Sasha pov
"Bukan ah bun. Itu kan om yang di kebun binatang waktu itu."
Raut wajah Bima seketika menjadi sangat sendu. Aku tau dia pasti sedih ditolak oleh anaknya sendiri.
Aku mensejajarkan tinggiku dengan Bimo. Mengecup dahinya sekilas sebelum memberi pengertian. "Sayang. Om itu beneran ayahnya Bimbim." Aku melihat raut wajah bingung di wajahnya. Menghela napas sebelum melanjutkan. "Ada hal yang hanya bisa dimengerti oleh orang dewasa. Nanti kalau bimbim udah dewasa bimbim pasti ngerti."
"Kenapa waktu di kebun binatang om itu diam aja ?"
"Bukan om nak, tapi ayah. Sebenarnya waktu itu ayah udah mau bilang. Tapi karena ayah ada urusan penting makanya ayah diam aja dan langsung pergi."
Bimo masih menatapku bingung. Wajar dia bingung dengan keadaan ini. Dia lalu melirik Bima sekilas kemudian beralih menatapku lagi.
"Jadi itu ayah ?" Tanyanya lagi.
Aku tersenyum sambil mengangguk. "Iya bim."
Dia menatap Bima lagi. Aku kira dia masih akan menolak Bima. Namun jeda beberapa detik dia berlari kearah Bima kemudian menubrukkan badannya.
"Bimbim kangen ayaah."
Bimo memeluk Bima dengan sangat erat. Pemandangan ini yang selalu aku inginkan. Tanpa terasa aku menangis haru melihat mereka berpelukan seperti ini .
***
Bima pov
"Bimbim kangen ayah."
Aku bahagia. Sangat. Saat anak yang selama ini aku sia-siakan memanggilku dengan sebutan ayah. Dia bahkan mengatakan kalau dia merindukanku. Ya Tuhan.
"Maafin ayaah nak."
Aku masih memeluk Bimo dengan erat. Seolah kalau kulepaskan, dia akan menghilang lagi dari kehidupanku. Aku tidak mau itu terjadi.
"Ayah kemana aja ? Kenapa gak pernah pulang ? Ayah gak sayang bimbim ya." Bimo menangis dipelukanku. Aku juga. Namun aku menyeka setiap air mata yang menetes dengan cepat.
"Ayah minta maaf nak. Ayah sayang banget sama bimbim. Maaf ayah baru bisa nemuin bimbim sekarang."
Bimo melepaskan diri dari pelukanku. Pipi tembemnya dipenuhi dengan air mata. Mata dan hidungnya memerah. Aku menyeka air matanya.
"Jagoan tidak boleh menangis."
"Bimbim seneng ayah pulang."
"Ayah lebih senang lagi. Bimbim mau kan maafin ayah ?"
Dia mengangguk.
"Ayah jangan pergi lagi." dia mengerucutkan bibirnya.
"Ayah gak akan kemana-mana sayang." aku mengelus rambutnya.
"Waah bunda dicuekin ni."
Aku melirik Sasha yang pura-pura memasang wajah cemberut. Padahal dia melakukan itu untuk Bimo, tapi kenapa malah terlihat menggemaskan dimataku.
"Terima kasih bundaa." Bimo memeluk Sasha. Walaupun yang bisa dia peluk hanya kakinya saja.
"Bimbim seneng ?"
Bimo mengangguk antusias. Lalu Sasha mengecup kepalanya sekilas. Aku bersyukur bisa melihat pemandangan seindah ini secara langsung.
"Ayah, bimbim lapar. Bimbim mau makan disuapin sama ayah."
"Bimbim mau makan apa ?" Ucapku bersemangat. Aku tidak sabar untuk menyuapi jagoan kecilku ini.
"Bimbim mau ayam goreng yaah."
"Ya udaah. Ayok kita pergi." Aku melirik Sasha yang sedang tersenyum melihat kami, mungkin melihat Bimo lebih tepatnya.
"Gendong yaah."
"Sayaang. Bimbim kan udah gede. Masa masih digendong siih." Sasha menegur Bimo. Yang ditegur langsung mengerucutkan bibirnya. Ngambek.
"Gak papa Sha, sini ayah gendong."
Aku lalu menggendong Bimo menuju mobil. Membukakan pintu belakang kemudian mendudukannya di sana. Sasha juga melangkah menuju pintu belakang di sebelah Bimo.
Sebelum dia membuka pintu aku lebih dulu memanggilnya.
"Shaa."
"Yaa."
"Keberatan gak kalau kamu duduk didepan ?"
Dia diam. Tampak berfikir.
"Baiklah." Dia lalu membuka pintu depan kemudian masuk kedalam mobil. Aku tersenyum bego seketika, aku senang karena Sasha tidak menolak permintaanku. Walaupun wajahnya masih datar saat berbicara denganku.
Aku melajukan mobil menuju salah satu restoran yang terdekat. Aku tidak mau Bimo kelaparan lebih lama. Suasana didalam mobil hanya diisi dengan celotehan Bimo tentang teman-teman sekolahnya. Sepertinya dia sedang laporan semua kejadian sekolah kepada Sasha. Aku sesekali menimpalinya.
Sampai direstoran, lagi-lagi Bimo memintaku untuk menggendongnya yang ku setujui dengan senang hati. Sasha tadinya berjalan di belakangku, tapi setelah ku minta untuk berjalan disampingku, dia menurut.
Tidak lucu rasanya kalau dia berjalan dibelakangku. Orang-orang akan mengira kami pasangan yang sedang bertengkar.
Tapi, bukankah kami bukan pasangan ?
Sudahlah. Aku malas membahasnya sekarang.
Aku memilih tempat yang dekat dinding. Memanggil pelayan kemudian memesan makanan yang akan kami santap.
"Biim, duduk sendiri aja dong nak. Jangan dipangku teruus. Nanti ayah capek."
Bimo sekarang berada dipangkuanku. Dia tidak mau duduk sendiri. Aku sih tidak masalah, toh selama ini aku tidak ada buat Bimo. Jadi aku ingin menebus semua waktu yang telah terbuang.
"Ayah capek ?" Bimo menengadahkan kepalanya melihatku.
"Gak dong. Ayah kan kuat."
Bimo tertawa dipangkuanku.
Beberapa saat setelahnya, pelayan datang membawakan pesanan kami.
"Bimbim duduk sendiri dulu yaa, biar ayah gampang nyuapinnya." Ucapku.
Bimo lalu turun dari pangkuanku kemudian pindah ke kursi sebelah. Aku mulai menyuapi Bimo.
Aku melirik Sasha yang belum menyentuh makanannya.
"Kenapa tidak dimakan ?"
"Nungguin Bimo selesai makan dulu."
Aku mengangguk.
Lalu melanjutkan menyuapi Bimo sampai sepiring nasi ditambah dua ayam gorengnya habis.
Aku baru tahu kalau makan Bimo ternyata banyak juga.
"Sekarang makanlah." Ucapku kepada Sasha. "Atau kamu mau disuapin juga ?" Aku menggodanya.
"Apaan siih."
Dia tidak menatapku. Tapi sekilas aku melihat pipinya memerah.
Astaga.
Jangan bilang kalau dia merona karena kugoda barusan. Kalau iya, bukankah itu pertanda bagus ?
***
Sasha pov
Aku sedang membuat nasi goreng untuk menu sarapan pagi ini. Entah kenapa Bimo memintaku untuk memasak lebih.
Aku juga heran dengan kelakuan Bimo pagi ini, biasanya dia akan sulit untuk dibangunkan. Tapi berbeda dengan hari ini, dia bangun sendiri, bahkan bangun lebih awal dariku.
Tepat setelah menyelesaikan nasi goreng yang ku buat, bel berbunyi.
"Biim, ada tamu tuuh. Bukain pintu dongg naak." Ucapku sedikit berteriak.
"Bimbim lagii sibuuk bun."
Aku mengernyitkan dahi. Sibuk ? Apa yang dilakukannya dikamar.
Aku melangkah menuju pintu.
Saat membukanya aku kaget melihat siapa yang datang.
"Looh. Kok kamu bisa nyampe sini ?" Tanyaku heran.
"Sorry, kemaren Bimbim minta dianterin ke sekolah. Dia juga yang ngasih alamat kamu."
Bima menggaruk tengkuknya yang bisa kupastikan kalau itu tidak gatal sama sekali.
"Pantes saja dia aneh pagi ini." Gumamku.
"Kenapa ?"
"Ooh enggak. Ayoo masuk."
Aku melangkah kedalam diikuti oleh Bima dibelakangku.
"Biim, ada ayah nii."
"Yeiii. Ayaah dateng."
Bimo bersorak kegirangan sambil berlari menuju Bima. Bima langsung menggendong Bimo dan mencium pipi tembemnya.
"Anak ayah wangi banget." Pujinya.
"Dia mau ngedeketin cewek-cewek di sekolah tuh yaah." Aku menggoda Bimo.
Bima melirikku dengan ekspresi yang tidak ku baca. Seakan ada hal aneh yang terjadi.
Astaga.
Apa barusan aku memanggil Bima dengan sebutan "yah" ?
Pipiku memanas seketika. Apalagi Bima menatapku dengan intens. Dia juga menampilkan senyum mempesonanya.
Aku membalikkan badan kemudian melangkah ke dapur. Ketimbang makin malu berada disana.
Aku mengisi 3 buah piring dengan nasi goreng yang kubuat. Pantas saja tadi Bimo memintaku untuk memasak lebih, ternyata dia menyuruh ayahnya kesini.
"Biim, ayo sarapaaan. Nanti telaat."
"Oke buun."
Bima datang dengan Bimo yang berada digendongannya. Dia mendudukan Bimo dikursi. Kemudian juga memilih duduk di sebelah Bimo.
Aku meletakkan piring yang telah berisi nasi goreng serta telur ceplok di atasnya.
"Terima kasih." Bima tersenyum tipis.
Aku mengangguk.
Kami makan dengan nikmat. Sesekali Bimo berceloteh tentang apa saja yang ingin dia lakukan disekolah nanti.
Entah kenapa, aku berharap setiap pagi bisa mendapatkan suasana seindah ini.
***
My Lovely son
Oleh
NindyKornelia
Categories
Part 8
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment