I Love you, not him

Oleh NindyKornelia

"Yeiiiii. Finally wisudaa !!" Abbi dan dini sedang berpelukan sambil melompat-lompat kegirangan. Mereka baru saja mengikuti acara wisuda dikampusnya. Akhirnya setelah melewati berbagai kendala dalam pengerjaan skripsinya, mereka berhasil juga. Dan sekarang status mereka bukan lagi mahasiswi melainkan pengangguran. Ups. Paling tidak sampai mereka mendapatkan pekerjaan.

"Ayo kita selfie dulu". Abbi mengeluarkan ponselnya lalu mengajak dini untuk melakukan berbagai foto selfie dari pose cantik sampai pose konyol. Mereka berdua juga sesekali mengajak teman-teman seperjuangan lainnya untuk foto bersama.

Selesai dengan sesi foto didalam aula tempat acara wisuda berlangsung, abbi dan dini keluar dari sana lalu mencari keluarga mereka masing-masing.

"Selamat sayang". Ibu abbi yang bernama ami memeluk abbi dengan sayang kemudian mencium kedua pipi abbi bergantian. "Thank's mom" ucap abbi sambil membalas pelukan ibunyaa.

"Tidak ingin memeluk papa heh ?". Seorang pria paruh baya yang notabene adalah ayahnya abbi merentangkan tangannya agar abbi memeluknya.

"Thank's for everything pa". Abbi menyandarkan wajahnya di dada ayahnya. Bagi abbi ayahnya adalah sosok yang sangat diidolakannya.

Selesai dengan acara peluk-pelukan ala keluarga abbi, mereka lalu keluar dari lingkungan kampus. Abbi celingak-celinguk mencari sosok dimas ditengah kerumunan orang banyak. Sesekali dia mencoba untuk menelpon dimas. Namun tidak ada jawaban sama sekali. "Aaah bagaimana mungkin kak dimas bisa lupa kalau hari ini aku wisuda" abbi berbicara sendiri didalam hati. Sejujurnya dia mulai merasa kesal. Dia sangat berharap dimas datang dihari bahagianya, dia juga ingin mengenalkan dimas kepada keluarganya.

Tapi sepertinya dia harus mengurungkan niatnya itu sekarang. Dia memilih untuk positif thingking saja. Mungkin kak dimas lagi sibuk.

-----------------------------

Abbi sedang tidur-tiduran dikamar kosnya. Orang tuanya sudah pulang sejak sore tadi. Sebenarnya abbi ingin ikut dengan orang tuanya, namun sayangnya besok masih ada sedikit urusan yang akan diseleseikannya dikampus. Jadi dia memutuskan untuk pulang setelah semua urusannya kelar. Urusan kerja, difikirin nanti aja. Dia rindu suasana dirumah.

Berbicara tentang dimas, abbi belum bertemu dengan pria itu. Untungnya dimas mengiriminya pesan yang berisikan ucapan selamat serta permintaan maaf karena tidak bisa datang dihari bahagianya. Dimas punya pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkannya.

Abbi juga tidak mempermasalahkannya. Dia tau pasti bagaimana sibuknya dimas. Jadi dia tidak mau menjadi kekasih yang egois.

Nada dering ponsel abbi berbunyi menandakan ada panggilan masuk. Nama Dini tertera dilayar ponselnya. Tanpa menunggu lama pun dia langsung menggeser tanda terima telepon kekanan.

"Halo din". Sapa abbi.

"Lo dimana bi ?".

"Gue dikosan. Lo cepet pulang dong. Lama banget kencannya."

"Hemm. Mending lo cepetan kesini deh". Dini terdengar hati-hati berbicara.

"Kemana ? Kenapa memang ?". Abbi mengerutkan dahinya. Tidak mengerti dengan apa yang dikatakan Dini.

"Restoran Seafood favorit kita."

"Gak aah. Gue lagi males keluar Din."

Dini terdengar menghela napas berat sebelum berbicara. "Gue ngeliat kak Dimas lagi sama cewek cantik disini. Mending lo cepetan kesini SEKARANG." Dini menekankan kata sekarang.

"WHAT ? SERIUS LO ?" Abbi yang dari tadi cuma tidur-tiduran dikasur empuk kesayangannya sontak langsung duduk.

"Astaga, lo fikir gue bakal becandaain hal seserius ini ?" Dini mulai terdengar kesal diseberang sana.

"Ok.ok. gue langsung kesana. Tungguin gue ya."

"Ok bye"

Dini memutus panggilannya.

Setelah panggilan terputus Abbi langsung mengganti bajunya dengan kilat. Walaupun dirinya sedang dilanda emosi dia masih sangat mementingkan penampilan, yaah walaupun tidak begitu wah sih. Dia hanya mengenakan kaos lengan pendek warna putih dengan rok model mengembang yang jatuh tepat diatas lututnya.

Untuk wajah dia hanya memoleskan bedak tipis dan lipbalm untuk bibirnya.

Merasa penampilannya sudah tidak sekusut tadi, Abbi pun lalu bergegas untuk menemui Dini direstoran Seafood favorit mereka.

Selama diperjalanan, Abbi mencoba menghubungi Dimas. Namun hasilnya nihil. Dimas tidak menjawab semua panggilannya. Abbi jadi semakin yakin apa yang dibilang Dini itu benar.

"Sial. Awas saja kalau kak Dimas mengkhianatiku". Gerutunya.

Abbi baru saja turun dari taxi yang tadi membawanya. Sekarang dia sudah siap untuk masuk ke restoran tersebut.

"Ya ampun, gue deg deg an banget. Kalau kak dimas bener selingkuh gimana". Abbi berbicara sendiri.

Akhirnya dia pun melangkahkan kakinya menuju pintu masuk restoran. Dia mengedarkan pandangannya untuk mencari Dini, saat sedang bingung mencari terlihat seseorang melambaikan tangan ke arahnya dan yap, orang itu adalah Dini. Langsung saja Abbi menghampiri Dini.

"Mana kak Dimas ?" Tanya Abbi.

"Mending lo duduk dulu". Jawab Dini yang melihat ketegangan diwajah Abbi.

Abbi pun mengikuti perkataan Dini. Dia duduk dikursi didepan Dini, dia juga mengedarkan pandangannya untuk mencari sosok Dimas. Entah penglihatannya yang mulai bermasalah atau memang Dimas tidak ada disana. Abbi sama sekali tidak bisa menemukan keberadaan Dimas di restoran tersebut.

"Dia udah pergi, kira-kira 5 menit yang lalu". Ucap Dini sambil melihat jam di pergelangan tangannya.

"Yaaah telat dong gue". Abbi menjatuhkan kepalanya dimeja. "Eh btw lo yakin itu kak Dimas ?". Dia mendongakkan kembali kepalanya.

"Sangat yakin !. Gue punya fotonya. Bentar". Dini mengeluarkan ponselnya. Kemudian dia melihatkan foto seorang pria yang walaupun cuma terlihat dari samping masih bisa dilihat dengan jelas kalau pria itu adalah Dimas. Difoto itu Dimas terlihat bersama dengan seorang wanita yang berpenampilan lumayan sexy. Sayangnya dia membelakangi kamera. Jadi Abbi sama sekali tidak bisa melihat wajah wanita itu.

"Kak Dimas sama siapa siih. Mana gue telponin gak diangkat sama sekali. Masa iya kak Dimas nyelingkuhin gue". Wajah Abbi seketika menjadi sendu. Entah kenapa dia sulit untuk berfikiran positif sekarang ini. Dan entah sejak kapan matanya mulai berkaca-kaca.

"Lo jangan sedih gitu dong. Kan kita gak tau kebenarannya". Dini mencoba menenangkan Abbi. Namun bukannya tenang Abbi malah mulai menangis.

"Bii, lo jangan nangis disini dong. Banyak orang tau". Ucap Dini lagi.

"Sejak kapan nangis mesti lihat tempat dulu". Abbi memberengut dikursinya.

Dini pun akhirnya membiarkan Abbi menumpahkan apa yang dirasakannya sekarang. Sementara Mario juga tidak mampu berbicara. Dia juga membiarkan Abbi menumpahkan kekesalannya.

Tiba-tiba saja seluruh lampu direstoran itu mati.

"Gue baru tau direstoran gini lampunya bisa mati". Gerutu Abbi.

Merasa omongannya tidak digubris, Abbi meraba-raba untuk mengecek keberadaan Dini dan Mario.

"Diin, yoo, kalian masih disini kan ?". Abbi mulai merasa panik. Ditambah lagi tidak ada satupun yang menjawab panggilannya.

"Jangan becanda dong. Gue mulai sesak nii". Ucap Abbi lagi. Dia mengambil ponselnya dan sialnya ponselnya mati.

Abbi yang memang phobia dengan gelap mulai merasa sulit bernafas. Anehnya kenapa tidak terdengar sama sekali suara orang-orang yang complain dengan keadaan itu. Bahkan tidak ada yang mencoba untuk memberi cahaya dari ponsel mereka.

"Oh shit".

"Gue bener-bener benci sama gelap".

Bersambung ~


0 comments:

Post a Comment

 

sikunin Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea