My Lovely son

Oleh NindyKornelia

"Kaaak, banguuuuuun..udah siang nii". Renata menarik-narik selimut kakaknya. Kalau bukan disuruh oleh mamanya dia tidak akan mau disuruh untuk membangunkan kakaknya. Udah hampir 10 menit dia mencoba untuk membangunkan kakaknya namun belum ada tanda-tanda kakaknya itu akan bangun. "Astagaa, kebo banget siih". Gerutunya.

"Baiklaah, sepertinya aku harus menggunakan senjata terakhir ni". Dia berbicara sendiri dengan senyum ala devil sambil bersiap-siap melakukan sesuatu.

"Kakak udah banguun". Tiba-tiba saja orang yang ingin dibangunkan oleh renata dari tadi bangun dari tidurnya. Dia bahkan langsung duduk diatas kasurnya.

"Looh, kok kak bima udah bangun aja siiih. Kan aku mau ngeluarin senjata terakhir". Renata mengerucutkan bibirnya.

"Kakak gak sanggup dengerin teriakan kamu lagi dek. Bisa-bisa kakak jadi tuli diusia muda". Bima menjawab sambil mencari-cari ponselnya.

Dia memang selalu mengecek ponselnya saat bangun tidur. Bukan mengecek sosial media seperti anak zaman sekarang ya melainkan mengecek email dari sekretarisnya. Bima merupakan seorang CEO diperusahaan keluarganya yang bergerak dibidang perhotelan. Dia memiliki beberapa hotel mewah yang tersebar hampir diseluruh kota besar di Indonesia.

"Kak, sebelum kakak ke hotel mampir ke toko kue cake with love dulu ya. Minggu depan kan mama ulang tahun".

"Kakak sibuk dek, kamu aja yang pesan ya".

"Sibuk dari mana, aku udah tanyain jadwal kakak sama mbak mita. Mbak mita bilang kakak baru ada rapat jam 14:00 nanti. Pokoknya aku gak mau tau, kakak harus pesan kue dulu. Ini alamatnya". Renata memberikan selembar kertas kecil yang berisi alamat toko kue yang bernama cake with love lalu meninggalkan bima begitu saja dikamarnya.

"Dasar pemaksa". Bima menggerutu sendiri dikamarnya. Dia memang selalu kalah jika berdebat dengan renata. Namun walaupun begitu dia sangat menyayangi dan menjaga adik satu-satunya itu.

Apalagi sejak peristiwa beberapa tahun yang lalu, peristiwa yang membuat dia menjadi laki-laki paling brengsek. Dia tidak mau apa yang dilakukannya kepada seseorang dimasa lalu akan menimpa adiknya.

---------------------------------

"Bun, hari ini bimbim gak usah sekolah yaa. Bimbim ikut bunda ke toko aja". Bimo sedang merayu ibunya agar diizinkan untuk tidak sekolah hari ini. Dia bahkan berbicara dengan nada lelah yang dibuat-buatnya.

"Loh memangnya kenapa sayang ?".

Sasha menuangkan nasi goreng kepiring lalu memberikannya kebimo. Sasha memang sudah terbiasa membuatkan sarapan untuk mereka berdua. Lagian kalau bukan dia yang memasak siapa lagi coba. Sasha belum mau menggunakan jasa asisten rumah tangga. Selagi masih bisa dia kerjakan kenapa harus menyuruh orang lain. Begitulah pemikirannya.

"Bimbim kayaknya gak enak badan deh bun".

"Coba sini bunda liat". Sasha meletakkan tangannya didahi bimo untuk mengecek badan bimo panas apa enggak. Seingat sasha bimo tadi baik-baik saja saat dia memandikannya. "Gak panas kok bim. Sebenarnya kenapa bimbim gak mau sekolah hari ini ? Ayo cerita sama bunda". Sasha duduk sambik mengelus rambut anaknya dengan sayang.

"Bimbim mau nungguin papi ditoko bun. Bimbim kangen main sama papi. Mami bilang papi hari ini ke toko kan ?". Bimo menjelaskan disela-sela kunyahannya. Dia terlihat sangat menikmati sarapannya.

"Astaga sayang. Jadi bimbim gak mau sekolah karena pengen nungguin papi ?".

Bimo menjawab dengan anggukan kepalanya.

"Gini aja, bimbim tetap sekolah hari ini. Nanti pulangnya biar dijemput sama papi. Bimbim mau ?". Sasha mencoba merayu anaknya agar mau kesekolah hari ini, dia tidak mau mengizinkan bimo untuk bolos. Takutnya, jika diizinkan sekali nantinya bimo akan mencari-cari alasan lain untuk tidak kesekolah di hari lainnya.

"Beneran papi yang jemput ?". Tanya bimo dengan mata berbinar. Sepertinya dia mulai tertarik dengan apa yang dibilang ibunya.

"Iya sayang. Ya udah sekarang cepat habiskan sarapannya. Nanti bimbim telat".

"Oke bun !". Bimbim menaikkan satu jempolnya sambil tersenyum lebar.

--------------------------------

Sasha lagi menghias cake dengan berbagai cream warna-warni agar terlihat cantik sesuai pesanan pelanggan. Sudah sebulan pesanan ditoko kuenya menanjak naik, jadi mau tidak mau dia harus membantu dalam menghias cake yang telah jadi. Walaupun dia pemilik dari toko kue tersebut, dia tidak pernah memperlakukan karyawannya dengan buruk. Sasha malah memperlakukan mereka semua seperti keluarga sendiri.

"Diiin, ntar dion jadi kesini kan ?". Tanya sasha kepada dinda yang juga sedang sibuk menghias cake.

"Jadi kayaknya. Emang kenapa sha ?".

"Ntar lo sama dion aja ya yang jemput bimbim. Gue udah janjiin bakal dijemput dion soalnya. Bimbim gak mau sekolah kalau gak dijemput dion".

"Hahhaahaa. Pasti dia mau bolos sekolah dengan alasan gak enak badan lagi".

Dinda tertawa mengingat tingkah lucu bimo yang pintar sekali berakting. Dinda sering mendengar cerita sasha tentang bimo yang sering kali meminta untuk bolos sekolah dengan alasan tidak enak badan. Untungnya sasha selalu punya cara untuk merayu anak semata wayangnya itu.

"Ya begitulah. Aaaaah bimbim menggemaskan sekali saat berakting pura-pura sakit".

Sasha tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Lagi-lagi dia dibuat makin jatuh cinta sama anaknya itu.

"Sha". Dinda memanggil sasha pelan nyaris tak terdengar. Dari nada bicaranya sasha bisa menebak kalau mereka akan membahas sesuatu yang serius.

"Ya". Sasha masih tidak mengalihkan perhatiannya dari cake yang sedang dihiasnya.

"Lo yakin tidak ingin mengenalkan bimo kepada ayahnya ? Dia berhak mengetahui keberadaan bimo. Bimo pun berhak mengetahui siapa ayahnya".

Dinda berbicara dengan sangat hati-hati. Dia tidak mau sasha sedih dan tersinggung dengan pertanyaannya. Dia hanya ingin sasha bahagia tanpa dihantui bayang-bayang perasaan bersalah terhadap bimo.

"Entahlah diin, gue gak mau bimo sedih kalau nanti dia menolak kehadiran bimo sama seperti dulu. Mungkin lebih baik begini. Lagian lo tau sendiri kan gimana hubungan gue sama dia ? Gue bahkan tidak mengetahui apapun tentang dia".

Sasha menjawabnya dengan wajah sendu. Ingatan tentang masa lalunya yang kelam tiba-tiba saja menyeruak dan itu membuat dadanya sesak.

"Gak ada salahnya mencoba sha, siapa tau dia sudah menyesali semuanya. Lagian tidak mungkin dia menyakiti anak sepolos dan selucu bimo. Lupakan apa yang terjadi dimasa lalu. Anggap saja semuanya demi kebahagiaan bimo.

"Gue fikirin nanti yaa".

"Heii heii ada apa iniii, kenapa muka kalian pada sendu gitu ?".

Dion yang baru datang merasa ada sesuatu antara dinda dan sasha. Pasalnya aura ketegangan dan kesedihan sangat terlihat sekali diwajah mereka.

"Hei kamu udah dateng. Ini rahasia wanita. Jadi kamu gak boleh tau".

Dinda menjulurkan lidahnya kearah dion. Sementara sasha hanya menanggapinya dengan tertawa kecil.

"Lebih baik kalian jemput bimbim kesekolah sekarang. Kasian ntar kalau dia nunggu lama disekolah".

"Aaaah bener jugaa. Yuk sayaang".

Dinda menarik tangan dion dan segera keluar dari sana. Mereka akan menjemput bimo sekarang.

"Kita pergi yaa".

Dinda melambaikan tangannya kearah sasha.

"Berhati-hatilaah". Sasha melambaikan tangannya.

Seperginya dinda dan dion, sasha memikirkan apa yang dikatakan oleh dinda tadi. Aaah ingatan tentang pria brengsek itu mau tidak mau harus mengganggu fikirannya.

Flashback on

Malam itu sasha harus kembali menginjakkan kakinya ke tempat yang menjadi awal kehancuran hidupnya. Dia sudah berjanji untuk tidak akan pernah kembali kesana sejak peristiwa malam itu. Namun ternyata semua di luar prediksinya.

Suara hingar bingar musik terdengar sangat kencang ditelinganya. Dia mengarahkan matanya kesegala arah untuk mencari pria itu. Dia yakin sekali pasti menemukan pria itu ditempat itu. Lagian kalau bukan disana dimana lagi dia bisa menemukan pria itu. Dia bahkan cuma tau namanya saja. Gila bukan ? Yaa. Dia sangat gila pada saat itu.

Setelah memastikan bahwa pria yang dilihatnya sedang berkumpul dengan teman-temannya itu adalah pria yang dicarinya, sasha melangkahkan kaki menuju kesana. Dia merasakan gugup dan ketakutan yang becampur menjadi satu. Tapi mau gimana lagi, dia tidak ada pilihan lain sekarang.

Dia berdiri tepat didepan pria itu, pria itu terlihat sangat kaget saat melihatnya.

"Aku mau bicara" sasha berbicara tanpa basa-basi.

Pria itu berdiri lalu melangkah melewati sasha. "Ikut aku".

Sasha mengikuti pria itu dibelakangnya. Dia membawa sasha keluar dari tempat itu. Dia menuju ke parkiran, dan tiba-tiba saja pria itu masuk kedalam sebuah mobil mewah yang terparkir disana. Sasha pun mengikutinya untuk masuk di sebelah bangku kemudi.

"Jadi apa yang ingin kamu bicarakan ?".

Dia menatap sasha dengan datar. Bahkan nada bicaranya pun tidak bersahabat sama sekali.

Sasha menelan ludahnya beberapa kali. Dia meremas ujung gaunnya. Pertanda dia sangat gugup sekarang. Dia menghembuskan nafasnya pelan-pelan. "Baiklaah ini saatnya. Semua akan baik-baik saja". Dia berbicara didalam hati.

"Aku hamil".

Akhirnya dua kata itu terucap juga dari bibirnya. Yaa dia sedang hamil sekarang. Dan pria yang ada disampingnya ini adalah ayah dari anak yang dikandungnya.

Raut wajah terkejut sangat terlihat sekali dari pria itu. Tapi setelah itu dia kembali ke wajah datarnya. Sasha harap-harap cemas menunggu apa yang akan dikatakan oleh pria itu. Namun sepertinya belum ada tanda-tanda pria itu akan bicara.

"Lalu ?".

Sasha sontak melihat pria itu. Dia tidak percaya dengan apa yang dikatakannya. Pria itu hanya menjawabnya dengan kata "lalu?". Ooh shit. Dia ingin sekali memaki si brengsek ini sekarang.

Kalau bukan mengingat tentang kehamilannya, dia ingin sekali memaki memukul bahkan mungkin membunuh pria dengan wajah datar ini. Aaaah tidak tidak. Itu tidak baik untuk kehamilannya.

"Jadi cuma itu yang ingin kamu katakan setelah aku bilang kalau aku hamil. Baiklaah. Lupakan saja apa yang aku katakan barusan. Dan anggap saja kita tidak pernah bertemu malam ini ataupun malam-malam sebelumnya".

Sasha pun keluar dari mobil pria itu. Dia tidak mau berurusan lagi dengannya. Dia memutuskan akan membesarkan anak yang dikandungnya sendiri.

Flashback off

"Kak, ada yang mau pesen kue tuuh. Dia lagi nunggu didepan".

Suara salah satu pegawainya membuyarkan ingatan sasha tentang pria dimasa lalunya. Dia kemudian meletakkan cream yang dari tadi dipegangnya untuk menghias kue.

Dia pun melangkahkan kaki keluar dari ruangan itu. Dia tidak mau membuat pelanggannya menunggu lama.

Sasha melihat seorang pria yang berpenampilan rapi seperti orang kantoran sedang membelakanginya. Dilihat dari postur tubuhnya sepertinya pria itu masih muda.

"Maaf menunggu terlalu lama. Ada yang bisa saya bantu ?".

Sasha menyapa pria itu dengan ramah. Sasha selalu memperlakukan pelanggannya dengan baik. Pria itu membalikkan badannya kearah sasha.

DEG.

"KAMU ??"

"KAMU ??"

Bersambung ~


0 comments:

Post a Comment

 

sikunin Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea