Sudah sebulan abbi tidak bisa menemui dimas sejak kejadian itu. Dimas membuktikan ucapannya tentang berhenti untuk mengejar abbi. Dia selalu menghindar setiap kali abbi mencoba menemuinya. Jangankan untuk berbicara, menatap abbi pun dimas seolah enggan untuk melakukannya.
Abbi pernah beberapa kali mencoba menemui dimas dikantornya. Namun sekretarisnya selalu bilang kalau dimas sedang sibuk dan tidak bisa diganggu. Abbi bahkan pernah menunggu sampai sore dikantor dimas berharap pria itu mau menemuinya. Namun dimas tak kunjung menampakkan batang hidungnya.
Sejak dimas menjauhinya, abbi berubah menjadi sosok yang pendiam, sering melamun, bahkan dia menjadi lebih cengeng dari biasanya. Hampir tiap malam sebelum tidur dihabiskannya untuk menangis.
Tidurnya pun tidak pernah nyenyak. Abbi juga tidak pernah lagi tidur cepat. Dia terlalu merindukan dimas sampai tidak tau harus bagaimana lagi.
Beruntungnya disaat hatinya sedang hancur abbi masih fokus dalam menyelesaikan skripsinya. Sekarang dia tinggal menunggu jadwal sidangnya saja. Dia sangat berharap saat sidang nanti dimas akan menjadi orang yang spesial untuk menyemangatinya.
Sekarang sudah lewat tengah malam, namun abbi masih duduk berdiam diri dibalkon kamarnya. Dia menengadahkan kepalanya melihat kearah bintang-bintang yang berkerlap-kerlip.
Lagi-lagi setetes demi setetes bulir air mata jatuh membasahi pipinya. Dia sangat merindukan dimas. Jika waktu bisa diulang, dia memilih untuk tidak akan pernah mau bertemu tama.
Berbicara soal tama, sejak kejadian itu pula dia tidak pernah lagi menghubungi abbi. Dia seperti menghilang ditelan bumi sama seperti dia meninggalkan abbi tanpa penjelasan.
Abbi menghidupkan musik diponselnya. Sepenggal lirik lagunya avril lavigne yang berjudul when you're gone seperti gambaran tentang dirinya saat ini.
When you're gone
The pieces of my heart are missing you
When you're gone
The face I came to know is missing too
When you're gone
The words I need to hear to always get me through the day
And make it OK
I miss you
( Avril Lavigne - When you're gone )
•••••••••••••••••••••••••••••••
Suara hingar bingar musik terdengar sangat kencang didalam ruangan club yang sedang dikunjungi dimas. Selama sebulan ini hampir tiap malam dia menghabiskan malam disini ditemani dengan minuman-minuman yang mampu membuatnya hilang akal.
Dia seolah kembali kemasa lalunya, dimana tiada hari tanpa minuman keras. Namun bedanya sekarang dia tidak tertarik sama sekali kepada wanita-wanita yang menggodanya.
Dihatinya sekarang ini cuma ada satu nama yaitu abbi. Dia sungguh merindukan gadis itu hingga tidak tau lagi harus melakukan apa supaya bisa bersamanya.
Dia menuruti egonya untuk mengabaikan gadis itu ketika mencoba menemuinya. Sejujurnya berat sekali untuk tidak memeluk gadis itu. Apalagi melihat betapa rapuhnya dia.
"Sampai kapan lo mau kek gini ?". Reno menatap tajam kearah dimas yang sedang menikmati minumannya.
"Entahlaah, kalau lo ga mau nemenin gue mending lo pulang". Dimas berkata dengan datar.
"Dia kacau. Sama kayak lo".
"Dia siapa ?". Tanya dimas datar.
"Lo tau persis siapa yang sedang kita bicarakan. Berhentilah mengikuti ego lo. Lo bahkan ga ngasih dia kesempatan buat ngejelasin semuanya". Reno menjawab dengan sinis berharap sahabatnya itu mau membuang sedikit egonya.
"Jadi lo fikir gue ga kacau ? Penjelasan apa lagi yang harus gue denger sementara gue melihat dengan mata kepala gue sendiri saat dia membela si brengsek itu. Dia bahkan melindunginya. Ciih. Romantis sekali". Dimas menatap tajam reno sambil tersenyum sinis.
"Susah memang ngomong sama lo. Terserah lo sekarang. Gue harap lo ga menyesal jika suatu saat nanti dia berhenti untuk mencari pengecut kayak lo". Reno benar-benar kesal melihat kelakuan dimas yang kekanak-kanakan. Bukannya menyelesaikan masalah malah lari dari masalah.
"Gue bukan pengecut".
"Trus apa namanya ? Banci ?".
"Brengsek lo. Gue pulang sekarang". Dimas meninggalkan reno begitu saja di club tersebut. Dia merasa omongan sahabatnya itu ada benarnya juga. Dia terlihat seperti seorang pengecut sekarang.
Dia hanya terlalu takut untuk bertemu abbi. Dia takut jika nanti yang didengarnya malah akan semakin membuat hatinya hancur. Memikirkannya saja sudah membuat hatinya nyeri.
•••••••••••••••••••••••••••••••
Abbi baru saja memasuki kafenya mona. Dia sudah janji dengan dini untuk makan siang disana. Saat ingin menyapa kedua orang yang disayanginya itu langkahnya terhenti saat mendengar obrolan mereka.
"Jadi kak dimas akan ke london ?". Dini memainkan sedotan digelas minumannya.
"Reno bilang sih gitu. Dia terlihat sangat kacau. Entah apa yang ada difikirannya. Kakak selalu berharap dia sama abbi menjalin hubungan. Namun nyatanya sekarang mereka malah saling menjauh". Mona berbicara dengan sendunya.
"Yaaaaah. Kasian mereka. Abbi juga terlihat sangat pendiam sekarang. Dulu saat tama meninggalkannya dia bahkan tidak sehancur ini".
Mona dan dini tidak mengetahui jika abbi mendengar semua pembicaraan mereka. Abbi terlihat sangat kaget mendengar dimas akan pergi ke london.
Tanpa bisa dibendung lagi air matanya jatuh begitu saja. Dia merasakan sesak didadanya. Dia tidak bisa membayangkan gimana kehidupannya tanpa dimas. Dia memutuskan untuk menemui dimas dikantornya. Apapun yang terjadi dia harus mengungkapkan perasaannya sekarang. Dia tidak mau menyesal jika suatu saat nanti dimas benar-benar meninggalkannya.
Abbi baru saja turun dari taxi. Dia langsung berlari menuju lift untuk sampai ke ruangan dimana dimas berada. Dia mengabaikan pandangan orang-orang yang melihatnya berlari dengan berurai air mata.
"Maaf mbak, kak dimasnya adaa ?". Abbi bertanya dengan nafas yang terengah-engah. Sekretaris dimas kaget dengan kedatangan abbi yang tiba-tiba. Apalagi kondisi abbi terlihat sangat kacau.
"Pak dimas ada didalam. Diaa sedaaanng...".
Saat mendengar dimas ada diruangannya, abbi langsung saja berlari dan masuk tanpa permisi dan tanpa mendengarkan kata-kata sekretaris dimas selanjutnya.
BRAAKKK.
"Abbi". Dimas kaget saat pintu ruangannya terbuka dengan kasar dan melihat abbi dengan keadaan yang sangat kacau. Mata bengkak, air mata masih mengalir dipipinya, hidungnya pun masih memerah pertanda dia sedang menangis.
"KAK DIMAS". abbi berlari untuk memeluk dimas. Dimas yang kaget dengan kedatangan abbi sontak berdiri dan membiarkan abbi memeluknya dengan sangat erat.
"Maafin aku. Aku benar-benar minta maaf. Hikkss..hiikkss.. Aku mohon jangan pergi. Aku gaa bisa tanpa kak dimas. Aku sayang sama kak dimas. Kakak salah paham waktu itu. Hikss..hikss." abbi memeluk dimas sangaat erat. Dia berbicara sambil menangis sesegukan.
Dimas yang mendengar apa yang dibicarakan abbi pun sontak tersenyum. Dia mulai membalas pelukan abbi dan mengelus punggung abbi untuk menenangkannya.
Hatinya sakit melihat abbi yang seperti ini. Dia lebih menyukai abbi yang ceria. Bukan abbi yang rapuh.
"Heii, tenanglaah. Jangan menangiss". Dimas berbicara dengan lembut.
"Gimana aku bisa tenang kalau kak dimas masih marah sama aku. Hikk.hikks". Abbi masih saja menangis dan memeluk dimas seolah jika dia melepaskan pelukan itu maka dimas akan menghilang.
"Kakak ga marah sama kamu. Berhentilah menangis". Dimas masih setia mengelus punggung abbi dengan sayang. Dia bahkan mengecup puncak kepala abbi agar gadis itu berhenti menangis.
"Benarkah ?". Abbi mendongakan wajahnya agar bisa melihat dimas.
"Tentu saja. Memangnya kakak pernah berbohong sama kamu ?". Dimas memberikan senyum lebarnya.
"Ya, kakak ga pernah bohong sama aku. Justru aku yang udah bohong sama kakak waktu itu". Abbi menundukkan wajahnya dengan sendu. Apa yang dikatakan dimas mengingatkan dia tentang kebohongannya waktu itu. Dia jadi semakin merasa bersalah.
Dimas mengangkat dagu abbi agar gadis itu melihatnya kembali. Dia lalu menghapus air mata abbi yang masih tersisa dipipi abbi. "Maaf, kakak ga bermaksud begitu. Jangan menangis lagi. Kamu terlihat sangat jelek saat menangis". Dimas mencoba mencairkan suasana dengan mengajak abbi bercanda.
"Iiiiih nyebeliiin aaah". Abbi memukul-mukul pelan dada dimas. Dimas sontak tertawa melihat ekspresi abbi saat ini. Abbi mengerucutkan bibirnya yang terlihat sangat menggemaskan oleh dimas.
"Ehm. Maaf sebelumnya pak. Rapat kita mau dilanjutkan atau ditunda saja". Ucap salah satu karyawan dimas. Ternyata diruangan itu sedang ada beberapa orang karyawan dimas. Sepertinya mereka sedang mengadakan rapat. Mereka bahkan melihat apa yang terjadi dengan atasannya tersebut. Seperti sedang menonton live saja.
"Astaga, jadi kakak sedang rapat ?". Abbi sontak menjauhkan dirinya dari dimas. Pasalnya tadi mereka berdiri dengan jarak yang sangat dekat. Kedua bola matanya melotot saat bertanya kepada dimas.
"Ya begitulah". Ucap dimas tersenyum lebar. Rasanya dia ingin tertawa ngakak mengingat bagaimana abbi memeluknya dengan sangat erat yang ternyata disaksikan beberapa karyawannya.
"Ya ampun, aku malu sekali sekarang". Abbi menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Dia pun lalu beranjak pergi dari sana.
"Heii jangan pulang dulu. Tunggu kakak disana". Ucap dimas sambil menahan tawanya.
"BAIKLAH".
Bersambung ~
I Love you, not him
Oleh
NindyKornelia
Categories
Part 13
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment