- Aditya Naufal Agustin -
"Jadi, apa maksud semua ini ?"
Aku menghela napas berat. Tidak tau harus memulai cerita dari mana. Sementara Felix, sudah dari tadi menunggu penjelasan dariku.
Aku cukup beruntung karena hanya Felix yang memergoki kami berciuman. Entah apa jadinya kalau sampai orangtua kami yang memergoki. Bisa-bisa kami dinikahkan malam ini juga.
"Gue gak tau harus menjelaskan dari mana." Jawabku dengan jujur. Sungguh, aku benar-benar tidak tau harus memulai dari mana.
"Mungkin bisa di mulai dari alasan lo menciumnya. Demi Tuhan. Dia itu adik gue. Dan lo ? Astaga, dia juga adik elo Dit !" Felix mulai terbawa emosi. Namun tetap berusaha menahannya.
"Gue refleks nyium dia."
"Refleks lo bilang ? Gak ada orang yang akan refleks mencium jika orang tersebut tidak memiliki perasaan lebih. Dan..."
"Gue gak memiliki perasaan lebih. Gue menganggap Dara sebagai adik gue sendiri. Lo tau itu !" Ucapku menyela ucapan Felix.
"Jadi apa semua ini !!!" Tanya Felix lagi.
Aku menatap Felix. Dia menatapku dengan wajah emosi. Wajar saja dia marah. Dara adalah adik kandungnya. Kakak mana yang tidak marah melihat adiknya dicium orang lain.
Orang lain ?
Apakah aku baru saja mengatakan orang lain ?
Sial.
Aku kakaknya juga !
"Dara...Dara cinta sama gue." Ucapku hati-hati. Aku melihat ekspresi Felix yang awalnya nampak kaget namun secepat mungkin kembali biasa lagi.
"Jadi dia akhirnya jujur sama lo." Itu bukan pertanyaan melainkan pernyataan.
"Lo tau ?" Tanyaku memastikan.
Felix mengangguk.
"Gimana bisa ? Dara cerita sama lo ?"
Felix menggeleng. "Dia gak pernah cerita apa-apa sama gue. Tapi dari tatapannya ke lo udah terlihat jelas kok kalau dia cinta sama lo. Lo nya aja yang bego gak bisa ngeliat itu semua."
"Sialan lo. Jadi lo ngatain gue bego ?"
"Itu fakta bro. So ?"
Aku mengernyitkan dahiku "apa ?" Tanyaku.
"Kan bego. Maksud gue. Jadi gimana tanggapan elo tentang perasaannya. Lo tau kan Dit, gue paling gak bisa ngeliat dia sedih, dia nangis dari dulu."
"Gue tau. Dan gue juga gak bisa ngeliat dia sedih. Gue bingung. Semuanya terlalu tiba-tiba. Gue gak pernah menyangka dia akan mencintai gue. Sungguh, gue pun gak pernah bermaksud untuk bikin dia jatuh cinta sama gue."
"Lo gak salah. Dara juga gak salah. Semua orang gak akan pernah tau kapan perasaan itu datang. Dan untuk siapa perasaan itu datang. Gue juga ga akan menghakimi elo atau pun Dara. Gue cuma bisa nyaranin. Kalau elo memang tidak memiliki perasaan apapun, jauhin Dara. Beri dia waktu untuk melupakan perasaannya terhadap elo. Tapi, kalau elo memang memiliki perasaan terhadap Dara. Bahagiakan dia."
Aku menatap Felix. Tidak ada kemarahan sama sekali di wajahnya saat mengatakan kalimat itu. Dan itu membuatku semakin merasa bersalah karena telah mencium adiknya.
"Lo yakin gue bisa bahagiain Dara ?"
Felix mengangguk. "Tapi kalau lo berani nyakitin dia. Lo bakal berurusan sama gue." Ucapnya tegas.
Aku tersenyum. "Thank's. Gue rasa gue memilih untuk ngebahagiain dia."
"Gue percaya sama lo. Oh iya, lebih baik lo nyamperin dia sekarang. Dia pasti lagi nangis."
"Oke, gue nyamperin Dara dulu."
Aku melangkahkan kaki menuju kamar Dara. Semoga keputusan yang aku ambil tidak salah dan tidak menyakiti Dara.
Ya, semoga.
Bersambung ~
MY SUNSHINE
Oleh
NindyKornelia
Categories
Part 11
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment