Keyla pov
Hari kedua di rumah sakit membuatku sangat bosan. Kegiatan yang bisa aku lakukan hanya berbaring, duduk dan sesekali memainkan ponsel. Itupun kalau tidak ada mama.
Huft.
Benar-benar membosankan.
Mama sedang pulang untuk berganti pakaian, papa dan kak Jordi sedang kerja. Jadi aku terjebak sendiri disini. Ditambah lagi dengan batrei ponselku yang sudah habis. Sepertinya mama sengaja tidak mau mengisi batreinya.
Ceklek.
Pintu ruang inapku terbuka sedikit, namun setelah beberapa saat tidak ada tanda-tanda orang akan masuk. Aku mulai kesal.
"Siapaaa ?" Ucapku sedikit berteriak.
Masih saja tidak ada tanggapan. Aku memutuskan untuk mengabaikan. Mungkin ada orang iseng yang ingin mengerjaiku. Benar-benar kurang kerjaan, orang lagi sakit masih saja dikerjai. Aku menggerutu tidak jelas.
"SURPRISE !!"
Pintu terbuka lebar disertai dengan kedatangan 2 orang gadis cantik. Dia adalaah Lala dan Sonia, sahabatku sejak di bangku SMP.
Mereka membawa buket bunga mawar yang berukuran lumayan besar. Dasar kurang kerjaan.
"Sumpah yaa lucuu banget becandanya." Sindirku.
Mereka tertawa, lalu melangkah menuju sisi tempat tidur.
"Nih buat lo." Lala menyodorkan buket bunga mawar di tangannya.
"Gue gak butuh bunga, gue butuh jalan-jalan. Lagian kalian kenapa bawain bunga ? Burger kek gitu."
"Siapa bilang bunga ini dari kita ?" Ucap Sonia.
"Emang dari siapa ?"
"Makanya terima dulu dong. Terus lihat. Ada kartunya engga."
Aku mengambil buket bunga itu, mencari kartu ucapan, kemudian membacanya.
Dear kekey
Sorry aku gak bisa jengukin kamu hari ini. Pak Martin ngeselin banget ngasih tugas segunung. Eeh gak nyampe segunung ding. Tapi lumayanlah bikin aku gak bisa jengukin kamu.
Aku janji, besok bakal jengukin kamu.
Tunggu aku !
-Kevin-
Aku menutup kartu ucapannya sambil tersenyum geli. Si Kevin memang gila.
Kevin itu sahabatku juga. Tapi dimulai sejak SMA. Saat itu kami sama-sama mengikuti ospek dan ditempatkan dalam satu kelompok. Awalnya aku mikir dia sama aja kayak cowok-cowok cakep lainnya yang kebanyakan sombong. Ternyata dia engga, dia bahkan mau berteman sama siapa aja.
Satu lagi, Kevin selalu memanggilku dengan nama "kekey". Katanya itu panggilan kesayangan dari dia.
"Udaah kalii, gak usah disenyumin teruus. Kartu ucapan doang pun." Aku mendengus ke arah Sonia.
"Dasar syirik." Aku memeletkan lidahku.
"Eh btw gimana keadaan lo ? Udah baikan ?" Tanya Lala.
"Selain lecet di dahi, semua baik-baik aja. Gak tau deh kenapa belum di izinin pulang juga. Bosen gue disini." Dumelku.
"Ya udah lah nurut aja. Dokter lebih ahli dari pada lo. Udah tau siapa penabraknya belum ?"
Aku mengedikkan bahu.
"Eeh kalian berasa aneh gak sih ?"
"Apa ?" Tanya Lala dan Sonia berbarengan.
"Masa orangtua gue gak tau siapa yang nabrak. Walaupun dia kabur, pasti ada sedikit clue dari saksi mata kan ?"
Sonia dan Lala mengangguk.
"Trus ni yaa, pas gue nanya soal itu pasti mama selalu berusaha menghindar. Aneh gak sih ?"
Sonia dan Lala mengangguk lagi.
"Kalian jangan ngangguk-ngangguk aja doong."
"Gini yaa." Sonia mulai bicara. "Sejujurnya aneh sih kalau orangtua lo gak tau. Apalagi selama ini mereka protektif banget sama lo. Masa iya masalah segede ini dibiarin gitu aja. Gimana kalau kecelakaan itu di sengaja ?"
"Naah. Itu maksud gue."
"Tapi ya udah sih key, yang penting lo sekarang baik-baik aja. Lagian orangtua lo gak mungkin bohong sama lo kan ?"
Benar juga omongan Sonia, mama sama papa gak mungkin bohong sama aku. Baiklah, sepertinya si penabrak itu memang kabur.
"Key, kayaknya kita mesti balik sekarang deh. Mau ke kampus lagi."
"Yaah cepet banget siih. Gue bosen banget niih. Culiik gue doong." Rengekku.
"Ogah gue. Nyulik lo sama aja nyari mati. Bikin ribet pula." Omel Sonia.
"Katanya sayaang gue."
"Kali ini gak sayang gak papa deh."
Ceklek.
"Eh sorry, kakak kira gak ada orang."
Kak Sammy berdiri di depan pintu dengan kantong kresek ditangannya. Entah kenapa sejak aku di rumah sakit dia jadi sering jengukin aku. Kak Jordi saja tidak sesering dia.
"Santai aja kak. Kita juga mau balik ke kampus kok. Ada kuliah lagi soalnya." Ucap Lala.
Kak Sammy ber oh ria. Kemudian melangkahkan kaki masuk ke dalam.
"Kita balik ya Key. Cepet sembuh. Kampus sepi gak ada lo."
Lala menghampiriku kemudian mencium pipiku bergantian, disusul oleh Sonia. Setelah itu mereka benar-benar pergi dari ruanganku.
"Kamu belum makan kan ?" Tanya kak Sammy.
"Hmm belum kak." Ucapku gugup.
Kalau kak Sammy begini terus, kapan move on nya aku. For your information, aku meyukai kak Sammy sejak lama, mencintainya malah. Tapi kak Sammy tidak pernah mengetahuinya. Aku pun tidak mempunyai keberanian untuk mengungkapkannya. Lagian kak Sammy tidak akan mencintaiku, dia sudah memiliki kekasih. Dibandingkan denganku, tentu saja aku tidak ada apa-apanya.
Huft.
Kenyataan itu membuatku tidak nyaman jika berada dekat kak Sammy.
"Baguslaah, kakak bawain kamu makan siang. Makanan rumah sakit pasti gak enak kan ?"
"Makasih kak." Aku tersenyum tipis.
Kak Sammy membuka kotak makanan yang dibawanya, kemudian duduk di tepi tempat tidur. Menyuapiku seperti kemaren.
"Aaaa." Dia membuka mulutnya. Seraya menyuapkan makanan. Aku berasa jadi bocah lima tahun sekarang.
Aku menerima suapan pertamanya. "Key makan sendiri aja kak." Rengekku.
Dia mengeleng. "Kakak suapin aja." Tegasnya.
Aku menghela napas. Pasrah.
Lalu menerima setiap suapan dari kak Sammy sampai aku merasa kenyang. Kak Sammy memberikan segelas minuman kemudian mengelap sudut bibirku yang basah.
Astaga.
Kak Sammy hanya memberikan perlakuan kecil kepadaku, namun efeknya sangat luar biasa. Aku gugup setengah mati, debaran jantungku tidak bisa ku kontrol lagi.
Semoga saja kak Sammy tidak mengetahuinya.
"Kakak sudah makan ?" Tanyaku. Mencoba menutupi kegugupanku.
"Sudah tadi dikantor."
Aku ber oh ria.
"Bunga dari siapa ?" Kak Sammy memegang sebuket bunga mawar yang tadi kuletakkan di samping tempat tidur.
"Dari Kevin kak."
Dia mengerutkan dahi. Kemudian membaca kartu ucapannya.
"Pacar kamu ?"
Aku menggeleng. "Bukan kak, sahabat."
"Sahabat rasa pacar ?"
"Heh ?"
"Sudahlah. Istirahat sana."
***
Sammy pov
Aku duduk di sofa yang ada didalam ruangan Keyla, melanjutkan pekerjaan ku dari sini sambil sesekali memandang Keyla yang sedang istirahat.
Sejak dia di rawat, aku memang selalu meluangkan waktu untuk merawatnya. Apalagi akulah orang yang menyebabkan dia berada disini.
Aku bersyukur tidak terjadi sesuatu yang buruk padanya, yaa kecuali luka di dahi sama beberapa luka lainnya.
Aku masih mengingat dengan jelas janjiku untuk menikahinya apapun keadaannya. Dan aku benar-benar akan menepatinya. Aku bukan tipe pria yang akan melanggar janji.
Melihat keadaan Keyla yang begini, aku jadi sanksi dia mau menerima lamaranku.
Aku menghela napas. Melihat sebuket mawar yang berada di atas meja disamping tempat tidur Keyla. Entah kenapa, aku merasa sedikit kesal dengan si pengirim bunga itu.
"Sahabat heh ?" Batinku.
Cih.
"Sahabat tapi cinta ? Atau sahabat tapi ngarep ?"
Sebagai sesama pria, aku tau pasti kalau pria yang bernama Kevin itu menyayangi Keyla lebih dari sahabat. Sayangnya Keyla terlalu polos untuk melihatnya.
Dering ponsel mengalihkan perhatianku. Aku mengambil ponsel, melihat nama Jordi dilayar, lalu mengangkatnya
"Lo dimana ?"
"Gue dirumah sakit. Kenapa ?"
"Oh syukurlah, gue kirain lo gak disana. Mama belum bisa ke rumah sakit sekarang. Sorean kayaknya baru bisa. Gue juga lagi banyak kerjaan. Lo jagain Keyla dulu ya sampe mama dateng."
"Iyaa. Tenang aja. Gue pasti jagain."
"Eeh Sam."
"Apaa ?"
"Lo gak ngasih tau kalau yang nabrak itu elo kan ?"
"Gak. Gue belum cerita apa-apa."
"Keyla taunya yang nabrak itu kabur, kalau elo emang pengen nikahin Keyla mending jangan kasih tau kalau elo yang nabrak."
"Kenapa ?"
"Dia pasti bakalan nolak. Nganggep nikahin dia itu cuma sebatas tanggung jawab aja."
"Baiklah."
"Ya udah, gue kerja dulu. Bye."
Jordi memutus panggilan teleponnya. Aku meletakkan ponsel kemudian menyandarkan kepala di sofa.
Entah kenapa aku jadi sedikit ragu untuk menikahinya, aku memang menyayangi Keyla, tapi seperti sayang kakak kepada seorang adik.
Aku benar-benar bingung sekarang.
***
Don't hurt my heart
Oleh
NindyKornelia
Categories
Bimbang
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment