"Astaga sayaaang ! Berhentilah berjalan mondar-mandir seperti itu. Kamu sudah terlihat seperti setrikaan saja !" Mario mulai terlihat kesal melihat kekasihnya, dini yang dari tadi berjalan bolak-balik gak jelas didepan ruangan tempat sidang abbi dilaksanakan.
Abbi memang sudah memulai sidangnya sejak 3 jam yang lalu. Dan sampai sekarang sepertinya belum ada tanda-tanda kalau sidangnya akan selesai. Dan sejak 3 jam yang lalu pula dini tidak henti-hentinya berdoa serta meracau gak jelas yang membuat mario jadi gemas dengan tingkah kekasihnya itu.
Mario memang tau betul bagaimana dekatnya dini dengan abbi. Dini bahkan rela membatalkan kencan mereka jika abbi sedang membutuhkannya. Begitu pun sebaliknya. Sungguh persahabatan yang mampu membuat siapapun iri.
"Heii. Aku lagi gugup sayaaaang. Ini sudah 3 jam lebih abbi didalam. Kenapa lama sekali siih". Dini benar-benar tidak tahan lagi rasanya. Kalau saja mahasiswa lain diperbolehkan menemani didalam dia pasti akan dengan senang hati untuk menemani abbi ketimbang menunggu diluar seperti ini.
"Kemarilaah". Mario menepuk pelan tempat duduk yang masih kosong disebelahnya.
"Kenapa ?". Dini menuruti perintah mario. Dia pun duduk tepat disebelah mario sambil menggoyang-goyangkan kakinya pertanda dia gugup.
"Aku tau kamu gugup. Aku juga tau kalau kamu takut abbi tidak bisa menyelesaikan sidangnya dengan baik. Namun sebagai orang yang paling mengerti abbi, kamu harusnya percaya sama kemampuan abbi. Aku yakin, abbi baik-baik saja didalam sana". Mario menggenggam tangan dini seolah menyalurkan kekuatan kepadanya.
Dini menatap mario dengan tatapan yang tidak bisa dibaca oleh mario. "Kenapa ngeliatin aku gitu banget ?". Ucap mario heran.
"Kamu beneran mario pacar aku kan ?". Dini meletakkan telapak tangannya didahi mario. "Kamu gak demam kok". Ucap dini lagi.
"Kamu kenapa siih ? Memangnya ada berapa banyak mario yang jadi pacar kamu !" Mario menyentil pelan dahi abbi.
"Hahaa habiis lucu aja denger kamu ngomong gitu. Sejak kapan pacar aku jadi dewasa gini heh ?" Dini menaik turunkan alisnya.
"Dasaaar ! Kamu meragukan kedewasaan aku yaang ?" Mario menyeringai kearah dini. Dini yang menangkap sinyal bahaya langsung berdiri dan menjauh dari mario. Dia lalu pura-pura mengintip abbi dari jendela. Mario yang menyadari perubahan wajah dini langsung saja tertawa lebar. Aaaah dia benar-benar mencintai kekasihnya tersebut.
Tak berselang lama, akhirnya abbi keluar dari ruangan tempat sidang berlangsung. Penampilannya sudah tidak serapi tadi. Wajahnya menjelaskan kalau dia sangat lelah. Dia pun menunduk lesu dihadapan dini dan mario.
"Heiii.. gimana hasilnya ?". Tanya dini dengan antusias. Namun yang ditanya bukannya berbicara malah menggelengkan kepalanya.
Dini pun sontak memeluk abbi dan menepuk-nepuk punggungnya. Entah kenapa dini merasa abbi membutuhkan pelukannya saat itu. Mario hanya bisa menghela nafas melihatnya. Dia jadi terharu melihat pemandangan didepannya.
"It's okay. Kamu udah mencoba yang terbaik". Lirih dini pelan.
"Ya ! Tentu saja" .abbi menjawab dengan lirih. "Diiiin". Ucap abbi lagi.
"Yaa". Dini masih saja memeluk abbi.
"Btw gue lulus". Abbi menahan tawanya.
Dini masih saja memeluk abbi tanpa mencerna omongan abbi barusan. Seakan tersadar akan sesuatu dini pun sontak berteriak.
"WHAT ?? Serius lo ?". Dini melepaskan pelukannya. Dia memegang bahu abbi dan menatap tajam kearah abbi yang terlihat sedang menahan tawanya. Abbi pun menganggukkan kepalanya.
"Aaaaaaaaaa selamat sayaaang. Untung gue gak punya penyakit jantung". Dini menjitak pelan kepala abbi. Abbi hanya membalas dengan cengiran sajaa.
Mereka berdua pun kembali berpelukan dan lompat-lompatan seperti anak kecil yang baru mendapatkan mainan baru. Mereka bahkan mengabaikan tatapan dari mahasiswa lain. Mereka tidak peduli dengan keadaan sekitar. Bahkan mereka tidak ingat kalau ada mario disana.
"Heem..hemm. Jadi gue kapan dipeluknya ?". Mario memainkan alis matanya.
"Isssh dasar !. Perusak suasana banget sih kamu yang ". Dini memberengut melihat kekasihnya itu.
"Hahaa oh ya selamat yaa biii. Waah bentar lagi wisuda ni". Mario mengulurkan tangannya kepada abbi.
"Thank you mario. Lo dan dini harus cepet sidang yee. Biar kita barengan wisudanya". Abbi menyambut uluran tangan mario.
"Yuuuk capcuuuss. Lo harus traktir kita makan enak hari ini !" Dini menarik pelan tangan abbi. Mario pun mengikuti mereka dari belakang.
••••••••••••••••••••••••••••••
Abbi, dini, mario, mona dan reno sedang berada disebuah restoran yang terletak di pinggiran pantai. Mereka memilih tempat yang mengarah langsung kearah pantainya. Semilir angin serta pemandangan matahari yang sebentar lagi akan terbenam menambah indahnya suasana sore itu.
Mona dan reno menyusul kesana ketika diberitahu oleh dini tentang kelulusan abbi. Mereka sengaja merayakan bersama-sama disana. Tadinya abbi ingin memilih tempat yang biasa-biasa saja. Selain karena terlalu jauh dari kampusnya, dia juga takut nanti uangnya gak cukup untuk mentraktir teman-temannya itu.
Dini yang seolah tau apa yang difikirkan abbi langsung saja mengatakan kalau makan hari itu bukan abbi yang akan membayarnya.
Abbi pun akhirnya menurut saja. Dia juga tidak diberitahu siapa sebenernya yang mentraktir mereka.
"Yaaah jadi obat nyamuk deh disinii". Abbi memanyunkan bibirnya melihat bagaimana kemesraan dua pasangan dihadapannya tersebut.
"Haha kasiaaaan. Emang dimas kapan pulangnya bi ?". Tanya reno kepada abbi.
"Gaak tau pastinya kak. Katanya sih dia dua mingguan disana. Kalau bener berarti seminggu lagi baru balik kesini". Abbi menyeruput jus jeruknya. Reno pun manggut-manggut mendengar jawaban abbi.
"Jadii dini sama mario kapan sidangnya ?". Mona mengalihkan pembicaraan saat melihat wajah sendu abbi. Dia paham banget kalau abbi sekarang merindukan dimas.
"Kita udah nyiapin semuanya kok kak. Tinggal nunggu jadwal sidang aja". Dini tersenyum lebar menjawabnya. Dia sangat senang karena bisa dipastikan dia dan kekasihnya itu akan wisuda di tahun ini.
"Waah bagus lah kalau begitu. Kalian harus semangat !" Ucap mona antusias.
Mereka berlima menghabiskan waktu sambil ngobrol-ngobrol santai tentang apa saja. Mereka juga menanyakan apa saja yang terjadi diruang sidang kepada abbi. Sesekali mereka terlihat tertawa lebar. Hingga tanpa mereka sadari ada seseorang yang sedang berjalan kearah mereka mungkin tepatnya menuju belakang abbi.
Abbi sedang menyeruput jus jeruknya saat tiba-tiba ada sebuket bunga mawar berwarna merah tepat disampingnya. Dia menoleh ke arah bunga tersebut kemudian mendongakkan wajahnya melihat sipengantar bunga tersebut.
"Aaaaaaaa kak dimas". Abbi sontak berdiri dan memeluk dimas yang entah gimana caranya sudah berdiri dibelakangnya dengan sebuket mawar merah serta senyum yang mempesona.
"Merindukan kakak heh ?" Tanya dimas sambil memeluk abbi erat.
"Tentu saja iya ! Memangnya kakak tidak merindukan ku ?". Abbi memberengut didalam pelukan dimas.
"Hahaa masih saja sensitif ternyata. Tentu saja kakak merindukanmu". Dimas mengoyang-goyangkan badannya kekiri dan kekanan, sehingga abbi yang sedang berada dipelukannya pun ikut mengikuti arah gerakan dimas.
"Banyak orang disini woii". Dini menyindir sepasang kekasih yang sedang mengumbar kemesraan itu.
Abbi melepaskan diri dari pelukan dimas. Dia melihat kesal kearah dini. "Syiriik aja iih. Lagian siapa coba yang dari tadi mesra-mesraan mulu ampe mata aku sakit liatnya". Ucapnya sebal.
"Aaaah kalian ini selalu saja meributkan hal-hal yang tidak penting". Ucap mona yang selalu menengahi keributan diantara abbi dan dini yang ditanggapi tawa cekikikan oleh keduanya.
Abbi dan dini memang sering kali berdebat, namun mereka tidak pernah menggunakan perasaan didalamnya. Jadii sekasar apapun ucapan satu sama lain tetap saja tidak mampu menggoyahkan persahabatan mereka.
"Kapan lo nyampe dim ?". Tanya reno kpada dimas.
"Mungkin sekitar sejam yang lalu". Dimas memilih duduk disebelah abbi. Dia pun membiarkan abbi yang bergelayut manja dilengannya.
"Kok kakak gak bilang pulang sekarang siih ?". Abbi memukul pelan lengan dimas.
"Surprise sayang". Dimas tersenyum lebar sambil mengelus-ngelus kepala abbi.
"Duuuh, gue keknya pengen muntah deh ngeliat lo bii. Kayak gak pernah pacaran aja !". Sindiir dini.
"Biariiin. Weeek". Abbi menjulurkan lidahnya kearah dini. Yang lain pun hanya bisa tertawa melihat tingkah dua gadis yang selalu berdebat itu.
Bersambung ~
I Love you, not him
Oleh
NindyKornelia
Categories
Part 16
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment