I Love you, not him

Oleh NindyKornelia

Abbi masih setia menunggu dimas di sofa yang memang disediakan untuk para tamu. Dia bahkan tidak sadar jika sekarang sudah hampir pukul 16.00 . Dia masih memikirkan hal yang memalukan yang dilakukannya kepada dimas tadi. Dia benar-benar merasa malu. Apalagi dia memeluk dimas dengan sangat erat. Aah rasanya dia ingin menghilang saja dari sana.

"Astaga, kenapa gue ga sadar kalo ada banyak orang didalam tadi". Gerutunya.

Drrtt..drrtt..

From : MyDini

Lagi dimana lo ? Kita udah jamuran nungguin lo dari tadi.

To : My Dini

Ya ampuun. Sorry. Gue lupa ngabarin. Gue dikantor kak dimas sekarang. Gue ga jadi kesana ya :(

Send

Drrrtt..ddrrttt.

From : MyDini

Ngapain lo disana ? Udahlah kesini aja. Udah cukup lo sedih-sedihnya selama sebulan ini. :(

To : MyDini

Siapa yang sediih. Gue udah ketemu kak dimas tauu :p udaah aah. Gue nungguin pangeran gue dulu. Bye :p

Send.

From : MyDini

Mentang-mentang udah baikan. Huuh. Ya udah. Lo harus cerita nanti. Bye.

Abbi senyum-senyum sendiri membaca pesan-pesan singkatnya bersama dini. Didalam hati dia berjanji akan berterima kasih kepada dini dan mona nanti. Kalau bukan karena mendengar pembicaraan mereka pasti abbi tidak akan senekat ini untuk menemui dimas. Dia bahkan sudah mempermalukan dirinya sendiri tadi.

"Jadi ponsel itu lebih menarik heh ?". Dimas berdiri tepat didepan abbi. Kedua tangannya diletakkan didadanya dan sebelah alisnya pun terangkat. Penampilannya sudah tidak serapi tadi. Mungkin rapat berjam-jam sudah menguras energinya.

"Astagaa,. Kak dimas. Kakak seperti hantu saja yang tiba-tiba datang". Abbi berdiri dari duduknya. Dia cemberut karena dimas mengagetkannya.

"Mana ada hantu yang setampan kakak". Dimas menampilkan wajah innocentnya.

"Huuh. PD sekali ternyata". Abbi memutar kedua bola matanya. "Kakak udah selesai rapatnya ?". Tanya abbi lagi.

"Sudah, dan sekarang waktunya untuk memberi hukuman kepada gadis nakal ini". Dimas mencubit pelan kedua pipi abbi dengan tangannya.

"Apaa ? Hukuman ? Emangnya aku salah apa ?". Abbi mengerutkan dahinya sambil mengelus-ngelus pipinya yang dicubit oleh dimas tadi. Sebenernya sih tidak sakit. Dia hanya pura-pura sakit saja.

"Kamu punya banyak salah little girl, salah satunya kamu sudah bikin kakak kacau selama sebulan ini". Dimas menyeringai penuh kemenangan.

"Heii. Memangnya kakak saja yang kacau. Aku bahkan hampir menangis tiap malam gara-gara kakak". Abbi mengerucutkan bibirnya.

"Sudahlaah. Pokoknya sekarang kamu harus ikut kakak". Dimas menggenggam tangan abbi kemudian menariknya. Dia membawa abbi keluar dari kantornya. Abbi pun hanya menurut saja dengan apa yang dilakukan dimas. Dia terlalu senang saat ini karena hubungannya dengan dimas sudah membaik. Walaupun dia sendiri tidak tau mereka sekarang berpacaran atau tidak.

•••••••••••••••••••••••••••••••

Dimas dan abbi sedang berada didalam lift di sebuah apartement mewah. Saat abbi bertanya apa yang akan mereka lakukan disana. Dimas hanya menaikkan bahunya saja. Abbi pun memilih untuk menuruti apa yang akan dilakukan dimas nantinya.

Lift berhenti dilantai 30. Dimas lalu menarik tangan abbi untuk keluar dari sana. Mereka pun berhenti disebuah pintu, dimas lalu menekan beberapa angka yang merupakan kode dari pintu tersebut.

Saat pintu terbuka dimas lagi-lagi menarik abbi untuk masuk kedalam.

"Wow. Ini keren banget kak". Abbi berdecak kagum melihat ruangan apartement dimas. Ruangan ini didominasi oleh warna cokelat. Barang-barang yang ada didalamnya pun tertata dengan rapi. Abbi yang baru pertama kali melihat ruangan apartement secara langsung nampak terlihat sangat ndeso jadinya. Menurutnya semua ini lebih bagus dari apa yang dilihatnya di televisi.

"Terima kasih. Sekarang waktunya untuk hukuman kamu sayang". Dimas menyeringai kearah abbi.

"Emang apa hukumannya ?". Abbi memasang wajah waspada.

"Hahaa jangan tegang begitu. Kakak ga mungkin macem-macem sama kamu. Ayo ikut kakak". Dimas tertawa lebar melihat ekspresi takut diwajah abbi. Dia pun membawa abbi menuju dapurnya.

"Kita mau ngapain disini kak ?". Tanya abbi dengan polos.

"Menurut kamu apa yang dilakukan orang lain didapur ? Tentu saja akan memasak. Nah dan yang akan memasak tentu bukan KITA melainkan kamu". Dimas tersenyum puas.

"Masak ? Aaah hukuman yang gampang sekali". Abbi menjawab dengan sombong. Dia memang sudah terbiasa dengan kegiatan memasak. Jika sedang libur semester dan pulang kerumahnya, abbi selalu membantu ibunya memasak. Bahkan tidak jarang juga dia yang memasak sendiri tanpa dibantu oleh ibunya.

"Baguslah kalau begitu. Kakak mau makanan spesial buatan kamu hari ini. Sementara kamu memasak kakak akan membersihkan diri dulu". Dimas lalu meninggalkan abbi sendirian didapur. Dia pernah mendengar ibunya bercerita kalau abbi pintar dalam hal memasak. Dan hukuman untuk menyuruh abbi memasak pun terlintas begitu saja dikepalanya.

Abbi melihat-lihat isi kulkas dimas yang ternyata penuh dengan bahan-bahan yang bisa diolah untuk menjadi makanan yang spesial. Ada banyak sayur-sayuran, daging serta bahan-bahan yang lainnya. Sepertinya dimas sering memasak untuk dirinya sendiri ketimbang memakan makanan cepat saji dengan delivery order.

Dia sedang berfikir makanan apa yang akan dibuatnya. Dan tiba-tiba saja dia mendapat ide yang cemerlang. Dia pun lalu mengambil bahan tersebut sambil tersenyum ala devil.

Tidak butuh lama, abbi sudah menyelesaikan masakannya. Dia pun meletakkannya dipiring yang bermotif sangat cantik. Kemudian diberi hiasan daun seledri diatasnya seperti yang dilakukan para chef-chef handal.

Sembari menunggu dimas selesai mandi, abbi memainkan ponselnya. Dia berniat untuk melanjutkan cerita yang belum selesai dibacanya di aplikasi wattpad. Saat ingin membuka aplikasi tersebut tiba-tiba ponselnya berdering pertanda ada telepon masuk. Dan nama dini tertera di layar ponselnya.

"Haloo din. Kenapaa ?"

"Gue mau ngabarin lo kalo jadwal sidang lo udah keluar. Lo sidang kamis depan jam 10.00". Ucap dini diseberang sana.

"Astaga, cepat banget. Berarti seminggu lagi dong".

"Ya gitu deh. Udah ya ntar pulsa gue abis. Bye".

Dini memutuskan sambungan telpon begitu saja. Abbi menghela nafas pasrah mendengar informasi dari dini. Dia tidak menyangka kalau jadwal sidangnya akan keluar secepat ini. Sepertinya dia akan sangat sibuk belajar selama seminggu ini.

Dimas keluar dari kamarnya dengan kadar ketampanan yang makin meningkat menurut abbi. Dia berdiri didekat meja makan dan melihat ada sepiring makanan yang masih ditutup.

"Kamu masak apa ? Kok cuma sepiring ?". Dimas menaikkan sebelah alisnya dan melihat abbi yang tersenyum lebar.

"Ini masakan spesial tauu. Kakak sudah siap melihatnya ?". Dimas menganggukkan kepalanya. Dalam hati dimas merasa curiga dengan senyum yang ditampilkan abbi. Seolah-olah sedang merencanakan sesuatu." Aku hitung yaa. Satuu....dua....tigaaa...tadaaaaaaaa". Abbi membuka penutup makanan tersebut.

Dimas membulatkan matanya. Mulutnya pun terbuka melihat makanan yang dimasak oleh abbi.

"Jadi kamu cuma memasak telur dadar ?". Tanya dimas tidak percaya. Tadinya dimas membayangkan makanan yang benar-benar menggugah selera. Namun ternyata semua diluar ekspektasinya.

"Kakak bilang CUMA ? Ini makanan spesial tauu. Kan aku bikinnya pake cinta". Abbi menaik turunkan kedua alisnya. Dia sudah berani menggoda dimas ternyata.

"Bilang aja kamu gak bisa masak. Sepertinya mami salah bercerita waktu itu. Pintar masak dari mana. Kalau cuma telur dadar mah bocah ingusan juga bisa bikinnya". Dimas menggerutu sebal.

"Hahahahaa...kak dimas lucu sekali". Abbi tertawa lebar mendengar gerutuan dimas. Dia bahkan terpingkal-pingkal dan memegangi perutnya yang sudah mulai terasa kram karena terlalu banyak tertawa.

"Apanya yang lucu. Berhentilah tertawa menjengkelkan seperti itu atau tidak kakak akan cium kamu sekarang juga". Abbi langsung terdiam mendengar ancaman dimas. Tapi sesekali dia mengeluarkan tawa yang ditahan-tahannya.

"Sebenernya aku sengaja bikin telur dadar sebagai hukuman buat kak dimas". Ucap abbi lagi masih dengan senyum lebarnya yang terlihat sangat menjengkelkan oleh dimas.

"Hukuman ?". Dimas menaikkan sebelah alisnya.

"Yap ! Kakak udah ngasih hukuman dengan nyuruh aku masak kan ? Nah sekarang giliran aku yang ngasih kakak hukuman dengan nyuruh kakak makan dengan telur dadar ini. Bukankah kita sama-sama kacau selama sebulan ini ? Lagian kakak tenang aja. Walaupun cuma telur dadar dijamin rasanya sangat enak !". Ucap abbi dengan percaya dirinya.

Dimas pun akhirnya pasrah dengan hukuman yang diberikan abbi. Lagian rasa telur dadarnya memang enak seperti yang dikatakan abbi. Mereka berdua makan dengan lahapnya. Sepertinya perut mereka memang sudah sangat kelaparan dari tadi.

Selesai makan, abbi membereskan meja makan dan langsung mencuci piring-piring kotor yang ada. Tadinya dimas menawarkan diri untuk membantu abbi. Namun abbi menolaknya dan menyuruh dimas duduk manis saja. Dimas pun tidak membantah abbi karena saat ingin membantahnya gadis itu sudah lebih dulu memelototkan matanya.

Dimas memilih untuk menunggu abbi sambil menonton TV. Dia menonton salah satu acara pencarian bakat yang ditayangkan disalah satu stasiun televisi swasta. Dia memang tidak suka menonton sinetron yang terlalu mendramatisir kehidupan menurutnya.

Saat asyik menonton tiba-tiba saja abbi duduk disampingnya namun masih dengan jarak yang cukup untuk membuat orang lain duduk ditengah-tengah mereka. Sepertinya abbi sudah selesai membereskan pekerjaannya didapur.

"Heii, kenapa duduknya jauh begitu. Kemarilah". Ucap dimas sambil menarik pelan lengan abbi agar abbi duduk tepat disampingnya tanpa jarak lagi. Abbi pun menurut saja dengan apa yang dikatakan dimas.

Abbi menyenderkan kepalanya dibahu dimas. Dimas pun menyelipkan jari jemarinya disela-sela jari abbi. Jari mereka pun saling bertautan. Dimas sesekali meremas sedikit kuat tangan abbi.

Mereka pun asyik menonton dalam posisi yang seperti itu hingga tiba-tiba dimas mengucapkan kalimat yang mampu membuat tubuh abbi menegang ditempatnya. Dia pun sontak meremas tangan dimas dengan kuat seolah meminta kekuatan dari dimas.

"Kakak besok akan pergi ke london".

Bersambung ~


0 comments:

Post a Comment

 

sikunin Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea