"KAMU ?".
"KAMU ?".
Sasha sangat kaget dengan apa yang dilihatnya sekarang. Begitu juga dengan seseorang yang sedang ada didepannya. Mereka berdua sama-sama tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.
"Ngapain kamu disini ?". Sasha tidak bisa menyembunyikan nada ketusnya. Dia tidak peduli dengan keramah tamahan terhadap pelanggan sekarang ini. Baginya tidak ada ramah tamah bagi pria pengecut didepannya.
"Boleh aku duduk dulu ?". Tanya bima.
"Silahkan". Ketusnya.
Sasha dan bima duduk berhadap-hadapan. Suasananya tegang sekali. Aura permusuhan jelas sekali terlihat diwajah sasha. Dia tidak menyangka akan bertemu dengan pria pengecut ini secepat ini. Yaa, bima lah pria pengecut yang telah menghamilinya dan menolak anaknya sendiri.
Sementara bima, dia berusaha untuk setenang mungkin. Walaupun sejujurnya dia senang bisa bertemu lagi dengan sasha. Dia ingin minta maaf atas perlakuan buruknya dulu. Dia benar-benar menyesal sekarang.
"Jadi mau ngapain kamu kesini ?".
"Kamu apa kabar ?". Bukannya menjawab pertanyaan sasha, bima malah membicarakan hal lain.
"Seperti yang kamu lihat. Aku baik-baik saja. Dan lebih baik lagi jika aku tidak melihatmu". Sasha menatap tajam kearah bima. Dia benar-benar membenci pria didepannya ini. Ya walaupun dia akui kalau bima menjadi sangat tampan sekarang. Astaga, bisa-bisanya dia mengakui ketampanan pria itu sekarang.
"Aku minta maaf".
"Berhentilah berbicara omong kosong. Kalau tidak ada yang ingin kamu katakan lagi. Pergilah. Aku sibuk".
Sasha hendak berdiri dari kursinya namun bima lebih dulu memegang tangannya. "Please, duduklaah dulu". Bima menatap sasha dengan tatapan memohon. Sasha pun kembali duduk dikursinya.
"Aku mau pesen kue buat ulang tahun mama aku minggu depan. Desainnya terserah kamu aja. Aku yakin kamu pasti akan memberikan yang terbaik".
Bima memilih untuk fokus dengan tujuan awalnya datang ke toko kue yang ternyata pemiliknya adalah sasha. Dia tidak mau memaksa sasha untuk memaafkannya. Setidaknya tidak untuk sekarang ini. Biarlah nanti pelan-pelan dia akan berusaha untuk membuat sasha bisa memaafkannya.
"Baiklaaah, kamu bisa mengambilnya sehari sebelum ulang tahunnya berlangsung. Aku rasa tidak ada yang perlu lagi dibicarakan". Sasha masih saja berbicara datar.
"Boleh aku tanya satu hal ?".
"Apa ?".
"Anak itu. Apa aku boleh bertemu dengannya ?".
"Aku menggugurkannya".
Sasha meninggalkan bima begitu saja. Entah kenapa kalimat itu keluar begitu saja dari bibirnya. Mungkin karena kebenciannya akan bima. Mungkin saja.
Sasha memang berniat memberitahu bimo tentang ayahnya suatu hari nanti. Tapi tidak secepat ini. Pertemuan tak terduganya dengan bima membuat dia teringat akan kata-kata bima saat menolak bimo dulu. Dan itu membuatnya sangat membenci bima.
Sementara bima, dia hanya bisa mematung mendengar sasha menggugurkan anaknya. Ya, dia berniat ingin meminta maaf dan akan mengakui anak yang dikandung sasha dulu adalah anaknya. Dia benar-benar menyesal atas perlakuannya dulu.
-------------------------------------
"Ngapain kalian pada kesini ?". Bima menatap heran kearah dika dan roy yang nyelonong begitu saja masuk keruangannya. Bukannya ini masih jam kantor ? Kenapa kedua sahabatnya ini justru malah kekantornya.
"Suka-suka kita doong. Ya gak dik ?". Roy meminta persetujuan dika atas pembelaannya yang dijawab anggukan oleh dika.
"Tapi gue gak suka". Bima menjawab ketus.
"Diiiih. Kejam banget lo bim. Gak ada basa basinyee". Ujar roy lagi.
"Kenapa wajah lo ? Kusut banget kayaknya. Lupa disetrika emang ?". Akhirnya suara dika keluar juga.
"Sialan lo". Umpat bima.
"Kalian ingat gadis yang pernah gue ceritakan 5 tahun yang lalu ?". Bima menatap kedua sahabatnya.
"Gadis yang mana ? Terlalu banyak gadis yang lo ceritakan kekita. Lebih spesifik please". Ucap roy.
"Gadis yang mengaku kalau dia hamil anak gue".
Roy dan dika diam seketika dan melihat bima dengan raut wajah serius.
"Eeh bentar deh. Bukannya dia bukan gadis lagi yaa. Kan elo yang ngambil kegadisan dia". Roy memasang wajah sok polosnya.
"Kampret loo. Gue lagi serius juga". Bima melempar roy dengan pena yang sedang dipegangnya. Yaa walaupun lemparan itu tetap saja tidak mengenai roy karena dia lebih dulu menghindar.
"Hahaa sorry bro. Just kidding. Lagian muke lu tegang banget.". Roy tertawa menampilkan deretan gigi putihnyaa.
"Jadi kenapa dengan wanita itu ?". Dika yang dari tadi hanya melihat kelakuan kedua sahabatnya pun mulai berbicara. Dika tau pasti wanita itu lah yang membuat wajah sahabatnya itu terlihat kusut seperti sekarang.
"Gue ketemu dia tadi. Dan dia membenci gue". Bima menyandarkan badan dan kepalanya ke kursi kebesarannya. Dia juga menutup kedua matanya dan menaruh sebelah lengannya disana.
"Ya iya laah dia ngebenci lo. Kalau gue jadi dia mah gue juga bakalan benci banget sama lo".
Pletak.
Aww.
Roy mengadu kesakitan saat sebuah pena mendarat sempurna dijidatnya. Dia mengelus pelan jidatnya.
"Lo bukannya bikin gue tenang malah makin bikin gue galau.".
"Roy, lo kalo mau bangunin macan tidur jangan jam segini please. Gue lagi males jadi wasit kalian berdua". Dika memperingatkan roy. Dia hapal banget gimana kalau bima udah marah atau kesel. Yang jelas sudah dipastikan roy akan keluar dari ruangan bima dengan muka yang tidak lagi sama alias babak belur.
"Hahaa jangan sensitif begitu bro. Gue becanda doang kok". Ucap roy lagi.
"Jadi kenapa lo galau habis ketemu dia. Lo gak jatuh cinta kan sama dia ?". Dika menatap bima serius.
"Entahlah. Yang jelas gue ingin minta maaf sama dia. Gue ingin memperbaiki hubungan baik dengan dia. Gue bahkan berencana untuk bertanggung jawab atas perbuatan gue dulu". Bima menghela nafas berat sebelum melanjutkan kalimatnya. "Tapi sepertinya gue benar-benar sangat terlambat sekarang". Bima mengusap kasar wajahnya.
"Maksud lo ?". Roy terlihat bingung.
"Dia menggugurkannya".
Roy dan dika diam seketika. Mereka tidak tau harus berkomentar apa. Setidaknya jadi pendengar yang baik buat bima sudah membuktikan kalo mereka akan selalu ada buat bima.
----------------------------
"Bun, tadi bimbim diajakin main ke mall sama mami inda sama papi ion juga". Bimo duduk disofa sambil memainkan robot-robotan barunya. Disebelahnya sasha sedang menghitung penghasilan ditoko hari ini.
"Gitu yaa, jalan-jalan ke mall gak ngajak bunda." Sasha memasang wajah pura-pura cemberut.
Bimo menyandarkan kepalanya kelengan sasha. "Habisnya bunda sibuk ditoko terus siih".
"Bunda sibuk ditoko buat siapa coba ?". Sasha mengelus kepala bimo.
"Buat bimbim doong. Bimbim sayang bunda". Bimo mengecup pipi sasha sekilas lalu kembali sibuk dengan robot-robotannya.
Walaupun usianya baru 5 tahun, bimo mengerti dengan kesibukan sasha. Sasha selalu memberitahu pelan-pelan bagaimana keadaan mereka kepada bimo sejak bimo berusia 3 tahun. Tentu saja dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh bimo. Untungnya bimo termasuk anak yang pintar untuk anak seusianya.
"Bunda juga sayang sama bimbim. Sekarang ayo kita tidur. Besok bimbim sekolah kan ?".
Sasha mengecup kepala bimo kemudian membereskan semua berkas-berkas yang tadi dipegangnya.
"Bimbim masih mau main bun". Bimo mengerucutkan bibirnya.
"Padahal bunda mau ngelanjutin dongeng yang kemaren looh. Bunda tidur ajaa aah".
Sasha pura-pura menguap lebar. Dia juga mengucek matanya seolah matanya benar-benar tidak sanggup lagi untuk beraktifitas. Biasanya cara ini selalu ampuh untuk membuat bimo cepat tidur. Saat sasha mau melangkahkan kakinya tiba-tiba bimo berteriak memanggilnya.
"BUN...Bimbim gak mau main lagi bun. Bimbim mau tidur aja". Ucapnya sambil menggandeng tangan sasha.
"Ayoo bun". Ucapnya lagi kemudian menarik sasha menuju kamar mereka. Sasha pun tertawa geli dibelakang bimo. Tiap hari ada saja tingkah bimo yang membuatnya makin jatuh cinta.
"Daan akhirnya mereka hidup bahagia selamanyaa". Sasha mengakhiri dongengnya. Dia menatap bimo yang sekarang sudah tidur nyenyak disampingnya. Dia menepuk-nepuk pelan punggung bimo.
Dia jadi ingat pertemuannya dengan bima tadi siang. Apa yang harus dilakukannya sekarang. Cepat atau lambat pasti bima akan mengetahui keberadaan bimo. Tapi bukankah dia memang berniat mempertemukan bimo dengan ayahnya ?
Aaaaah, dia benar-benar bingung sekarang.
"Maafin bunda nak". Sasha mengecup dahi bimo.
Yaa lagi-lagi dia hanya mampu mengucapkan maaf kepada putra kesayangannya itu.
Bersambung ~
My Lovely Son
Oleh
NindyKornelia
Categories
Part 3
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment