-Adara Fredella Ulani-
"Ya ampun Dara, lama banget sih dandannya. Dibawah udah rame tuh." Bunda memasuki kamarku. Beliau cantik sekali dengan balutan kebaya dengan rambut yang disanggul.
"Bentar lagi bun, tinggal pake lisptick aja kok." Ucapku sembari memoleskan lipstick di bibirku.
Hari ini adalah hari pernikahan mas Felix dengan mbak Alana. Proses ijab kabul sudah selesai diselenggarakan tadi pagi di rumah mbak Alana. Sekarang resepsinya, yang diadakan dirumahku.
Mas Felix menginginkan resepsi yang diadakan dirumah saja. Yang dihadiri oleh kerabat dekat serta sahabat-sahabatnya. Ditambah dengan relasi bisnis ayah serta teman-teman arisannya bunda.
Sementara aku sendiri, hanya mengundang beberapa teman kampus dan teman latihan balet.
"Bunda gak tanggung ya kalau kamu diomelin mas mu karena pake gaun ini." Ucap Bunda sambil berdecak.
Aku tertawa. "Sekali-sekali aja pun bun."
Aku memang menggunakan gaun yang menunjukan lekuk badanku. Ini kan acara spesial jadi aku harus tampil spesial juga.
"Bun, mas Adit udah dateng belum sih ?"
"Udah, tadi bunda liat lagi ngobrol sama ayah."
Aku hanya ber-oh-ria. Aku tidak sabar ingin melihat reaksi mas Adit. Semoga saja dia terpesona dengan penampilanku.
Aah, baru memikirkannya saja sudah membuatku tersenyum sumringah.
"Ayo, sekarang kebawah." Ajak Bunda.
Aku menurut. Mengikuti bunda dibelakang. Suasana dibawah sudah sangat ramai. Dipelaminan juga terdapat antrian yang lumayan panjang dari para tamu yang ingin menyalami kedua mempelai.
Aku mengedarkan pandanganku, mencoba mencari sosok mas Adit di tengah keramaian seperti ini. Namun nihil, aku tidak bisa menemukannya.
Dimana mas Adit ?
"Daraa."
Seseorang memanggil dan menepuk bahuku dari belakang. Aku menoleh dan mendapati Kanaya yang terlihat cantik malam ini.
"Hei. Baru dateng lo ?"
"Iya nih. Gue lama dandannya. Susah banget pake eyeliner." Gerutunya.
Aku memperhatikan matanya. Benar saja, eyelinernya sedikit berantakan. Namun tidak terlihat jika hanya dilihat sekilas saja. Lagian tanpa eyeliner pun Kanaya akan tetap terlihat cantik.
"Ya udah sih, gak usah maksain make kalo emang gak bisa."
Dia mendengus.
"Eh iya, mbak Alana cantik banget ya. Beruntung banget mas Felix punya istri secantik mbak Alana." Komentar Kanaya seraya melihat ke arah pelaminan.
Aku mengikuti arah pandangnya. "Iya, cantik banget. Mas Felix aja cinta mati sama mbak Alana." Ucapku sambil terkekeh.
"Temenin gue ngucapin selamat dong." Pinta Kanaya.
"Manja banget lo."
"Bawel ih. Ayok."
Kanaya menyeretku. Kami menghampiri mas Felix dan mbak Alana. Beruntunglah tidak ada tamu yang sedang mengucapkan selamat juga sekarang. Jadi kami tidak perlu mengantri.
"Selamat ya mbak Alana, semoga menjadi keluarga yang sakinah mawaddah warrahmah ya." Ucap Kanaya sambil tersenyum. Dia menyalami mbak Alana lalu mengecup sekilas pipi kanan dan pipi kiri mba Alana.
"Terimakasih Naya. Cepet nyusul ya." Balas mbak Alana.
Kanaya terkekeh. "Belum dulu deh mbak. Masih muda gini." Ucapnya sambil tertawa.
"Gak usah di dengerin mbak, paling tahun depan juga nikah." Celetukku. Kanaya sontak memelototkan matanya ke arahku. Aku balas menjulurkan lidah ke arahnya. Mbak Alana dan mas Felix tertawa melihat tingkah kami berdua.
"Selamat ya mas Felix. Cepet-cepet kasih kita berdua ponakan ya." Ucap Kanaya kepada mas Felix. Dia juga menyalami mas Felix.
"Terimakasih Naya. Kamu nginep disini kan ?" Tanya mas Felix.
"Iyaa mas. Naya nginep disini kok."
"Emang udah gue ijinin ?" Candaku.
"Gak perlu ijin lo juga kali."
Aku tertawa lagi. Bahagia sekali melihat Kanaya kesal begini.
"Dara. Siapa yang ngijinin kamu pake baju itu !" Bentak mas Felix pelan. Mungkin tidak ingin para tamu mendengar.
"Mas Felix ih. Sekali ini aja mas. Lagian biasanya juga kalau nari balet lebih mini lagi bajunya." Protesku.
"Kalau nari balet semua orang gak akan fokus sama badan kamu, tapi sama tarian kamu. Ganti sekarang bajunya !" Perintah mas Felix.
"Maasss." Rengekku.
"Gak mempan rengekan kamu."
Aku menoleh ke arah mbak Alana dengan wajah memelas. Mencoba meminta bantuan mbak Alana untuk membujuk mas Felix.
"Mas, biarin aja. Cuma malam ini kok. Dara udah gede, jadi dia pasti bisa jaga diri sendiri." Mbak Alana mengusap lengan mas Felix.
Mas Felix mendengus pelan. "Oke. Sekali ini aja. Mengerti ?" Dia menatapku tajam.
"Yeii, terimakasih mbak Alana." Aku memeluk mbak Alana dengan erat lalu mengecup pipinya sekilas.
Aku dan Naya lalu meninggalkan pelaminan. Beranjak menuju tempat makanan yang berjejer rapi.
"Lo mau makan apa ?" Tanyaku kepada Naya.
"Belum laper gue."
"Ngapain kesini kalo gitu."
"Gue pengen minum doang."
Naya mengambil minuman. Lalu meneguknya. Sedangkan aku masih mencari-cari sosok mas Adit.
Akhirnya aku melihat mas Adit bersama ayah berdiri tidak jauh dari pintu masuk. Dia ikut menyalami tamu yang baru datang. Disana ada papanya mas Adit juga.
"Nay, gue nyamperin mas Adit dulu ya."
"Iya. Gih sana."
Aku melangkah dengan semangat. Sambil sesekali tersenyum manis saat ada yang menyapa. Aku tidak tau kalau ternyata banyak yang mengenalku juga.
"Mas Adit." Sapaku sambil tersenyum sumringah.
Mas Adit menoleh. Menatapku lama. Lalu mengalihkan pandangannya. Sepertinya usahaku gagal lagi. Mas Adit tidak terkesan sama sekali.
Aku menghela napas.
"Dara, cantik sekali malam ini." Sahut papa mas Adit.
"Makasi pa." Ucapku sambil tersenyum.
"Anak ayah bandel ya. Udah dibilangin pake baju yang sopan." Ayah menjewer telingaku pelan.
"Aduh. Sakit yah." Aku memberengut. "Ini kan sopan." Belaku.
Ayah hanya berdecak setelahnya.
"Biarin aja, anak muda memang suka begitu. Yang penting masih tau batas." Ujar papa mas Adit.
Aku sontak memeluk papa mas Adit. "Tuh kan yah. Papa aja ngerti." Ucapku manja.
Ayah menggeleng-gelengkan kepalanya. Aku kembali melirik mas Adit. Dia tidak melihat kearahku sama sekali. Seolah-olah aku tidak berada disini.
Aku memutuskan untuk pergi dari sini.
"Yah, pa, mas Adit. Dara nemuin temen dulu." Aku pamit kepada mereka semua.
Melangkah dengan lesu.
Apa lagi sekarang ?
Bersambung ~
MY SUNSHINE
Oleh
NindyKornelia
Categories
Part 9
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment