Don't hurt my heart

Oleh NindyKornelia

Keyla pov


Aku perlahan-lahan mencoba untuk membuka mata. Cahaya lampu membuatku sulit untuk melihat dengan jelas. Saat mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan, aku mengernyit. Jelas sekali kalau ini bukan kamarku.

"Kamu sudah sadar sayaaang." Aku menoleh ke arah suara yang terdengar. Ternyata itu mama, ekspresi lega jelas sekali terpancar di wajahnya. Mama bahkan menangis. Apa yang membuat mama menangis ?

"Mama kenapa nangis ?" Suaraku nyaris tidak terdengar. Entah kenapa sulit sekali rasanya.

"Gak papa sayang. Mama seneng kamu udah sadar. Mama panggilin dokter dulu yaa." Mama menekan tombol darurat.

Aku mengangguk lemah.

Dokter masuk disertai oleh seorang perawat, dia langsung tersenyum ramah kepadaku.

"Kita cek duluu ya bu." Tanyanya kepada mama.

Setelah memeriksaku, dokter itu tersenyum lagi. Aku masih bingung apa yang terjadi.

"Kondisinya sudah stabil, syukurlah tidak ada luka yang serius."

"Terima kasih dokter."

"Sama-sama bu. Saya permisi dulu."

Dokter itu keluar setelah berbicara dengan mama. Mama menatapku sambil tersenyum lega. Aku mengerutkan dahi. Bingung.

"Key kenapa ma ?" Tanyaku.

Mama menghela napas. "Kamu kecelakaan key, Udah 3 hari gak sadarkan diri. Kami fikir, kami akan kehilangan kamu." Mata mama berkaca-kaca. Kemudian dengan cepat menyeka air mata yang jatuh di sudut matanya. "Sekarang semua sudah berakhir. Dokter bilang kamu baik-baik saja, tidak ada masalah yang serius. Papa sama kakak kamu pasti bakalan seneng."

Aku mencoba mengingat apa yang terjadi, aah yaaa, aku ingat. Aku ingat aku waktu itu mengendarai mobil menuju rumah. Aku juga ingat ada mobil yang melaju dengan kencang dari arah yang berlawan. Setelah itu, aku tidak mengingat apa-apa lagi.

Aku mengucap syukur didalam hati. Tuhan masih memberiku kesempatan untuk hidup.

"Maa, Siapa orang yang menabrakku ?"

Mama terlihat sangat kaget, namun sedetik kemudian wajahnya kembali seperti biasa.

"Mama tidak tau key."

"Maksud mama dia kabur ?"

"Yaa, dia kabur. Sudah. Gak usah difikirin lagi. Yang penting kamu baik-baik saja."

Mama mengelus kepalaku, kemudian mengecup dahiku.

"Mama telpon papa sama kakak kamu dulu yaa. Kamu istirahat aja."

Aku mengangguk. Kemudian mama meninggalkanku sendiri. Entah kenapa aku merasa ada yang aneh dengan sikap mama. Apalagi tentang kecelakaan yang menimpaku.

Biasanya mama selalu jadi orang pertama yang bawel jika sesuatu yang buruk menimpaku. Bahkan hal terkecil sekalipun.

Aku menghela napas pasrah. Tidak mau memikirkan apa-apa untuk sekarang ini. Aku memutuskan untuk bersitirahat sebentar.

***

Samuel pov


Aku masih tidak percaya dengan apa yang menimpaku beberapa hari yang lalu. Lebih tepatnya 3 hari yang lalu.

Aku merasa sangat bodoh sebagai seorang pria. Bagaimana bisa aku tidak mengetahui kalau Meisya, kekasih yang telah ku pacari selama 3 tahun terakhir ini ternyata mempunyai kekasih lain.

Aku bahkan memergoki mereka sedang melakukan hal menjijikan di apartemennya.

Ciih. Benar-benar menjijikan.

Seolah itu tidak cukup, aku juga harus menerima kenyataan lain bahwa aku akan menikahi adik sahabatku sendiri.

Sial. Memikirkannya saja aku tidak pernah.


Flashback on

Aku mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi, aku marah, kecewa, sakit hati dengan apa yang kulihat barusan. Bisa-bisanya Meisya melakukan hal menjijikan itu dengan pria lain.

Aku masih saja mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi, tidak memperdulikan klakson-klakson mobil lain yang berlawanan arah denganku.

Persetan dengan mereka semua.

Aku hanya ingin menumpahkan semua kekesalanku sekarang.

Hingga tanpa aku sadari, aku kehilangan konsentrasi dan menabrak sebuah mobil.

Aku merasa sangat pusing. Keadaan diluar sangat kacau, orang-orang mulai berdatangan. Aku memegang dahiku yang mengeluarkan darah.

Aku bersyukur, kecelakaan ini tidak merenggut nyawaku.

Sial.

Aku baru ingat kalau aku menabrak mobil lain tadi.

Aku memaksakan diri untuk keluar dari mobil. Mengabaikan pertanyaan orang-orang yang makin membuatku pusing.

Aku kaget melihat kondisi mobil yang kutabrak, bagian depannya hancur. Saat melihat dengan jelas mobilnya, jantungku serasa berhenti seketika.

Aku benar-benar bisa mati, jika terjadi sesuatu yang buruk pada pengemudinya.

Mengabaikan rasa pusing yang makin mendera, aku membuka pintu mobil yang ku tabrak.

"Keylaaa."

Aku menepuk pipinya, berharap dia akan menjawab panggilanku atau tidak membuka matanya. Aku memaksakan diri untuk menggendongnya, meminta orang untuk menelpon ambulan.

Untunglah ambulan datang dengan cepat, keyla masih tidak sadarkan diri. Aku tidak tau darah yang mengalir berasal dari bagian tubuhnya yang mana.

Aku hanya bisa berdoa semoga dia baik-baik saja.

***

"Dasar brengsek."

Jordi memberikan hadiah bogeman mentah yang jatuh tepat disudut pipiku.

Setelah luka didahiku diobati dokter dan memastikan keyla mendapat penanganan yang bagus, aku langsung menghubungi Jordi. Dia sahabatku sekaligus kakaknya keyla.

"Kalau terjadi sesuatu sama adek gue, gue sendiri yang akan bunuh lo." Dia memegang kerah bajuku sambil menatap tajam. Aku tau kata-katanya bukan hanya sekedar ancaman.

Keyla adalah satu-satunya adik Jordi, dia sangat menyayangi keyla.

"Gue minta maaf."

"Maaf lo gak akan bikin adek gue bangun sekarang."

"Gue bener-bener minta maaf."

Dia kembali menatapku tajam. Kemudian menghela napas. "Luka lo gimana ?"

"Udah di obati, harusnya gue yang berada di dalam sana."

"Iya, harusnya lo yang meregang nyawa. Bukan adek gue."

Jordi pergi setelah mengatakan itu, kilatan emosi jelas sekali terlihat di matanya.

***

Aku masih menunggu dokter yang menangani keyla di luar ruangannya. Sudah hampir 3 jam namun dokter belum menunjukkan tanda-tanda akan keluar.

"Nih buat lo." Jordi melemparkan roti beserta minuman dingin.

Aku menoleh.

"Lo belum makan kan ? Makanlah, setidaknya lo harus punya tenaga saat gue bunuh." Ketusnya.

Walau bicara dengan nada ketus, aku tau kalau Jordi masih menganggapku sahabatnya. Kenyataan itu bikin aku makin ngerasa bersalah.

"Thanks."

"Hmm."

Aku memaksakan diri untuk makan roti yang diberikan oleh Jordi. Diantara kami tidak ada percakapan yang terjadi.

"Jordiiiiiiiii, dimana keylaaa ?

Tante Melani, Mamanya Jordi dan Keyla berjalan tergesa-gesa di dampingi oleh om Rafi, suaminya.

Aku sontak berdiri.

"Key masih di dalam ma." Jordi memeluk tante Melani yang mulai menangis.

"Sammy minta maaf om, tante." Aku menundukkan kepalaku. Benar-benar merasa bersalah.

"Sudahlah, semua sudah terjadi. Jangan merasa bersalah seperti itu. Yang namanya musibah tidak pernah ada yang tau kapan terjadinya."

Walaupun om Rafi tidak menangis, aku tau dia memendam kesedihan yang mendalam.

"Paa, bagaimana kalau sesuatu yang buruk terjadi sama keylaa. Bagaimana kalau kecelakaan itu membuatnya tidak lagi sama. Ya Tuhan, mama tidak bisa membayangkan jika itu terjadi." Tante Melani masih saja menangis dipelukan Jordi.

Wajar saja tante Melani memikirkan hal yang buruk, mengingat kondisi mobilnya yang terlihat hampir remuk.

"Jangan bicara gitu maa. Key itu gadis yang kuat. Dia pasti bisa bertahan." Jordi menenangkan tante Melani, mewakilkan papanya. Sepertinya om Rafi juga memikirkan hal yang sama.

"Om, tante. Sammy akan bertanggung jawab atas apa yang terjadi."

Om Rafi menatapku.

"Tidak perlu. Biar om saja."

Aku tau, kondisi keuangan om Rafi tidak bisa diragukan lagi. Tapi aku tidak ingin menjadi seorang pecundang. Lagian, bukan bertanggung jawab seperti itu yang aku maksud.

Aku berdeham. "Sammy akan menikahi Keyla saat dia sembuh nanti om, apapun keadaannya." Ucapku mantap.

Ketiga pasang mata didepanku langsung menatapku dengan wajah terkejut. Apalagi Jordi, dia tau kalau aku menjalin hubungan dengan Meisya.

"Maksud lo apa ?" Jordi menatapku tajam.

Aku mengabaikan pertanyaan Jordi, kembali menatap om Rafi.

"Izinkan Sammy menikahi Keyla om. Sammy akan membahagiakan Keyla."

Om Rafi masih saja menatapku. Dahinya mengerut.

"Kamu yakin siap jika Keyla mengalami hal yang buruk ?"

"Yakin om."

Entah dapat keyakinan dari mana aku menjawabnya dengan mantap. Menikah dengan Keyla juga bukan pilihan yang buruk.

Dia cantik, sangat cantik malah. Dia tinggi, kulitnya putih nyaris seputih susu, rambutnya hitam sepanjang punggung, dia memiliki mata yang indah dengan bola mata berwarna coklat terang, dan satu lagi yang bikin dia tambah sexy menurutku. Bibirnya. Dia memiliki bibir yang tipis dengan warna pink alami.

Astaga.

Aku baru menyadari kalau ternyata banyak hal yang ku sukai darinya.

Lagian aku tidak perlu takut Keyla akan menolakku. Aku tau dia mencintaiku dari dulu. Namun aku
berpura-pura tidak mengetahuinya. Bukan karena dia adiknya Jordi, tapi karena aku memang menganggapnya sebagai adikku. Apalagi dengan sifat manjanya, dia masih saja terlihat seperti gadis belasan tahun meski umurnya sudah memasuki 21 tahun sekarang.

"Baiklaah, om menyetujuinya."

"Paaaaaaaaa." Protes Jordi.

Om Rafi mengangguk, Jordi menghela napas pasrah. Dia memang tidak pernah bisa membantah orangtuanya.

"Kita harus bicara."

Jordi menatapku tajam kemudian berjalan meninggalkan kami semua.
"Permisi om, tante. Nanti Sammy balik lagi." Aku menunduk.

Om Rafi dan tante Melani mengangguk.

Aku lalu melangkahkan kaki menyusul Jordi.

***

"Maksud lo apa ngomong gitu ? Mau nyakitin adek gue ? Gak puas lo bikin dia meregang nyawa di dalam sana ?" Kilatan emosi jelas sekali terlihat di matanya.

"Gue gak pernah punya niat buat nyakitin Keyla. Lo tau itu."

"Iyaa. Tapi itu duluu. Sekarang ? Jangan karena kita sahabatan gue bakal nerima begitu ajaa."

Aku menghela napas. Mencoba untuk meredam emosi gue. Bicara dengan emosi, gak akan bikin Jordi bisa nerima gue jadi adik iparnya.

"Lo tau gue selama ini kan ? Gue udah janji akan menikahi Keyla. Gue juga akan bahagiain dia."

"Gimana caranya lo ngebahagiain dia ?"

"Apapun caranya akan gue lakukan. Please."

"Meisya ? Bukannya lo masih pacaran sama dia ?"

"Gue udah putus. Gue bisa jamin itu sama lo."

"Gue gak pernah membayangkan lo bakal jadi adik ipar gue."

"Jadi, gue mesti belajar manggil lo kakak dari sekarang ?" Ucapku dengan nada geli.

"Sialan lo." Umpatnya.

Flashback off


***





0 comments:

Post a Comment

 

sikunin Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea