-Sasha-
Aku mengaduk nasi goreng di dalam kuali. Tinggal menambah bumbu saja maka nasi goreng ini siap untuk di hidangkan.
Sembari mengaduk, tiba-tiba saja ada sepasang lengan yang melingkari perutku. Aku tersenyum. Sudah bisa menebak siapa yang memelukku ini. Siapa lagi kalau bukan Bima.
Selama dua tahun pernikahan kami. Memelukku setiap pagi saat memasak seperti ini adalah kebiasaannya yang sulit dihilangkan. Dia bahkan lebih memilih untuk ke dapur daripada beranjak kekamar mandi dan bersiap-siap.
"Baru bangun ?" Tanyaku tanpa menoleh.
Dia mengangguk. Menyembunyikan wajahnya di lekukan leherku. Dan memberi kecupan-kecupan kecil disana.
"Bimbim belum bangun ?" Tanyanya dengan suara serak khas bangun tidur.
"Belum, habis ini baru aku bangunin." Jawabku sambil mematikan kompor.
Bima membalikkan badanku. Hingga kami berhadapan. Aku merapikan rambutnya yang acak-acakan. Namun tidak mengurangi ketampanannya sama sekali.
Dia menciumku tiba-tiba. Hanya ciuman lembut biasa. Ciuman yang selalu aku sukai. Karena ciuman ini membuatku merasa sangat di cintai.
"I Love you." Ucapnya setelah melepaskan tautan bibir kami.
"Love you more." Jawabku sambil bersemu. Setelah dua tahun bersama, aku masih saja merona dengan perlakuan-perlakuan manis dari Bima.
"Aku selalu suka melihat pipimu memerah seperti ini." Ucapnya sambil tersenyum jahil.
Aku memukul dadanya pelan. "Nyebelin ih."
Dia terkekeh.
Suara tangisan dari arah kamar membuat kami sontak sama-sama tersenyum.
"Dia selalu tau bagaimana merusak suasana romantis kita." Sahut Bima.
"Mungkin dia haus. Aku keatas dulu. Kamu aja yang bangunin Bimbim. Oke ?"
"Baiklah sayang." Sebelum beranjak Bima menyempatkan mengecup bibirku sekilas.
Aku hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalaku sembari tersenyum.
Aku melangkah ke lantai atas rumah kami dan memasuki kamar utama yang kugunakan bersama Bima.
Dikamar terdapat sebuah box bayi. Aku mendekat dan mendapati putri kecil kami yang bernama Angel. Dia baru berusia tujuh bulan sekarang.
"Anak bunda haus ya." Ucapku seraya menggendongnya lalu mulai menyusuinya. Aku duduk di sofa yang ada dikamar. Mengelus-ngelus pipi Angel dengan sayang lalu bersenandung kecil.
Pintu kamar terbuka. Bima melangkah masuk sambil tersenyum lebar.
"Bimbim udah bangun ?" Tanyaku pelan.
"Udah. Bimbim lagi mandi. Aku udah nyiapin baju sekolah Bimbim dikasur." Dia duduk disebelahku.
"Terimakasih sayang." Ucapku.
"Everything for you hon." Dia mengecup kepalaku dari samping.
"Haloo princess. Hauss yaa." Ucap Bima sambil menoel-noel pipi Angel.
"Jangan ganggu. Nanti dia nangis." Aku memukul pelan tangannya.
"Galak banget bunda." Godanya.
"Biarin. Udah sana mandi. Nanti kamu telat."
"Mandi bareng hayuk." Ucapnya genit. Dia mengedipkan sebelah matanya.
"Biiiimmm..."
"Oke.oke. Aku mandi sekarang." Bima lalu beranjak menuju kekamar mandi.
Dia senang sekali menggodaku dengan ajakan-ajakan atau kata-kata vulgarnya.
Setelah memastikan putri kecil kami tidak haus lagi dan kembali terlelap, aku baru meletakkannya kembali di box bayi miliknya. Lalu menyiapkan baju kantor Bima di atas kasur seperti biasanya.
Aku beranjak ke dapur setelahnya. Menyiapkan sarapan yang tadi telah aku buat duluan. Aku mengisi tiga piring kosong dengan nasi goreng dan satu telur matasapi.
"Selamat pagi bundaa." Sapa Bimo. Dia sudah berpakaian lengkap ke sekolah.
"Selamat pagi sayang." Balasku.
"Ayah mana bun ?"
"Ayah masih siap-siap. Bimbim tunggu sebentar ya."
"Oke bun."
Beberapa menit kemudian. Bima turun dengan memegang dasi di tangannya.
Dia mengulurkan dasinya kepadaku. Aku mengambilnya lalu memasangkan dasi tersebut di lehernya.
"Ayah masih belum bisa pakai dasi ? Bimbim aja bisa pakai sendiri." Celetuk Bimo.
"Bisa dong. Ayah cuma mau dipasangin sama bunda aja." Dia menjulurkan lidahnya ke arah Bimo. Kekanak-kanakan sekali.
Bimo tertawa melihat tingkah Bima. "Ayah manja ih." Ucapnya lagi.
"Udah, sekarang ayo pada makan." Tegurku.
Bima dan Bimo menurut. Kami mulai menghabiskan sarapan dengan tenang.
Aku melirik mereka yang makan dengan lahap. Pemandangan yang selalu aku inginkan setiap hari. Aku berharap keluarga kecil kami bisa selalu seperti ini.
"Bimbim udah habis." Ucap Bimo seraya menelungkupkan sendoknya. Piringnya sudah kosong.
"Baguss. Udah dicek kan sayang buku pelajarannya ?"
"Udah bun. Gak ada yang ketinggalan lagi." Ucapnya bersemangat.
"Bim, tunggu ayah dimobil. Oke ?" Perintah Bima yang langsung di angguki oleh Bimo.
Dia mendekatiku dan menyalamiku dengan sopan. Aku balas mengecup dahinya dengan sayang.
"Belajar yang bener. Jangan nakal." Nasehatku.
Dia lalu ganti menyalami Bima dengan sopan. Bima balas mengecup puncak kepala Bimo dengan sayang. Setelah itu dia berlari keluar.
"Aku berangkat dulu sayang." Bima mendekatiku lalu mengecup dahiku dengan sayang. Aku memejamkan mataku sambil tersenyum.
"Jangan lupa makan siang. Jangan genit dikantor." Ucapku sambil tertawa pelan.
"Oke. Aku genitnya sama kamu aja kok." Godanya.
Pipiku bersemu kembali. Bima memegang pipi kiriku dengan tangan kanannya. Mengelusnya dengan lembut lalu mulai mendekatkan wajahnya.
Aku memejamkan mata, menyambut ciuman lembut Bima seperti biasanya. Kebiasaan sebelum dia berangkat ke kantor.
Aku melepaskan diri saat merasa sulit bernafas. "Cepetan berangkat. Kasian Bimbim nunggu lama."
"Oke. Aku berangkat ya."
Dia mengecup dahiku sekali lagi. Lalu mulai melangkah keluar rumah.
Aku melambaikan tangan saat mobil mulai melaju dengan pelan. Setelah memastikan mereka tidak terlihat lagi, barulah aku masuk ke dalam.
Begitulah suasana pagi dirumah kami. Begitu membahagiakan.
End.
My Lovely Son
Oleh
NindyKornelia
Categories
Extra Part
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment