Don't hurt my heart

Oleh NindyKornelia

Keyla pov

Hari ini aku sudah diizinkan pulang oleh dokter. Katanya kondisiku baik-baik saja, tidak ada yang perlu di khawatirkan lagi.

Mama mengemasi barang-barang kami yang ada disini, papa dan kak Jordi tidak bisa menjemput. Nanti ketemu di rumah aja.

Aku mengecek ponselku, takutnya ada pesan dari Kevin. Dia bilang dia akan menjemputku hari ini, sayangnya Lala dan Sonia ada kuliah, jadi tidak bisa ikut dengan Kevin.

Ceklek.

Aku menoleh ke pintu yang terbuka, sosok Kevin masuk sambil tersenyum lebar. Lalu mengacak rambutku pelan.

"Sudah siap semua ?" Tanyanya.

Aku mengangguk.

"Mampir ke mall dulu yuuuk. Pengen cuci mata niih." Rengekku.

"Keeeeyyyy." Tegur mama.

"Key bosen maa, pengen jalan-jalan. Dokternya kan udah bilang kalo Key baik-baik aja."

"Siapa yang mau jalan-jalan ?" Kak Sammy tiba-tiba saja sudah ada di pintu. Dia terlihat tampan seperti biasanya.

"Si Keyla tu Sam, minta mampir ke mall." Adu mamaku.

Kak Sammy menatapku. "Kita langsung pulang yaa. Jalan-jalannya besok aja. Kamu harus banyak istirahat."

Aku memberengut, menoleh ke arah Kevin. "Vin, lo bantuin gue doong."

Kevin menggeleng. "Mama sama kak Sammy bener. Kita langsung pulang. Besok gue anterin lo jalan-jalan deh. Mau kemanapun juga gue anterin."

Kevin memang memanggil mamaku dengan sebutan mama juga. Dulunya sih dia memanggil tante, tapi karena kita deket terus dia sering ke rumah, mama menyuruhnya untuk memanggil "mama".

"Benerr ? Kemanapun ?" Tanya gue.

"Iyaa bawel." Dia mengacak rambutku lagi. " membuatku makin memberengut. Saat menoleh sekilas ke kak Sammy ternyata dia juga sedang melihat ke arah kami. Dan entah kenapa, aku merasa kak Sammy terlihat kesal.

"Udah selesai semua. Ayo kita pulang." Ajak mama.

Kak Sammy mengambil tas kecil di tangan mama. Kemudian menghampiriku. "Ayo."

Aku mengerutkan dahi. "Key sama Kevin aja kak." Ucapku.

"Enggak. Kamu sama kakak. Sekalian tante juga. Kevin kalau bawa mobil ngikut di belakang aja." Perintahnya.

"Ya udah." Ucapku. "Yuuk Vin." Aku menggandeng tangan Kevin, mengajaknya jalan duluan. Meninggalkan mama sama kak Sammy di belakang.

Setelah merasa jarak kami cukup jauh dengan kak Sammy, aku berbisik ke telinga Kevin. "Kak Sammy kenapa sih ?"

"Kenapa apanya ?"

"Nyebelin banget tau. Dia suka banget merintah-merintah gue. Aneh banget kan ?"

"Tapi lo nurut juga kan sama dia ?"

"Ya mau gimana lagi. Gue males debat."

"Males debat apa males ketahuan kalau cinta ?"

Aku mencubit lengannya. "Lo gak usah ikutan nyebelin deh."

Kevin tertawa. Lalu mengacak rambutku, lagi. Dia suka sekali merusak tatanan rambutku.

Sampai diparkiran, Kevin membukakan pintu mobil kak Sammy untukku."lo ikut ke rumah gue kan ?" Tanyaku.

"Lo pengen banget deket gue terus yaa." Godanya.

"Najis." Ucapku. "Pokoknya lo harus ke rumah gue. Gue bosen." Aku menutup pintu mobil, membuka kacanya lalu memeletkan lidah ke arah Kevin.

"Udah pacarannya ?" Tanya kak Sammy.

Kak Sammy ternyata udah siap di belakang kemudinya. Dia terlihat sangat kesal.

Kenapa dia kesal ?

"Key gak pacaran kak." Elakku.

"Ya udah." Ucapnya datar.

Kak Sammy lalu melajukan mobilnya menuju rumahku. Sepanjang perjalanan dia hanya memasang wajah datarnya, namun beda hal saat mama berbicara. Dia langsung berbicara dengan lembut sambil tersenyum.

Menyebalkan.

***

Sammy pov

Aku mengendarai mobil dengan kecepatan sedang. Sepanjang perjalanan ke rumah Keyla, aku hanya memasang wajah datar. Aku merasa sangat kesal, tapi tidak tau apa yang membuatku kesal. Bego banget kan ?

Sesekali aku melirik Keyla dari kaca, dia duduk menyandar sambil melihat ke luar jendela. Pasti dia sangat bosan.

Dia terlihat cantik hari ini dengan dress pink selutut bermotif bunga-bunga. Rambutnya yang panjang diikat dan dijadikan satu di atas. Memperlihatkan leher jenjangnya yang putih.

She's so beautiful.

"Yeiii sampe rumaah." Keyla berteriak riang didalam mobil saat aku memasuki pelataran parkiran rumahnya. Tingkah kekanak-kanakannya malah membuatnya terlihat sangat menggemaskan di mataku.

Tanpa aku sadari, aku malah tersenyum bego dibelakang kemudi.

Keyla turun dari mobil, berlari riang menuju pintu utama rumahnya.

"Keylaaaaaaa. Gak usah lari-lari." Tante Melani berteriak mengingatkannya.

"Biar Sammy aja tan." Aku menawarkan diri membawa tas yang berisikan perlengkapan Keyla saat di rumah sakit.

Saat hendak berjalan menuju pintu, aku melihat sebuah mobil memasuki pekarangan rumah Keyla. Aku tau siapa pengemudinya.

Kevin, pria yang di anggap sahabat oleh Keyla.

Kedatangannya membuat mood ku yang telah retak menjadi hancur. Sial.

Kenapa juga aku kesal ?

Cemburu ?

Astaga. Aku fix gila kayaknya.

Aku memutuskan untuk mengabaikannya dan berjalan menuju pintu. "Tan, tas nya Sammy bawa ke kamar Key langsung ya." Pintaku dengan sopan.

Tante Melani mengangguk. "Nanti jangan pulang dulu yaa. Kita makan siang bareng disini. Tante udah nyuruh bi sum masak lebih hari ini."

Gantian aku yang mengangguk. Aku lalu menaiki tangga menuju lantai 2 rumah ini. Kamar Keyla memang berada di lantai 2. Berdampingan dengan kamar Jordi.

Aku mengetuk perlahan. Tidak mau untuk nyelonong masuk. Tidak sopan. Karena tidak mendapat sahutan aku mengetuk lagi.

"Key dikamar mandi maa. Masuk aja. Gak di kunci kok." Teriaknya.

Aku memutuskan untuk langsung masuk. Toh dia udah ngizinin kan ? Ya meskipun dia mikirnya kalau aku adalah tante Melani.

Astaga.

Aku benar-benar kaget. Kamar Keyla di dominasi oleh warna pink dan beberapa boneka berwarna pink juga dengan ukuran besar di beberapa sudut kamarnya. Aku tau di penyuka warna pink, tapi tidak pernah tau separah ini.

Jika tidak mengenal Keyla, aku pasti akan berfikir ini adalah kamar bocah berusia 7 tahunan.

"Looh kak Sammy ngapain disini ?"

Keyla berdiri di pintu kamar mandi dengan raut wajah kaget dan matanya membulat. Lucu.

"Ini tas kamu. Tadi disuruh tante Melani." Jelasku.

Dia mengangguk. "Makasih kak." Ucapnya sambil tersenyum lebar. Senyuman yang entah kenapa memberikan efek besar bagi jantungku.

Aku tidak tau apa yang terjadi denganku, yang jelas aku mulai melangkahkan kaki menghampirinya. Wajah gugup Keyla semakin membuatku bersemangat.

Dia menatapku tidak percaya saat aku berdiri tepat di depannya. Namun tidak berusaha untuk menjauh. Aku mengelus pipinya dengan jemariku.

"Maaf." Ucapku pelan.

Setelah itu menundukkan sedikit wajahku dan mengecup bibirnya. Aku tau dia menegang saat bibirku menempel di bibirnya. Aku pun tidak berani untuk berbuat lebih.

Setelah beberapa saat. Aku menjauhkan bibirku. Keyla membelalakkan matanya dengan mulut sedikit terbuka.

Menggemaskan sekali.

"Tutup mulutmu. Nanti laler masuk."Godaku. Aku mengacak rambutnya pelan kemudian membalikkan badan dan melangkah meninggalkan Keyla di kamarnya.

Dan lagi-lagi aku tersenyum bego.

Sepertinya aku tau keputusan apa yang harus ku ambil sekarang. Aku yakin untuk menikahi Keyla.

Walaupun belum mencintainya, setidaknya dia bisa bikin aku tersenyum bego karena tingkahnya.

***

Kami sedang menikmati makan siang bersama. Aku, Keyla, tante Melani dan juga Kevin.

Sejak turun dari kamarnya Keyla menolak untuk menatapku. Jelas sekali kalau dia malu dengan apa yang ku lakukan di kamarnya tadi.

Beberapa kali aku melihat ada rona merah di pipinya, yang membuatnya makin terlihat cantik.

"Key, mulai besok kamu belajar masak ya." Ucap tante Melani.

"Memangnya kenapa ma ?" Tanya Keyla dengan polosnya.

"Sebentar lagi kan kamu bakalan nikah, jadi harus pinter masak. Kasian nanti Sammy kalau kamu gak bisa masak. Masa harus makan di luar tiap hari."

Uhuk. Uhuk.

Aku, Keyla dan Kevin sontak terbatuk dengan kompaknya. Aku tidak menyangka kalau tante Melani akan membahas ini, aku bahkan belum memberitahu Keyla.

Kevin menatap Keyla dengan tatapan "are you fucking kidding me ?"  yang dijawab dengan kedikkan bahu oleh Keyla.

"Mama jangan becanda deh. Gak lucuu maa."

"Siapa juga yang becanda. Sammy udah ngelamar kamu sama papa. Dan papa menyetujuinya. Iya kan Sam ?"

Mati aku.

Keyla menatapku. Dahinya mengernyit. Terlihat sekali kalau dia sangat bingung.

Aku berdeham. "Nanti kakak jelasin ya. Habiskan dulu makannya."

Keyla terlihat ingin protes, tapi di urungkannya. Dia memilih melanjutkan makannya. Sedangkan Kevin menatapku dengan tajam. Aku membalas tatapannya.

Dia menghela napas , lalu melanjutkan makannya. Aku pun melanjutkan makanku.

***

"Jadi, apa saja yang tidak aku ketahui kak ?" Keyla menoleh ke arahku.

Aku dan Keyla sedang duduk di ayunan yang ada di taman belakang rumahnya. Setelah menghabiskan makan siang, Keyla langsung menuntut penjelasan tentang lamaran itu.

Jadilah kami disini sekarang.

"Selain kakak melamarmu ? Sepertinya tidak ada lagi." Ucapku berbohong. Ya, aku berbohong tentang kecelakaan itu.

"Kenapa ?"

"Apa harus ada alasannya ?"

Dia menghela napas dan mengalihkan pandangannya. Tidak lagi memandangku.

"Aku tidak mau." Lirihnya.

"Kenapa ?" Giliran aku yang bertanya.

"Kakak punya pacar kan ? Bukankah namanya Meysia ?"

Aku menghela napas. Sebenarnya malas untuk membicarakan tentang wanita ular itu. "Kakak sudah putus dengannya. Kamu tidak perlu mengkhawatirkan apapun."

"Tapi aku tetap tidak mau."

"Alasan lain ?"

"Kakak tidak mencintaiku. Pernikahan itu bukan sesuatu yang bisa dipermainkan kak."

"Apa kakak bilang kakak akan mempermainkan pernikahan kita ?" Aku berdiri, pindah berjongkok di depannya. "Kakak mungkin memang belum mencintaimu. Ingat, BELUM bukan TIDAK. Tapi kakak menyayangi kamu dari dulu. Dan sekarang kakak benar-benar ingin hidup sama kamu. Sampai kita tua nanti."

Keyla melihatku dengan raut wajah terkejut. Matanya juga mulai berkaca-kaca.

"Kakak yakin ini yang terbaik ?"

"Sangat." Ucapku.

Aku menariknya agar berdiri berhadapan denganku, lalu memeluknya erat.

"Heii jangan menangis. Kakak tidak mau wajah kakak yang tampan ini di hajar Jordi jika melihatmu menangis disini."

Keyla tertawa. Mengeratkan pelukannya.

***

Setelah menjelaskan semuanya kepada Keyla. Tentu saja dengan menghilangkan bagian kecelakaan itu, aku berpamitan untuk kembali ke kantor.

Saat hendak membuka pintu mobil, seseorang memanggilku.

"Kak Sam. Tunggu."

Aku menoleh ke belakang, mendapati Kevin dengan wajah tidak bersahabat.

"Kenapa lo ingin menikahi Keyla ?" Tanyanya. Tanpa basa-basi.

"Sepertinya itu bukan sesuatu yang harus gue jelasin ke lo."

"Gue tau lo gak mencintainya."

"Itu bukan urusan lo."

"Semua akan menjadi urusan gue jika berhubungan dengan Keyla !" Kevin berbicara dengan sedikit berteriak. Jelas sekali dia sedang menahan emosi.

"Karena lo mencintainya ?"

Kevin terlihat salah tingkah. "Jangan mengalihkan pembicaraan."

"Jika lo cukup berani untuk mengungkapkannya, maka ungkapkanlah. Jangan bertindak bodoh dengan mencegah gue untuk menikahinya seperti ini."

Kevin menghela napas. Menundukkan wajahnya. "Percuma saja. Dia tidak akan pernah mencintai gue. Bertahun-tahun gue mencobanya, tetap saja dia mencintai pria brengsek seperti lo."

"Kali ini gue memaafkan omongan kasar lo."

"Berjanjilah untuk membahagiakannya kak."

"Vin, lo gak perlu meminta gue seperti ini. Gue akan selalu berusaha untuk membuatnya bahagia."

"Baguslah. Karena jika suatu saat lo membuatnya bersedih, maka gue tidak akan segan untuk merebutnya dari lo." Kevin melangkah mendekatiku. Mengulurkan tangannya. "Selamat buat pernikahan lo kak."

"Heii, gue belum menikah sekarang. Simpan ucapan lo saat kami di pelaminan nanti."

"Ayolaah, gue hanya ingin jadi orang yang pertama."

Aku mengabaikan uluran tangannya, ganti memeluknya. Sekilas.  "Terima kasih untuk mengikhlaskannya."

"Gue melakukannya bukan karena lo kak, tapi karena kebahagian Keyla."

"Lo benar-benar bocah menyebalkan."

"Yes I'm." Ucapnya menyeringai.

***













0 comments:

Post a Comment

 

sikunin Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea