My Lovely son

Oleh NindyKornelia

Sasha pov

Aku lagi memilih pakaian yang akan kukenakan . Entah kenapa aku ingin sekali terlihat beda hari ini. Setelah mengantarkan Bimo kesekolah, aku langsung pulang kerumah untuk bersiap-siap pergi ke toko.

Ngomong-ngomong, perbedaan penampilan yang kuinginkan hari ini tidak ada hubungannya dengan Bima, pria yang telah memberiku putra yang tampan dan juga cerdas. Sayangnya dia terlalu pengecut dan tidak bertanggung jawab. Menurutku.

Hari ini dia akan mengambil pesanan kue buat ulang tahun mamanya. Sejujurnya aku malas untuk bertemu dengannya lagi. Namun apa boleh buat, takdir ternyata menginginkanku untuk bertemu kembali dengannya. Kuharap takdir tidak mempermainkan hidupku lagi. Seperti dulu.

Bertemu dengannya lagi, seolah membuka luka lama yang telah dengan susah payah kututup rapat-rapat.

Aku belum bercerita bagaimana aku dengan Bima bertemu dulu bukan ?

Baiklah, akan kuceritakan.

Dulu, aku sering menghabiskan malam-malamku di club bersama teman-temanku. Tapi aku tidak pernah melakukan hal yang aneh-aneh. Paling parah cuma minum doang. Itupun cuma sedikit, karena perutku pasti akan langsung bereaksi setelah meminum minuman beralkohol.

Suatu malam, aku tidak sengaja bertemu dengan Bima. Teman Bima adalah temannya salah satu temanku, jadi kami memutuskan untuk ngobrol bersama malam itu. Kami membicarakan banyak hal seperti teman lama yang sudah lama tidak bertemu. Tidak ada kecanggungan sama sekali.

Hingga paginya, aku terbangun dengan keadaan tanpa sehelai benang pun ditubuhku. Ditambah lagi aku merasakan tangan seorang pria melingkar diperutku.

Dengan perasaan was-was aku menoleh kearah samping agar bisa melihat siapa pria yang memelukku dari samping dengan posisi seintim ini.

Entah kenapa, semua ketakutanku hilang saat melihat wajah pria itu. Pria itu adalah Bima, orang yang baru saja kutemui tadi malam.

Gila. Aku sudah gila karena telah memberikan sesuatu yang paling berharga dalam diriku. Tapi aku benar-benar tidak ingat. Mungkin ini efek minuman itu.

Tadinya aku berfikir kalau aku tidak akan hamil. Namun ternyata Tuhan menitipkan malaikat kecil diperutku.

Aaah sudahlah. Aku tidak sanggup lagi untuk melanjutkannya.

Setelah selesai bersiap-siap. Aku memutuskan untuk berangkat ke toko.

Aku melajukan mobilku dengan kecepatan sedang. Lagian kondisi jalanan yang sedikit padat tidak memungkinkan untuk melajukan mobil dengan kecepatan tinggi.

BRAKK ! Tiba-tiba saja ada yang menabrak mobilku dari arah belakang. Aku menepikan mobil kemudian keluar untuk mengeceknya.

"Maaf, aku tidak sengaja. Aku akan bertanggung jawab untuk memperbaikinya." Aku mendengar seseorang berbicara disampingku.

Aku menoleh kearahnya. Tampan. Itulah kesan pertama saat aku melihat wajahnya.

"Sekali lagi aku minta maaf." Dari raut wajahnya aku tau kalau dia benar-benar tidak sengaja.

"Eeh tidak apa-apa. Biarkan saja. Nanti akan kuperbaiki sendiri." Aku melihat kembali kemobilku. Tidak parah sih, hanya saja goresannya sangat terlihat.

"Aku tetap akan bertanggung jawab." Tegasnya.

"Ini kartu namaku." Dia memberikan kartu nama kepadaku. "Hubungi aku saat kamu ingin memperbaikinya, atau kalau tidak berikan saja tagihan perbaikannya kekantorku." Ucapnya lagi.

"Baiklah. Terserah saja."

"Ah iya. Boleh aku tau nama kamu ? Aku Dava." Dia mengulurkan tangannya.

"Sasha." Aku menjabat tangannya.

"Senang bertemu denganmu. Aku harus pergi sekarang. Sampai ketemu lagi." Dia lalu meninggalkanku.

Aku kemudian melanjutkan perjalanan menuju toko. Semoga tidak ada hal buruk lagi yang terjadi hari ini.

---------------------------

Bima pov

"Kak cepetaaan dong. Nanti aku telat !" Renata, satu-satunya adik yang kupunya tidak henti-hentinya memaksaku untuk cepat menghabiskan sarapanku.

"Renaa, kakak kamu lagi makan jangan diganggu terus dong. Kalau kamu takut telat naik taxi aja gih sana." Tegur mamaku. Renapun mengerucutkan bibirnya. Dasar manja.

Syukurlah sekarang rena tidak memaksaku lagi. Diantara kami berdua memang tidak ada yang berani membantah omongan mama.

"Paa, beliin rena mobil dong. Rena kan udah gede sekarang. Udah bisa nyetir juga." Dia mulai merayu papa.

Papa melipat koran yang dibacanya. "Gede dari mana kalau kerjaan kamu tiap hari merengek sana sini." Ucap papa.

"Papa peliit iih." Rengeknya.

Bukannya papaku tidak mampu untuk membelikannya mobil, aku bahkan mampu membelikannya mobil dengan tabunganku sendiri. Hanya saja aku tidak mau dia mempunyai mobil sendiri. Walaupun aku tau kalau dia pasti akan hati-hati berkendera. Tapi bagaimana dengan orang lain ? Aku tidak mau ada hal buruk yang menimpa adikku.

"Udaah jangan manja. Kamu takut telat kan tadi ? Ayo berangkat." Aku lalu berpamitan kepada kedua orangtuaku disusul oleh rena.

"Kak, nanti sore jadi ngambil kue buat ulang tahun mama ?" Tanyanya setelah kami berada didalam mobil.

"Iyaa."

"Ngirit banget jawabnya." Ucapnya kesal.

"Kak, nanti sore jemput aku dulu yaa. Habis itu baru ngambil kuenya bareng. Yaa...ya...." dia mengedip-ngedipkan matanya.

"Iyaaa." Ucapku tanpa menoleh. Aku masih fokus nyetir.

"Kaaakk...."

Sebelum dia melanjutkan kata-katanya langsung saja kupotong.

"Renaaa, kakak lagi nyetiir." Aku menegurnya.

"Kakak gak asyik ah." Dia pun lalu memainkan ponselnya.

Kalau tidak ditegur gini, dia pasti akan membicarakan banyak hal. Dia benar-benar cerewet.

"Turun gih. Udah nyampe."

"Makasih kakakku sayaang. Jangan lupa jemput aku yaa." Dia mengecup pipiku sekilas. Kalau ada orang-orang yang lihat pasti mereka mengatakan kalau kami adalah sepasang kekasih.

Aku pun melajukan mobilku menuju kantor.

-------------------------

Aku sedang membereskan berkas-berkas yang berserakan diatas meja. Sekarang jam 16.00, dan renata sudah dari setengah jam yang lalu menerorku dengan puluhan telepon untuk segera menjemputnya. Setelah itu baru kami akan mengambil pesenan kue buat ulang tahun mama. Dan itu berarti aku harus bertemu kembali dengan sasha, seseorang yang telah kusakiti hatinya.

Sejak bertemu kembali dengannya, tidak ada waktu yang terlewatkan untuk tidak mengingatnya.

Aku benar-benar menyesal pernah menyakitinya dulu.

Dulu, aku mengira kalau dia sedang becanda saat mengatakan sedang mengandung anakku. Apalagi mengingat bahwa kami hanya melakukannya sekali.

Ditambah lagi sebelumnya banyak wanita matre yang pernah kutiduri mengaku tengah mengandung anakku. Padahal jelas sekali kalau aku melakukannya menggunakan pengaman bersama mereka. Cih, aku benar-benar tidak habis fikir dengan kelakuan mereka.

Setelah mengaku kalau dia tengah mengandung anakku, aku tidak pernah bertemu dengannya lagi. Aku pun tidak berusaha untuk mencarinya.

Namun, pertemuan tidak terdugaku dengan temannya di club membuatku benar-benar menyesal.

Aku baru tau kalau ternyata dia benar-benar sedang hamil. Aku yakin sekali kalau itu memang anakku, karena hanya akulah yang melakukan itu dengannya. Mengingat karena dia masih virgin saat itu.

Dan fakta lainnya membuatku untuk segera mencarinya.

Kalian tau apa fakta itu ?

Dia kehilangan kedua orangtuanya dalam sebuah kecelakaan tragis.

Besoknya aku langsung mencarinya, namun hasilnya nihil. Aku tidak bisa menemukannya.

Sekarang, aku senang bisa kembali bertemu dengannya. Walaupun aku tau dia membenciku. Setidaknya aku masih punya kesempatan untuk mendapatkan maaf darinya.

Andai saja dia tidak menggugurkan anak itu.

Iya. Andai saja.

Aku berhenti di dekat parkiran kampus renata. Aku yakin dia akan ngomel-ngomel karena aku telat menjemputnya.

"Kakak lama banget siih." Tuh kan, dia langsung ngomel saat masuk kemobil.

"Kamu fikir kakak pengangguran yang bisa jemput kamu jam berapapun kamu mau ?"

"Kok malah kakak yang marah siih."

"Kakak gak marah renn. Kamu tuh yang ngambek muluu."

"Gak ngambek kok. Weeek !" Dia menjulurkan lidahnya.

"Udah aah. Kakak mau fokus nyetir."
"Nyetir aja difokusin. Harusnya yang kakak fokusin itu cari menantu buat mama."

"Renataaaaaaaa."

"Iya.iyaa. aku diem." Dia lalu memainkan ponselnya.

Tidak membutuhkan waktu lama, kami akhirnya sampai di sebuah toko kue yang bernama cake with love , nama yang cantik secantik pemiliknya. Menurutku.

Aku turun dari mobil diikuti oleh renata. Renata lalu memegang lenganku. Kami berjalan beriringan menuju pintu masuk toko.

Baru saja memasuki toko aku sudah disuguhkan oleh pemandangan yang membuatku terpesona.

Disana terlihat seorang wanita cantik menggunakan dress berwarna biru muda tanpa lengan yang jatuh tepat diatas lututnya. Rambut panjangnya disanggul asal meninggalkan anak-anak rambut di sekitarnya.

Dia cantik. Sangat cantik didalam penglihatanku. Dan dia adalah sasha. Wanita yang kini mulai menarik perhatianku.

Seolah merasa diperhatikan, dia menoleh kearahku. Raut wajah terkejut sekilas terlihat diwajahnya. Namun setelah itu raut wajahnya biasa saja.

"Ada yang bisa dibantu ?" Tanyanya setelah kami berada tepat didepan etalase-etalase yang penuh dengan kue berbagai warna dan rasa.

Dia bersikap profesional sekali. Seolah diantara kami tidak pernah terjadi apa-apa. Dan itu sedikit membuatku kesal.

"Ah iya, aku mau ambil pesanan atas nama Bima." Ucapku sedatar mungkin.

"Tunggu sebentar." Dia lalu megambil kue yang sudah dimasukkan kedalam kotak yang cantik. Kemudian memberikannya kepadaku. Aku lalu membayar pesananku.

"Terima kasih." Dia tersenyum. Namun aku tau itu hanyalah senyum formalitas saja.

"Sama-sama." Ucapku.

Aku lalu membalikkan badan dan berjalan menuju pintu. Renata masih setia bergelayut dilenganku.

"Bundaaaaaaaaaaa." Seorang anak kecil berlari-lari sambil memanggil ibunya. Entah kenapa mataku terpaku melihatnya.

Dia melewatiku begitu saja dan aku sontak melihatnya.

"Jangan larii biim. Nanti jatuh."

Aku melihat sasha memperingatkannya. Anak itu tertawa lalu mengeluarkan sesuatu dari kantong kresek yang dibawanya.

"Bukain dong bun." Ucapnya.

Wait.

Dia bilang apa ?

Bunda ?

Jadi dia anak sasha ?

"Kak, kok malah bengong siih." Renata menarik tanganku.

Aku masih melihat sasha bersama anak kecil yang usianya mungkin sekitar 5 tahun.

Sasha menoleh kearahku, ekspresinya terlihat sangat terkejut karena menyadari aku masih disini.

Aku menatapnya dengan tajam. Seolah meminta penjelasan tentang anak itu.

Dia lalu berbicara dengan anak itu. Anak itu masuk kedalam ruangan. Kemudian sasha melangkah kearahku.

"Jangan sekarang. Aku mohon." Ucapnya.

"Jadi kamu bohong ?" Aku masih meanatapnya dengan tajam.

Aku sangat kesal karena dia membohongiku. Aku yakin anak itu adalah anakku. Dia sangat mirip denganku.

Dia menghela napasnya. "Besok aku akan menemuimu di restoran seafood di dekat sini saat jam makan siang." Dia melirik renata yang terlihat sangat bingung. "Sekarang pergilah." Ucapnya.

Kemudian dia masuk kedalam ruangan dimana anak itu berada.

"Kakak mengenalnya ?" Renata mengerutkan dahinya.

"Ayo pulang." Ucapku datar.

Aku tidak menjawab pertanyaan renata. Aku tidak tau harus mengatakan apa. Mengetahui bahwa ternyata sasha tidak menggugurkan anak itu membuatku sangat senang namun juga sangat kesal. Bagaimana bisa dia membohongi hal sepenting ini.

Aku tau aku brengsek. Tapi dia tetap anakku bukan ?

Renata sepertinya mengerti aku tidak ingin membicarakan apapun. Dia pun memilih diam dan mengikutiku untuk pergi dari sana.

Bersambung ~


0 comments:

Post a Comment

 

sikunin Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea