My Lovely son

Oleh NindyKornelia

Sasha pov

Hari minggu waktunya kami jalan-jalan. Aku selalu menutup tokoku pada hari minggu. Selain karena aku menginginkan quality time dengan jagoan kesayanganku, aku juga ingin karyawan yang lain memiliki quality time dengan orang-orang tersayang mereka.

Aku menunggu Bimo selesai mandi sambil menyiapkan perlengkapan yang akan kami bawa. Aku selalu membawa banyak barang jika bepergian dengan Bimo, walaupun kami tidak keluar kota. Barang-barang seperti baju ganti buatku dan Bimo, jaga-jaga saja jika terjadi hal-hal yang mengharuskan kami mengganti pakaian. Cemilan agar Bimo tidak kelaparan jika kami belum menemukan tempat makan. Serta berbagai mainan supaya dia tidak bosan didalam mobil.

Ceklek.

Aku mendengar pintu kamar mandi berbunyi. Sepertinya Bimo telah selesai mandi. Aku menoleh kearah pintu dan melihatnya keluar dengan handuk yang melilit dipinggangnya.

"Sinii, Bunda pakein baju."

Dia menggeleng.

"Bimbim bisa pake baju sendiri bunn. Bunda mandi aja."

Aku melihatnya mengambil daleman dan baju yang sudah kusiapkan diatas tempat tidur. Aku memang mengajarkannya untuk mandiri sejak dia bisa mulai mengerti apa yang aku bicarakan.

"Ya udah, Bunda mandi dulu."

Aku mengambil handuk kemudian masuk ke kamar mandi. Sepertinya aku harus mandi dengan kilat sekarang.

Biasanya kalau sedang ingin jalan-jalan seperti ini, Bimo pasti tidak akan sabaran untuk segera berangkat.

***

Kami berdua, aku dan Bimo baru saja membeli tiket masuk ke kebun binatang. Setelah menyerahkan tiket tersebut kepada petugasnya, kami berdua baru dibolehkan untuk masuk ke kebun binatangnya.

"Bimbim mau liat apa dulu ?" Tanyaku kepada Bimo yang berdiri disampingku sambil memegang erat tanganku.

"Bimbim mau liat ular bun."

"Ular ?" Tanyaku memastikan.

Dia mengangguk.

"Bimbim gak takut ?" Tanyaku lagi.

"Bimbim mau liat aja bunn."

"Baiklah."

Aku menggandeng Bimo agar tidak terpisah denganku. Apalagi tempatnya lumayan ramai. Aku melihat peta yang menunjukkan dimana keberadaan hewan reptil, setelah menemukannya aku lalu berjalan untuk mencarinya.

"Bun, itu apaa ? Kok kayak dinosaurus." Bimo menunjuk Igguana yang berada di bahu salah satu pengawas kebun binatang.

"Itu namanya Igguana Bim, bukan dinosaurus. Bimbim mau kesana ?"

"Gak ah bun. Sereem." Dia bergidik ngeri.

Astaga. Lucu sekali.

Kami lalu melanjutkan untuk mencari tempat dimana Ular-ular berada.

"Buun, Bimbim mau pegang ular itu." Dia terlihat antusias melihat ular yang dipegang pengawasnya saat kami sudah sampai dimana reptil melata itu berada.

"Biim, lihat dari sini aja yaa." Bujukku.

Aku agak ngeri juga melihat ular yang gedenya hampir selengan orang dewasa.

"Ayolah bun, Bimbim mau pegang." Dia mulai merengek-rengek ala anak kecil. Matanya juga mulai berkaca-kaca. Aku mulai bingung sekarang. Sementara pengunjung yang lain juga mulai memperhatikan kami.

"Heii jagoan. Kenapa menangis ?" Seseorang mensejajarkan tingginya dengan Bimo. Aku tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas. Karena posisinya menyamping nyaris membelakangiku. Yang aku tau, dia adalah seorang pria.

"Bimbim mau pegang ular itu om. Tapi Bunda gak bolehin."

Pria itu menoleh kepadaku. "Boleh aku ajak dia kesana ? Aku janji dia akan baik-baik saja."

Aku mematung seketika setelah melihat wajah pria itu. Dia adalah Bima. Bagaimana bisa dia ada disini ? Apakah ini hanya kebetulan ? Atau memang takdir menginginkan pertemuan Bimo dengan ayahnya ?

Entahlah.

"Buun, kok malah ngelamun siih." Suara Bimo menyadarkanku.

Aku melihat raut wajah Bima yang tidak bisa kuartikan. Namun sepertinya dia ingin melihat Bimo senang.

"Bimbim mau kesana sama om nya ?"

Dia mengangguk.

"Ya udah, pergilah. Bunda nunggu disini aja."

"Yeiiii. Makasiih bun." Bimo loncat-loncat kegirangan. Dia lalu menggandeng tangan Bima. "Ayo om." Ucapnya antusias.

Sebelum pergi dengan Bimo, Bima menoleh ke arahku. "Terima kasih." Ucapnya.

Aku tidak menjawabnya. Lagian aku membiarkannya bersama Bimo bukan karena dia, melainkan karena Bimo memang menginginkan untuk memegang ular itu.

Pemandangan didepanku ini sungguh membuat dadaku menjadi sesak. Baru kali ini aku melihat Bimbim bisa langsung akrab dengan orang yang baru di temuinya. Apalagi orang itu seorang pria.

Satu-satunya pria yang dekat dengannya adalah Dion yang notabene adalah pacarnya Dinda.

Sembari menunggu mereka selesai untuk memegang reptil cantik itu, aku mengambil beberapa foto kebersamaan mereka secara diam-diam.

"Bunn, Bimbim hauuss." Bimo dan Bima sudah selesai bermain-main dengan ular tersebut.

Aku menyodorkan sebotol air mineral yang telah kubuka tutupnya. Bimo langsung meminumnya.

"Om haus juga kan ?" tanyanya kepada Bima. "Ini minum aja punya Bimbim om." Dia menyodorkan air mineral itu kepada Bima.

Bima melirikku sekilas. Sepertinya dia memang haus, tapi tidak enak denganku kalau meminum minuman Bimo.

Aku mengangguk sekilas.

Dia lalu menerima minuman itu dan meminumnya. "Terimakasih sayang." ucapnya sambil mengelus kepala Bimo.

Dia berjongkok mensejajarkan tingginya dengan Bimo. "Nama kamu Bimbim ?" tanyanya. Aku fikir dia sudah menanyakan nama Bimo tadi saat tidak bersamaku.

"Bimo om. Tapi bunda dari dulu manggil bimbim." Bimo memperlihatkan deretan giginya yang rapi. "Nama om siapa ?" Bimo balik bertanya.

"Nama om Bima."

"Waaah, nama om mirip nama ayah ya bun."

Aku sontak melirik Bima yang ternyata juga sedang melirikku.

***

Bima pov

"Wah, nama om mirip nama ayah yah bun."

Aku sontak melihat sasha yang juga sedang melihatku. Sepertinya dia juga kaget dengan perkataan Bimo barusan.

Jujur, aku senang sekali mengetahui sasha memberi nama yang hampir mirip dengan namaku. Dia bahkan memberitahu Bimo tentang nama ayahnya. Ya walaupun aku belum bisa mengakui kepada Bimo kalau aku adalah ayahnya.

Setidaknya aku sudah bisa bertemu dengannya secara langsung.

"Ayo bim. Kita lihat hewan yang lainnya."

"Sama om Bima juga kan bun ?"

Sasha melirikku sekilas. Kemudian berdeham. "Omnya pasti sibuk Bim. Kita berdua aja yaa."

Terlihat sekali kalau sasha ingin menjauhiku. Dia bahkan tidak menyebut namaku malah menggunakan kata 'omnya'.

"Yaaaaah. Om memang sibuk apa ?" tanya Bimo kepadaku.

Aku berfikir sejenak sebelum menjawab. Aku sejujurnya ingin sekali ikut kemanapun mereka pergi, tapi aku tidak ingin sasha tidak nyaman dengan keberadaanku.

"Om ada urusan sayang. Om harus pergi sekarang."

Aku mengelus kepalanya. Ya Tuhan, aku ingin memeluknya.

"Ya udaah. Bye om."

Aku hanya bisa tersenyum miris melihat punggung kedua orang yang aku sayangi mulai menjauh.

Aku hanya bisa merapalkan doa didalam hati semoga bisa bertemu lagi dengan mereka, khususnya dengan Bimo. Putraku.

Sekarang apa yang harus kulakukan di kebun binatang ini ?

Oohh shit !

Aku baru ingat sekarang kalau aku kesini bersama Renata. Dan kalau tidak salah, tadi aku menyuruhnya untuk mencari toilet sendiri.

Aku mengeluarkan ponselku lalu menghubungi no ponsel Renata.

"KAKAAAK DIMANA ??"

Aku menjauhkan ponsel dari telinga sebelum gendang telingaku pecah akibat teriakan Renata.

"Kamu yang dimana dek ?" kalau aku sudah memanggilnya dengan 'dek' biasanya dia akan langsung luluh.

"Aku diparkiran kak. Kirain tadi kakak udah pulang. Aku telponin gak diangkat soalnya."

"Ya udah. Tunggu kakak disana ya. Jangan kemana-mana."

Aku mematikan telpon sambil menghela napas lega. Sebelum si Renata kembali mengamuk aku harus segera menyusulnya keparkiran.

***


0 comments:

Post a Comment

 

sikunin Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea