulang. Bagaimana ?". Dimas mencoba untuk menghibur abbi. Walaupun dia tidak tau apakah dia bisa pulang sebelum dua minggu pergi atau tidak.
Abbi membetulkan duduknya hingga dia sekarang duduk menghadap kedimas. "Ga papa kalau kakak ga bisa dateng. Aku akan berusaha keras agar mendapatkan nilai bagus nantinya. Aku akan menunggu kak dimas disini". Abbi tidak ingin dimas merasa sedih karena tidak bisa menemaninya. Dia juga tersenyum manis melihat dimas.
Dimas memandangi abbi dengan ekspresi yang tidak bisa dibaca oleh abbi. Tangan dimas mengusap pelan rambut abbi, kemudian mengusap lembut pipi abbi dan terakhir jempolnya mengusap-ngusap bibir abbi. "Kamu tau ? Dari awal kakak sangat ingin melakukan ini". Dimas menundukkan wajahnya dan tanpa disangka-sangka oleh abbi dia menempelkan bibirnya tepat dibibir abbi. Dia mencium bibir abbi penuh cinta seolah mengatakan betapa dia sangat mencintai gadis itu. Abbi yang awalnya sangat terkejut dengan apa yang dilakukan dimas pun akhirnya mulai menutup matanya dan membalas ciuman dimas dengan lembutnya.
Flashback off
"Woiii. Ngelamun aja lo". Dini melongokkan kepalanya dipintu kamar abbi. Dia lalu masuk dan duduk dipinggir kasur abbi.
"Astaga, lo ngagetin aja. Gue lagi gugup tau". Abbi memegang dadanya.
"Lagi gugup apa lagi mikirin kak dimas". Dini mencolek dagu abbi sambil tersenyum meledek untuk menggoda abbi. Saat mengetahui hubungan abbi dan dimas sudah membaik, dini jadi sering menggoda abbi. Dia juga sangat bahagia mengetahui sahabatnya itu tidak galau lagi.
"Siapa juga yang mikirin kak dimas. Emang lagi gugup pun". Abbi mencoba mengalihkan pembicaraan.
"Oh yaa. Jadi sejak kapan gugup bisa bikin pipi seseorang merona heh ?". Dini menaik turunkan alisnya. Abbi pun sontak menutup pipinya.
"Uuuuu sepertinya ada yang tidak bercerita lengkap sama gue. Jadi apa saja yang terjadi saat lo nginep di apartemen kak dimas ?". Dini menopangkan dagunya dengan kedua tangannya.
"Astaga, kan gue udah ceritain semuanya sama lo. Gue sama kak dimas ga ngapa-ngapain malam itu. Lo inget baik-baik ye. Kita HANYA TIDUR BARENG tanpa ngapain-ngapain !". Abbi menekankan kata hanya tidur bareng. Dia memang tidur bersama dimas malam itu karena dimas yang memaksanya. Dimas ingin menghabiskan waktu lebih banyak lagi bersama abbi sebelum berangkat ke london.
"Kok gue gak yakin ya". Dini menepuk-nepuk dagunya dengan jari telunjuknya seperti sedang memikirkan sesuatu.
"Baiklaah baiklaaah. Kami juga berciuman malam itu. PUAS ?". Abbi mulai terlihat kesal menjawabnya. Dia tau benar siapa dini, kalau sudah menginginkan sesuatu dia pasti akan selalu memaksa.
"Tuuh kaaaan. Sudah gue duga. Gak mungkin kalian tahan godaan jika hanya ada kalian berdua saja dikamar. Jadi gimana rasanya ?". Tanya dini lagi dengan antusias.
"Rasa apaan siih. Udaah aah. Gue mau sidang skripsi bukannya disidang pasca kegrebek. Mending sekarang lo bantuin gue bawain barang-barang gue. Dan jangan tanya apa-apa lagi soal malam itu !". Abbi melengos kekamar mandi meninggalkan dini yang masih belum puas dengan jawabannya. Didalam kamar mandi dia menetralkan debaran jantungnya.
Setelah merasa lebih baik abbi keluar dari kamar mandi. Dia melihat kamarnya kosong serta bahan-bahan buat sidang pun sudah tidak ada. Sepertinya dini sudah membawanya keluar duluan.
When I'm with you
there's no place I'd rather be
No no no no no no no place I'd rather be.
Abbi mendengar nada dering ponselnya berbunyi. Dia pun lalu mengambil ponselnya yang masih tergeletak begitu saja diatas kasur. Saat melihat nama yang tertera dilayar ponselnya abbi pun lalu tersenyum lebar dan mengangkatnya.
"Haloo kak dim". Abbi berbicara dengan semangatnya.
"Waah sepertinya ada yang seneng banget kakak telpon". Ucap dimas diseberang sana.
"Iiih hobi banget siih ngeledekin. Bukannya nyemangatin malah bikin sebel". Abbi mengerucutkan bibirnya.
"Haha sensitif sekali ternyata. Tenanglaah. Jangan gugup begitu. Kakak yakin kamu bisa ngelewatin sidangnya dengan baik". Dimas mencoba menenangkan abbi. Dia sangat tau bagaimana perasaan abbi sekarang karena dia juga sangat gugup saat sidang skripsinya dulu. Dia bahkan tidak tidur semalaman karna kegugupannya.
"Aaah andai kakak ada disinii". Abbi menghela nafasnya.
"Dengarkan kakak baik-baik. Kakak mungkin memang tidak ada disana menemanimu. Tapi percayalah kakak disini selalu mendoakan yang terbaik buat kamu. Kakak sangat mencintai kamu sayang. Apapun yang terjadi kakak akan selalu mencintai kamu". Ucap dimas lembut.
"Heiii. Kakak mau menyemangati aku apa mau menyatakan cinta siih. Kalau mau menyatakan cinta yang romantis doong". Abbi berbicara sambil tertawa kecil.
"Waah sudah berani menggoda heh. Sepertinya ada yang pengen dihukum lagi niih".
"Jiaah hukuman kakak mah gampang. Paling gak jauh-jauh dari dapur". Abbi jadi teringat dengan hukuman memasak yang diberikan oleh dimas.
"Oh ya ? Jadi hukuman kakak gampang ? Kalau begitu siapkan diri kamu untuk menerima hukuman selanjutnya dari kakak. Karena kakak akan mencium kamu sampai kamu sulit untuk bernafas nantinya !". Dimas mengatakannya dengan tegas.
"Dasar mesum ! Udaah aah. Aku harus kekampus sekarang kalau tidak mau gagal wisuda lagi tahun ini" abbi mengalihkan pembicaraan karena dia tidak mau pipinya memerah seperti tomat busuk saat mendengar hukuman yang akan diberikan oleh dimas.
"Semangat sidangnya sayang. I Love you".
"I Love you too kak dim". Abbi memutuskan sambungan teleponnya. Wajahnya langsung berseri-seri setelah mendengar suara dimas yang entah kenapa selalu ingin didengarnya. Abbi benar-benar telah sangat jatuh cinta kepada pria itu.
Bersambung ~
I Love you, not him
Oleh
NindyKornelia
Categories
Part 15
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment