Bertahanlah untukku

Oleh NindyKornelia

Nesya sedang menonton acara favoritnya. Hari ini adalah hari sabtu, jadi dia libur bekerja. Dia memutuskan untuk menghabiskan waktu dirumah saja. Baginya weekend adalah waktunya untuk bermalas-malasan dirumah.

Ting tong

Bel dirumahnya berbunyi, nesya pun melangkahkan kakinya menuju pintu.

"Siapa yang bertamu siang-siang begini". Gerutunya.

Ceklek.

Nesya membuka pintu dan nampaklah seorang pria yang memakai seragam dari salah satu jasa pengiriman barang. Pria itu tersenyum ramah kepadanya.

"Maaf mbak, ini ada paket atas nama mbak nesya".

Kurir itu memperlihatkan sebuah kotak yang ukurannya sedikit besar.

"Ohh iyaa, saya nesya. Dari siapa ya mas ?". Tanya nesya. Seingatnya dia belum memesan apapun via online minggu ini.

"Disini tertulis dari dave mbak".

"Aah iyaa. Terima kasih mas".

Nesya mengambil kotak tersebut. Dia pun menanda tangani tanda terima yang di berikan oleh kurir tersebut.

Setelah kurir itu pergi nesya lalu menutup pintu, dia juga tidak lupa untuk menguncinya. Nesya membuka kotak tersebut, dia mengambil isi dari kotak tersebut.

"Astaga, ini cantik sekali". Nesya bicara pada dirinya sendiri.

Isi dari kotak itu adalah dress berwarna putih tanpa lengan yang jatuh tepat diatas lututnya. Dipinggangnya juga terdapat hiasan pita yang makin membuat dress itu tampak sangat cantik. Didalam kotak itu juga terdapat surat kecil. Nesya pun membacanya.

Hai sayang.
Seseorang akan menjemputmu jam 19.00 nanti. Jadi berdandanlah yang cantik dan pakailah dress ini. Aku akan menemuimu ditempat orang itu membawamu.

Kekasihmu, Dave

Nesya tersenyum bahagia membaca pesan tersebut. Aaah romantis sekali kekasihnya itu.

Davin rahadian, biasa dipanggil dave adalah kekasihnya nesya. Mereka telah menjalin hubungan sejak semester akhir di perkuliahan. Mereka tidak sengaja bertemu saat akan bimbingan dengan dosen pembimbingnya yang kebetulan sama.

Awalnya tidak ada yang spesial dalam hubungan mereka. Mereka bertemu hanya untuk saling berbagi ilmu dalam menyelesaikan skripsi.

Namun seiring berjalannya waktu entah siapa yang memulai keduanya jadi semakin dekat dan saling jatuh cinta.

Nesya tanpa fikir panjang langsung menjawab "yes I do" saat dave menyatakan perasaannya di sebuah taman didekat kampus.

Sekarang tidak terasa hubungan mereka sudah memasuki tahun ke empat. Nesya bersyukur memiliki dave didalam hidupnya. Bukan karena dave adalah pria tampan yang memiliki segalanya namun karena hati nesya lah yang memilih dave.

Berbicara tentang dave, sudah seminggu ini nesya belum bertemu dengan dave dikarenakan dave sedang ada kerjaan diluar kota.

"Aku jadi tidak sabar untuk bertemu dengan dave". Lagi-lagi nesya berbicara sendiri.

Dia melihat jam di dinding ruang tamunya. Ternyata masih jam 14.36. Nesya pun memutuskan untuk istirahat sebentar. Setelah itu baru mempersiapkan diri untuk nanti malam.

Dia jadi penasaran, sebenarnya apa yang sedang direncanakan oleh dave.

------------------------------

Nesya tampak cantik dengan dress yang dikirim oleh dave. Dress itu melekat sangat sempurna ditubuhnya. Make up tipis yang diriaskan kewajahnya pun makin membuat wajahnya terlihat sangat cantik. Nesya membiarkan rambut panjangnya yang berwarna coklat dibiarkan terurai dengan model curly diujungnya.

Ting tong.

Nesya melangkahkan kakinya kepintu. Sepertinya orang suruhan dave sudah datang untuk menjemputnya.

Ceklek

"Dengan mbak nesya ?". Seorang pria paruh baya yang kira-kira berumur 50 tahunan menyapa nesya dengan ramah.

"Iya pak, saya nesya". Jawab nesya tak kalah ramahnya dengan bapak yang menjemputnya.

"Mari ikut saya". Bapak itu berbicara masih dengan senyum diwajahnya.

Bapak itu berjalan menuju mobil diiringi oleh nesya dibelakangnya. Dia pun lalu membukakan pintu mobil agar nesya bisa masuk. Setelah itu dia masuk ke pintu kemudi dan mengendarai mobil yang dibawanya.

Selama diperjalanan nesya menghabiskan waktunya dengan diam dan mencoba menerka-nerka apa kejutan yang telah disiapkan oleh dave. Apakah dave akan melamarnya ? Mengingat hubungan mereka yang sudah memasuki tahun keempat. Lagian mereka bukanlah remaja lagi sekarang. Mereka sama-sama sudah cukup umur untuk menikah.

Memikirkan hal itu membuat nesya jadi senyum-senyum sendiri. "Kita sudah sampai mbak". Suara bapak itu menyadarkan nesya dari fikirannya sendiri.

"Aah iyaa. Terima kasih pak". Nesya tersenyum ramah.

Dia lalu keluar dari mobil. Nesya melihat sekelilingnya, ternyata dia dibawa ke sebuah restoran yang berada di tepi pantai.

Dia lalu melangkahkan kakinya untuk masuk ke restoran tersebut. Saat nesya berada didekat pintu masuk seorang pelayan menyapanya dengan ramah.

"Dengan mbak nesya ? Nesya mengernyitkan dahinya. Bagaimana bisa pelayan ini mengetahui namanya. Namun walaupun begitu nesya tetap menanggapinya dengan ramah. Dia menganggukan kepalanya sambil tersenyum.

"Mari ikuti saya mbak. Ke sebelah sini". Pelayan wanita yang kira-kira berumur 30 tahunan itu membawa nesya ke sisi samping restoran.

Dari kejauhan nesya bisa melihat 1 meja panjang dengan kursi diujungnya. Sekeliling lokasi itu dihiasi dengan lampu-lampu kecil yang berkilauan. Terdapat juga sebuah lilin besar di atas meja tersebut. Ya walaupun lilinnya tidak dihidupkan karena angin pantai yang selalu berhembus hingga menusuk kekulit.

"Silahkan duduk disini mbak, pak dave menyuruh anda menunggu disini". Pelayan itu tersenyum kemudian mohon pamit kepada nesya yang dijawab anggukan kepala oleh nesya.

Seperginya pelayan itu nesya langsung melihat ke sekelilingnya. Suasananya benar-benar romantis. Dia harus memeluk erat dave saat bertemu nanti. Dave benar-benar pria yang romantis.

Tidak terasa sudah hampir dua jam nesya menunggu dave disana. Dia bolak-balik mengecek ponselnya namun tidak ada pemberitahuan apapun yang berhubungan dengan dave. No dave pun tidak bisa dihubungi. Nesya mulai sangat resah. Tidak biasanya dave ngaret sampai selama ini. Ada apa sebenarnya ? Dimana dave saat ini.

"Nesya". Seseorang memanggil nesya.

Nesya sontak melihat ke arah orang yang memanggilnya.

"Kak dena".

Nesya berdiri dan berjalan menuju wanita yang bernama dena tersebut.

"Kakak ngapain disini ? Dimana dave ?". Tanya nesya lagi sambil melihat ke arah belakang dena. Dia ingin memastikan dave datang bersama dena apa tidak.

Nesya bingung , seharusnya dave lah yang datang kesini tapi kenapa sekarang yang berdiri didepannya malah kakak dave. Ya, dena adalah kakak dari dave.

Bukannya menjawab pertanyaan nesya, dena malah memeluk nesya sangat erat. Dia juga mengelus punggung nesya seolah sedang terjadi sesuatu yang buruk.

"Apa yang terjadi kak ?". Ucap nesya pelan.

Entah kenapa dia merasa sesuatu yang buruk memang sedang terjadi sekarang.

"Kakak mohon kamu harus kuat nes. Dave....dave....dave kecelakaan". Dengan susah payah akhirnya dena mampu menyelesaikan kata-katanya.

Nesya seketika diam mematung didekapan dena. Dia masih tidak percaya dengan apa yang didengarnya.

"Kakak pasti bercanda kan ? Gak mungkin dave kecelakaan. Dave pasti sengaja mau bikin kejutan buat aku kan ? Bener kan kak ?".

Nesya masih saja tidak percaya dengan apa yang dikatakan dena. Namun berbeda dengan matanya, entah sejak kapan matanya berkaca-kaca.

"Sabaar yaa nes". Hanya itu yang bisa dikatakan oleh dena.

Setelah itu hanya tangis nesyalah yang terdengar disana. Siapapun yang mendengar suara tangisan itu pasti akan ikut merasakan kesedihan serta kesakitan yang dirasakannya.

--------------------------------

Nesya sedang berada didepan ruang operasi. Tidak terasa sudah 3 jam lebih dia disana. Seluruh keluarga dave juga ada disana. Nesya hanya bisa menangis. Dia takut kehilangan dave. Dia takut dave tidak bisa bertahan didalam sana. Terlalu banyak mimpi yang ingin diwujudkannya bersama dave.

"Bertahanlah dave, kumohon". Nesya mengulang kalimat itu didalam hatinya. Dia merapalkannya seperti doa. Ya dia sangat berharap dave bertahan untuknya didalam sana.

"Nesya sayaang. Makan dulu ya nak. Kamu belum makan apapun dari tadi kan".

Seorang wanita paruh baya yang notabene adalah ibunya dave mengelus kepala nesya. Nesya memang sudah dekat dengan semua keluarga dave.

"Nesya gak lapar ma. Nesya mau nungguin dave disini".

"Tapi kamu harus makan nak. Dave pasti sedih kalau kamu kayak gini. Percayalah, dave akan baik-baik saja".

Ibu dave masih berusaha untuk membujuk nesya. Dia tau nesya belum makan apapun dari tadi. Nesya bahkan hanya menghabiskan waktunya dengan menangisi keadaan dave didalam sana.

"Nanti aja maa. Nesya mau disini aja". Ucap nesya lemah.

Ibu dave pun memilih untuk diam. Sepertinya nesya benar-benar tidak mau meninggalkan dave walaupun sebentar saja. Nesya sangat mencintai putranya. Dan itu membuat ibu dave yakin untuk menjadikan nesya menantunya.

Semua orang masih setia menunggu dave di luar ruang operasinya. Raut wajah tegang dan kesedihan sangat terlihat jelas di wajah mereka.

"Nesyaaaaaaa".

Seorang wanita paruh baya memanggil nesya. Dia didampingi oleh seorang pria paruh baya disampingnya. Sepertinya pria itu adalah suaminyaa.

"Mamaaaaa". Nesya berlari kearah wanita itu dan langsung memeluknya erat. Wanita itu adalah ibunya nesya. Nesya menangis sesegukan dipelukan ibunya.

"Maaa.. hikss..dave maa..dave didalam sanaa hiks..hiks.".

"Tenanglaah nak. Dave baik-baik saja. Percayalah sama mama".

"Nesya mau ketemu dave ma. Nesya mau bicara sama dave. Nesyaa.........."

Nesya pun tidak bisa melanjutkan kata-katanya. Dia jatuh pingsan dipelukan ibunya.

"Astagaa nesyaaaa". Semua orang berteriak dan berlari kearah nesya. Mereka lalu membopong nesya dan langsung meminta dokter untuk memeriksanya.

-------------------------------

Nesya membuka matanya perlahan-lahan. Cahaya diruangan itu membuat matanya menjadi sedikit sulit untuk melihat.

"Good morning".

Nesya mendengar suara orang yang sangat dicintainya. Dia pun lalu mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan.

"Aku disini sayaang".

Nesya menoleh kesamping kanannya. Dia melihat pria yang sangat dicintainya sedang tersenyum manis kearahnya.

"Dave". Ucap nesya pelan.

"Yaa".

"Kamu baik-baik saja ?". Tanya nesya dengan polosnya.

"Menurut kamu ?". Bukannya menjawab dave malah balik bertanya.

"Entahlah. Aku rasa kaki dan kepalamu tidak baik-baik saja".

Nesya melihat kepala dave yang sedikit diperban. Sepertinya perban itu menutupi jahitan dikepala dave. Dia juga melihat kaki dave sepertinya tidak baik-baik saja.

Nesya lalu duduk dan berjalan kearah ranjang yang ditiduri dave.

"Heii tetaplaah disana. Aku takut kamu pingsan lagi".

Dave memperingatkan nesya untuk tetap berbaring diranjangnya. Namun nesya tetaplah nesya yang keras kepala. Dia tidak mendengarkan ucapan dave.

"Aku baik-baik saja dave".

Nesya sudah berdiri didekat dave. Dia lalu memeluk dave dari samping. "Aku merindukanmu".

Dave tersenyum dipelukan nesya. "Aku juga merindukanmu".

"Kamu membuatku takut dave. Aku takut kamu meninggalkanku. Terima kasih telah bertahan untukku".

Mata nesya mulai berkaca-kaca. Dave memegang kedua pipi nesya. Dia menghapus air mata nesya yang mulai menetes dipipi nesya dengan jempolnya.

"Jangan menangis. Maaf telah membuatmu takut".

"Tidak apa-apa. Aku bahagia kamu baik-baik sajaa sekarang". Nesya tersenyum manis.

"Aah iyaa aku punya sesuatu buat kamu".

"Apaa ?". Nesya membulatkan kedua matanya.

"Menggemaskan sekali pacarku ini". Dave muncubit pelan hidung nesya.

Dave lalu mengambil sesuatu dibawah bantalnya. Kotak kecil berwarna merah. Dia lalu membuka kotak kecil tersebut.

"Daveeee". Nesya tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. "Itu cantik sekali". Ucap nesya lagi.

"Will you marry me ?". Dave menatap nesya dengan tatapan penuh cinta. Dia juga mengulurkan cincin yang sangat cantik dan berkilauan.

"Yes, I will". Ucap nesya mantap.

Dave sontak memeluk nesya. Sesekali dia mengecup puncak kepala nesya. "Terima kasih. Aku mencintaimu". Ucap dave lembut.

"Aku juga mencintaimu". Nesya tersenyum bahagia dipelukan dave.

"Hmm dave". Panggil nesya lagi.

"Yaa".

"Apa tidak ada tempat yang lebih bagus lagi untuk melamarku ?"

Nesya melepaskan diri dari pelukan dave kemudian memasang wajah cemberut yang sengaja dibuat-buatnya.

"Maafkan aku sayaang. Sebenarnya tadi malam aku ingin melamarmu di pantai itu. Tapi sayang sekali aku malah kecelakaan". Ucap dave penuh penyesalan.

Nesya lalu tertawa mendengar suara dave yang terdengar sedih. Apalagi raut wajah dave. Ya ampuun, kekasihnya itu menggemaskan sekali dengan tampang menyesalnya itu.

"Kenapa malah tertawa ?". Dave menaikkan sebelah alisnya.

Bukannya langsung menjawab nesya malah mengecup pipi dave sekilas.

"Aku tidak peduli dimanapun kamu melamarku. Yang penting yang melamarku itu adalah kamu. Aku hanya ingin menggodamu saja". Nesya tersenyum lebar kearah dave. Dia juga mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya berbarengan keatas.

"Sudah berani menggodaku heh ?. Awas saja kalau aku nanti sudah sembuh. Aku akan menghukummu sayaang". Dave tersenyum ala devil.

"Kalau begitu cepatlah sembuh". Tantang nesya.

"Kamu mau aku cepat sembuh ?".

Nesya menganggukan kepalanya.

"Give me a kiss". Dave meletakkan jari telunjuknya dibibirnya.

"Astaga. Dasar mesum". Nesya memukul pelan lengan dave.

"Ayo laaah yaang. Aku yakin akan cepat sembuh setelah itu". Dave merengek seperti anak kecil yang meminta permen kepada ibunya.

"Hmmmm". Nesya memasang wajah sok berfikir. Dan itu membuat dave menjadi sangat gemas dengannya.

Dave menarik tangan nesya sehingga nesya menjadi semakin dekat dengannya. Dave lalu mencium nesya tepat dibibirnya. Nesya pun membalas ciuman dave. Mereka menyalurkan apa yang mereka rasakan dengan ciuman itu. Rasa sayang, cinta, rindu, takut dan bahagia.

Dave kemudian menjauhkan bibirnya dari bibir nesya. "Kamu sangat cantik saat pipimu memerah seperti ini" dave mengelus pelan pipi nesya.

"Dave, jangan membuatku malu". Nesya menyembunyikan wajahnya didada dave dengan cara memeluknya. Dia malu sekali sekarang. Bagaimana mungkin dave menciumnya disini, dirumah sakit, dan disaat dave sedang sakit.

"Aku mencintaimu" ucap dave pelan.

Nesya tidak menjawab perkataan dave. Dia mengeratkan pelukannya. Tanpa menjawab pun dave pasti sudah tau kalau dia sangat mencintai dave.

END


0 comments:

Post a Comment

 

sikunin Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea