I Love you, not him

Oleh NindyKornelia 0 comments

Sudah sebulan abbi tidak bisa menemui dimas sejak kejadian itu. Dimas membuktikan ucapannya tentang berhenti untuk mengejar abbi. Dia selalu menghindar setiap kali abbi mencoba menemuinya. Jangankan untuk berbicara, menatap abbi pun dimas seolah enggan untuk melakukannya.

Abbi pernah beberapa kali mencoba menemui dimas dikantornya. Namun sekretarisnya selalu bilang kalau dimas sedang sibuk dan tidak bisa diganggu. Abbi bahkan pernah menunggu sampai sore dikantor dimas berharap pria itu mau menemuinya. Namun dimas tak kunjung menampakkan batang hidungnya.

Sejak dimas menjauhinya, abbi berubah menjadi sosok yang pendiam, sering melamun, bahkan dia menjadi lebih cengeng dari biasanya. Hampir tiap malam sebelum tidur dihabiskannya untuk menangis.

Tidurnya pun tidak pernah nyenyak. Abbi juga tidak pernah lagi tidur cepat. Dia terlalu merindukan dimas sampai tidak tau harus bagaimana lagi.

Beruntungnya disaat hatinya sedang hancur abbi masih fokus dalam menyelesaikan skripsinya. Sekarang dia tinggal menunggu jadwal sidangnya saja. Dia sangat berharap saat sidang nanti dimas akan menjadi orang yang spesial untuk menyemangatinya.

Sekarang sudah lewat tengah malam, namun abbi masih duduk berdiam diri dibalkon kamarnya. Dia menengadahkan kepalanya melihat kearah bintang-bintang yang berkerlap-kerlip.

Lagi-lagi setetes demi setetes bulir air mata jatuh membasahi pipinya. Dia sangat merindukan dimas. Jika waktu bisa diulang, dia memilih untuk tidak akan pernah mau bertemu tama.

Berbicara soal tama, sejak kejadian itu pula dia tidak pernah lagi menghubungi abbi. Dia seperti menghilang ditelan bumi sama seperti dia meninggalkan abbi tanpa penjelasan.

Abbi menghidupkan musik diponselnya. Sepenggal lirik lagunya avril lavigne yang berjudul when you're gone seperti gambaran tentang dirinya saat ini.

When you're gone

The pieces of my heart are missing you

When you're gone

The face I came to know is missing too

When you're gone

The words I need to hear to always get me through the day

And make it OK

I miss you

( Avril Lavigne - When you're gone )

•••••••••••••••••••••••••••••••

Suara hingar bingar musik terdengar sangat kencang didalam ruangan club yang sedang dikunjungi dimas. Selama sebulan ini hampir tiap malam dia menghabiskan malam disini ditemani dengan minuman-minuman yang mampu membuatnya hilang akal.

Dia seolah kembali kemasa lalunya, dimana tiada hari tanpa minuman keras. Namun bedanya sekarang dia tidak tertarik sama sekali kepada wanita-wanita yang menggodanya.

Dihatinya sekarang ini cuma ada satu nama yaitu abbi. Dia sungguh merindukan gadis itu hingga tidak tau lagi harus melakukan apa supaya bisa bersamanya.

Dia menuruti egonya untuk mengabaikan gadis itu ketika mencoba menemuinya. Sejujurnya berat sekali untuk tidak memeluk gadis itu. Apalagi melihat betapa rapuhnya dia.

"Sampai kapan lo mau kek gini ?". Reno menatap tajam kearah dimas yang sedang menikmati minumannya.

"Entahlaah, kalau lo ga mau nemenin gue mending lo pulang". Dimas berkata dengan datar.

"Dia kacau. Sama kayak lo".

"Dia siapa ?". Tanya dimas datar.

"Lo tau persis siapa yang sedang kita bicarakan. Berhentilah mengikuti ego lo. Lo bahkan ga ngasih dia kesempatan buat ngejelasin semuanya". Reno menjawab dengan sinis berharap sahabatnya itu mau membuang sedikit egonya.

"Jadi lo fikir gue ga kacau ? Penjelasan apa lagi yang harus gue denger sementara gue melihat dengan mata kepala gue sendiri saat dia membela si brengsek itu. Dia bahkan melindunginya. Ciih. Romantis sekali". Dimas menatap tajam reno sambil tersenyum sinis.

"Susah memang ngomong sama lo. Terserah lo sekarang. Gue harap lo ga menyesal jika suatu saat nanti dia berhenti untuk mencari pengecut kayak lo". Reno benar-benar kesal melihat kelakuan dimas yang kekanak-kanakan. Bukannya menyelesaikan masalah malah lari dari masalah.

"Gue bukan pengecut".

"Trus apa namanya ? Banci ?".

"Brengsek lo. Gue pulang sekarang". Dimas meninggalkan reno begitu saja di club tersebut. Dia merasa omongan sahabatnya itu ada benarnya juga. Dia terlihat seperti seorang pengecut sekarang.

Dia hanya terlalu takut untuk bertemu abbi. Dia takut jika nanti yang didengarnya malah akan semakin membuat hatinya hancur. Memikirkannya saja sudah membuat hatinya nyeri.

•••••••••••••••••••••••••••••••

Abbi baru saja memasuki kafenya mona. Dia sudah janji dengan dini untuk makan siang disana. Saat ingin menyapa kedua orang yang disayanginya itu langkahnya terhenti saat mendengar obrolan mereka.

"Jadi kak dimas akan ke london ?". Dini memainkan sedotan digelas minumannya.

"Reno bilang sih gitu. Dia terlihat sangat kacau. Entah apa yang ada difikirannya. Kakak selalu berharap dia sama abbi menjalin hubungan. Namun nyatanya sekarang mereka malah saling menjauh". Mona berbicara dengan sendunya.

"Yaaaaah. Kasian mereka. Abbi juga terlihat sangat pendiam sekarang. Dulu saat tama meninggalkannya dia bahkan tidak sehancur ini".

Mona dan dini tidak mengetahui jika abbi mendengar semua pembicaraan mereka. Abbi terlihat sangat kaget mendengar dimas akan pergi ke london.

Tanpa bisa dibendung lagi air matanya jatuh begitu saja. Dia merasakan sesak didadanya. Dia tidak bisa membayangkan gimana kehidupannya tanpa dimas. Dia memutuskan untuk menemui dimas dikantornya. Apapun yang terjadi dia harus mengungkapkan perasaannya sekarang. Dia tidak mau menyesal jika suatu saat nanti dimas benar-benar meninggalkannya.

Abbi baru saja turun dari taxi. Dia langsung berlari menuju lift untuk sampai ke ruangan dimana dimas berada. Dia mengabaikan pandangan orang-orang yang melihatnya berlari dengan berurai air mata.

"Maaf mbak, kak dimasnya adaa ?". Abbi bertanya dengan nafas yang terengah-engah. Sekretaris dimas kaget dengan kedatangan abbi yang tiba-tiba. Apalagi kondisi abbi terlihat sangat kacau.

"Pak dimas ada didalam. Diaa sedaaanng...".

Saat mendengar dimas ada diruangannya, abbi langsung saja berlari dan masuk tanpa permisi dan tanpa mendengarkan kata-kata sekretaris dimas selanjutnya.

BRAAKKK.

"Abbi". Dimas kaget saat pintu ruangannya terbuka dengan kasar dan melihat abbi dengan keadaan yang sangat kacau. Mata bengkak, air mata masih mengalir dipipinya, hidungnya pun masih memerah pertanda dia sedang menangis.

"KAK DIMAS". abbi berlari untuk memeluk dimas. Dimas yang kaget dengan kedatangan abbi sontak berdiri dan membiarkan abbi memeluknya dengan sangat erat.

"Maafin aku. Aku benar-benar minta maaf. Hikkss..hiikkss.. Aku mohon jangan pergi. Aku gaa bisa tanpa kak dimas. Aku sayang sama kak dimas. Kakak salah paham waktu itu. Hikss..hikss."  abbi memeluk dimas sangaat erat. Dia berbicara sambil menangis sesegukan.

Dimas yang mendengar apa yang dibicarakan abbi pun sontak tersenyum. Dia mulai membalas pelukan abbi dan mengelus punggung abbi untuk menenangkannya.

Hatinya sakit melihat abbi yang seperti ini. Dia lebih menyukai abbi yang ceria. Bukan abbi yang rapuh.

"Heii, tenanglaah. Jangan menangiss". Dimas berbicara dengan lembut.

"Gimana aku bisa tenang kalau kak dimas masih marah sama aku. Hikk.hikks". Abbi masih saja menangis dan memeluk dimas seolah jika dia melepaskan pelukan itu maka dimas akan menghilang.

"Kakak ga marah sama kamu. Berhentilah menangis". Dimas masih setia mengelus punggung abbi dengan sayang. Dia bahkan mengecup puncak kepala abbi agar gadis itu berhenti menangis.

"Benarkah ?". Abbi mendongakan wajahnya agar bisa melihat dimas.

"Tentu saja. Memangnya kakak pernah berbohong sama kamu ?". Dimas memberikan senyum lebarnya.

"Ya, kakak ga pernah bohong sama aku. Justru aku yang udah bohong sama kakak waktu itu". Abbi menundukkan wajahnya dengan sendu. Apa yang dikatakan dimas mengingatkan dia tentang kebohongannya waktu itu. Dia jadi semakin merasa bersalah.

Dimas mengangkat dagu abbi agar gadis itu melihatnya kembali. Dia lalu menghapus air mata abbi yang masih tersisa dipipi abbi. "Maaf, kakak ga bermaksud begitu. Jangan menangis lagi. Kamu terlihat sangat jelek saat menangis". Dimas mencoba mencairkan suasana dengan mengajak abbi bercanda.

"Iiiiih nyebeliiin aaah". Abbi memukul-mukul pelan dada dimas. Dimas sontak tertawa melihat ekspresi abbi saat ini. Abbi mengerucutkan bibirnya yang terlihat sangat menggemaskan oleh dimas.

"Ehm. Maaf sebelumnya pak. Rapat kita mau dilanjutkan atau ditunda saja". Ucap salah satu karyawan dimas. Ternyata diruangan itu sedang ada beberapa orang karyawan dimas. Sepertinya mereka sedang mengadakan rapat. Mereka bahkan melihat apa yang terjadi dengan atasannya tersebut. Seperti sedang menonton live saja.

"Astaga, jadi kakak sedang rapat ?". Abbi sontak menjauhkan dirinya dari dimas. Pasalnya tadi mereka berdiri dengan jarak yang sangat dekat. Kedua bola matanya melotot saat bertanya kepada dimas.

"Ya begitulah". Ucap dimas tersenyum lebar. Rasanya dia ingin tertawa ngakak mengingat bagaimana abbi memeluknya dengan sangat erat yang ternyata disaksikan beberapa karyawannya.

"Ya ampun, aku malu sekali sekarang". Abbi menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Dia pun lalu beranjak pergi dari sana.

"Heii jangan pulang dulu. Tunggu kakak disana". Ucap dimas sambil menahan tawanya.

"BAIKLAH".


Bersambung ~


I Love you, not him

Oleh NindyKornelia 0 comments

"JADI TAMA SUDAH BERTUNANGAN?". Dini tanpa sadar berteriak dengan cukup kencang. Abbi sontak langsung menutup mulut abbi dengan tangannya. Dia melihat kesekeliling mereka dengan tersenyum canggung dan meminta maaf.

Mereka lagi berada di kafenya mona. Abbi dan dini baru saja menemui pembimbing mereka dikampus, dan sekarang seperti biasa mereka akan menghabiskan waktu disini sambil makan siang sekaligus bergosip dengan mona.

Mona pun ikut meminta maaf kepada pelanggan yang lain atas ketidaknyamanannya. Dini yang menjadi tersangka pun hanya bisa memberikan cengiran lebarnya kepada abbi dan mona.

"Lo mau bikin kak mona bangkrut ya". Sewot abbi.

"Ribet ah lo, kak mona aja gak papa tuh" dini menjulurkan lidahnya ke arah abbi.

"Ya ampun, kalian ni kalo udah ketemu berantem mulu ya. Jadi gimana kelanjutan cerita tentang tama ?". Mona yang tidak sabar dengan apa yang terjadi dengan tama pun langsung mennengahi pertengkaran kecil dini dan abbi.

Abbi menjelaskan apa yang dialaminya hari itu, hari dimana dia menyaksikan tama bertunangan dengan seorang gadis cantik.

Dini dan mona mendengarkan cerita abbi dengan serius. Sesekali dini melemparkan pertanyaan seputar malam itu kepada abbi.

"Brengsek juga ternyata si tama" umpat dini setelah abbi menyelesaikan ceritanya. Dia memang akan selalu menjadi orang yang sangat pemarah saat abbi disakiti oleh siapapun.

"Yaa begitulah, setidaknya gue tau kalo dia sama aja kayak edo. Pengecut dan brengsek". Abbi meminum orange jus kesukaannya.

"Ambil hikmahnya aja sayang, kamu akan mendapatkan yang terbaik nantinya". Mona menasehati abbi dengan lembut. Benar-benar seperti perlakuan seorang kakak kepada adiknya. Mereka bertiga akhirnya memutuskan untuk mengganti topik pembicaraan untuk menghabiskan waktu disana.

••••••••••••••••••••••••

Abbi baru saja menyelesaikan revisi skripsinya. Dia berharap besok semua pembimbingnya akan meng acc skripsinya tersebut sehingga dia bisa mendaftarkan diri untuk mengikuti sidang. Dia benar-benar ingin segera lulus.

Dia mematikan laptopnya, membereskan berkas-berkas yang penting kemudian masuk kekamar mandi untuk melakukan ritual sebelum tidurnya yaitu menggosok gigi serta mencuci wajahnya.

Abbi memiliki kulit wajah yang sangat sensitif. Sehari saja dia melewatkan untuk mencuci wajahnya sebelum tidur, maka bisa dipastikan besokannya akan ada jerawat yang tumbuh di wajahnya.

Selesai melakukan ritual sebelum tidurnya, abbi mengecek ponselnya seperti biasa. Dia hanya ingin melihat ada pemberitahuan yang masuk atau tidak. Pasalnya sejak tadi ponselnya itu hanya dibiarkan dalam mode silent.

Saat membuka ponselnya abbi melihat ada satu sms yang masuk. Dia pun lalu membukanya.

From : 081363******

Kita perlu bicara. Aku tunggu kamu besok malam ditempat biasa. Aku harap kamu dateng.

I miss you mbem :(

Abbi mengerutkan dahinya, walaupun no sipengirim tidak terdaftar diponselnya tapi dia sangat tau siapa yang mengirim pesan tersebut.

Siapa lagi kalau bukan tama, selama ini hanya tama yang memanggilnya dengan panggilan mbem. Dulu saat mereka baru berkenalan, abbi memang terlihat sangat chubby. Makanya tama memanggilnya dengan panggilan tembem.

Abbi masih menimbang-nimbang untuk membalas pesan tersebut atau tidak. Logikanya menolak untuk membalas pesan itu dan mengabaikan ajakan tama untuk bertemu. Namun hati kecilnya menyuruh dia membalas dan menerima ajakan untuk bertemu tersebut.

Akhirnya hati nuraninya lah yang menang. Lagian dia juga ingin tau apa yang ingin dibicarakan tama dengannya. Walaupun dia tau resiko apa yang akan didapatkannya dengan pertemuan itu.

To : 081363******

Aku akan datang.

Send

"Huft" abbi menghela nafas berat setelah membalas pesan tama. Sepertinya dia harus menyiapkan mental dan hatinya untuk bertemu tama besok. Apapun yang akan disampaikan tama, dia tidak boleh tergoda lagi dengannya. Cerita cinta antara dia dan tama sudah berakhir. Ya, dia harus menekankan kata sudah berakhir pada dirinya sendiri.

Drrrtt. Drrttt.

Ponsel abbi bergetar lagi menandakan ada pesan masuk. Abbi pun langsung membukanya dan sontak tersenyum saat melihat nama sipengirim.

From : Kak dimas

Sudah tidur ? Besok malam dinner bareng yuk ? :)

Abbi bingung harus bagaimana, dia baru saja menerima ajakan tama untuk bertemu. Tapi bagaimana caranya menolak kak dimas. Ya ampun, dia jadi sedikit menyesal telah menerima ajakan tama. Karena sejujurnya dia lebih senang jika bertemu kak dimas.

To : Kak dimas

Maaf kak :( besok aku ga bisa. Besok malam aku ada janji sama dini ke acara ulang tahunnya temen kampus.

Send.

Drrtt....ddrrtt.

From : Kak dimas

It's okay little girl. Kita dinner lusa aja. Sekarang tidurlah. Sudah malam. Good night little girl :*

To : Kak dimas

Good night kak dimas :)

Send.

Abbi mematikan ponselnya dan bersiap untuk tidur. Dia terpaksa berbohong kepada dimas. Entahlah, dia hanya merasa kak dimas gak boleh tau kalau tama menghubunginya.

•••••••••••••••••••••••••••••

Abbi sedang bersiap-siap untuk menemui tama. Dia hanya memakai kaos lengan panjang warna biru dengan gambar teddy bear didepannya, celana jeans warna hitam dan flatshoes warna biru dengan pita kecil diatasnya.

"Ini akan menjadi malam yang berat. Semangat". Batin abbi.

Dia menghela nafas berat berkali-lali untuk menyiapkan hatinya.

Tidak butuh waktu lama, abbi sudah sampai disebuah restoran seafood. Ya, restoran seafood ini adalah tempat yang sering mereka kunjungi dulu saat masih berpacaran. Abbi dan tama sama-sama menyukai seafood.

Abbi mengedarkan pandangannya untuk mencari tama. Dia melihat tama melambaikan tangan padanya. Dia pun menghampiri tama.

"Maaf terlambat". Ucap abbi dengan senyum titpisnya.

"Ga papa, aku seneng kamu mau dateng. Duduklaah". Tama menarikkan kursi untuk abbi agar abbi bisa duduk disana. Abbi pun menurut saja. Dia tidak mau memusingkan hal-hal kecil sekarang.

"Selamat atas pertunangan kamu. Jadi apa yang ingin kamu bicarakan". Abbi berbicara dengan to the point.

"Kamu selalu ingin langsung ke topik seperti biasanya. Bisakah kita makan dulu ?". Tama nampak seperti mengulur-ngulur waktu agar bisa lebih lama bersama abbi.

"Aku tidak lapar, jika kamu tidak bicara sekarang. Lebih baik aku pergi". Abbi terlihat tidak tertarik dengan ajakan tama untuk makan. Dia ingin cepat-cepat pergi dari sana.

"Baiklah, aku akan langsung ke intinya. Aku mau kita seperti dulu lagi". Ucap tama dengan percaya dirinya. Dia bahkan melupakan statusnya yang sudah bertunangan.

"Lama tidak bertemu ternyata membuat kamu jadi gila ya ?". Abbi mencibir kepada tama.

"Aku serius. Aku masih sayang banget sama kamu mbem". Abbi menatap tama tepat dimatanya seolah mencari tau kebohongan apa lagi yang akan dibuat oleh tama. Namun sayangnya yang dia dapatkan justru kejujuran.

"Sudahlah tama, kita sudah berakhir. Kamu bahkan sudah bertunangan".

"Tapi aku tidak mencintainya, aku terpaksa bertunangan dengannya. Aku minta maaf sudah membuat mu bersedih. Aku terlalu pengecut dengan pergi begitu saja. Aku hanya tidak bisa melihat kamu menangis jika aku mengatakan kebenarannya saat itu". Tama tidak sanggup melihat mata abbi sehingga dia memutuskan untuk melihat kearah bawah. Terlihat sekali bahwa dia sanga terluka selama ini.

"Apa maksudmu ? Ceritakan semuanya". Abbi menuntut penjelasan kepada tama. Hal yang seharusnya dia ketahui sejak dulu. Sejak tama meninggalkannya.

"Namanya cintya, dia adalah anak dari rekan bisnis papa. Saat itu perusahaan papaku mengalami krisis keuangan. Dan papi cintya mau membantu perusahaan kami dengan syarat aku mau dijodohkan dengan anaknya. Aku tidak punya pilihan lain saat itu. Aku menerimanya begitu saja. Aku berfikir jika aku bisa meningkatkan perusahaan, maka aku akan membatalkan perjodohan itu dan mencarimu suatu saat nanti. Aku mohon tunggulah beberapa saat lagi, maka aku akan melamarmu seperti impian kita dulu". Abbi menatap tama dengan sedih. Dia tidak menyangka masih ada aja perjodohan untuk kepentingan bisnis seperti itu. Sejujurnya dia tidak tega melihat keadaan tama sekarang. Walau bagaimanapun dia adalah orang yang pernah sangat dia cintai.

"Maaf, aku ga bisaa :(".

"Kenapa ?" . Tanya tama dengan sendunya.

"Aku mencintai pria lain. Buat aku kisah kita udah berakhir sejak lama dan akan selalu begitu". Abbi akhirnya mengakui kalau dia mencintai pria yang selama ini selalu ada untuknya. Dan pria itu adalah dimas.

"Apa dia yang datang kepesta waktu itu ?". Tanya tama lagi. Abbi pun menganggukkan kepalanya.

"Aku harus pergi, aku harap kamu bahagia bersama cintya. Cobalah untuk menerimanya. Ini yang terbaik". Ucap abbi. Dia tidak mau lagi berada disana. Dia takut akan luluh jika melihat luka dimata tama.

"Boleh aku peluk kamu ? Pleasee ". Tama memohon kepada abbi.

Abbi pun berdiri dan merentangkan tangannya. Tama langsung memeluk abbi dengan sangat erat. Dia seperti sedang menyalurkan kemarahan, kerinduan serta kekecewaan yang dialaminya.

Selang beberapa lama, tama tak juga melepaskan abbi dari pelukannya. Abbi berusaha melepaskan diri. Namun semakin dia berusaha, tama malah semakin mempererat pelukannya. Hingga tanpa disadari seseorang menarik lengan abbi hingga dia tertarik kebelakang daaaaaaaan

BUUUGH.

tama terhuyung kebelakang karena pukulan yang diberikan seseorang.

"Brengsek, beraninya kau memeluknya" dimas memukul tama bertubi-tubi.

Tadinya dimas berniat ke restoran seafood itu untuk bertemu temannya. Namun tanpa disangka dia malah melihat abbi berpelukan dengan tama. Dimas yang melihat hal itu langsung diselimuti cemburu yang luar biasa. Apalagi melihat abbi yang ingin melepaskan diri dari tama. Dimas pun tanpa berfikir langsung kesana untuk menarik abbi dan memukul tama.

"ASTAGA. KAK DIMAS HENTIKAN". abbi mencoba melerai apa yang terjadi didepannya. Entah dapat kekuatan dari mana dia mampu menarik dimas dengan kuat dan tanpa dia sadari dia malah melindungi tama.

"Kamu bahkan ga mau aku kenapa-napa. Akuilah kalau kamu masih mencintaiku bi". Ucap tama kepada abbi.

Dimas yang melihat abbi seperti memeluk tama pun hanya bisa diam membisu. Hatinya terasa nyeri melihat pemandangan itu. Dia merasa kalah sebelum berperang. Dia bahkan belum menyatakan perasaannya. Namun apa yang dilihatnya cukup membuat dia sadar. Kalau abbi tidak akan pernah bisa mencintainya.

"Jadi kamu masih mencintainya ? Bahkan kamu berbohong padaku. Aku akan berhenti untuk mengejarmu". Dimas mengucapkannya dengan datar. Dia pun langsung melangkahkan kaki untuk keluar dari sana. Dia kecewa, sangat kecewa. Dia berfikir kalau abbi pasti mempunyai perasaan yang sama dengannya. Namun apa yang dilihatnya justru malah menjelaskan sebaliknya. Abbi bahkan menolak ajakannya kemaren dan berbohong kepadanya.

"Kak dimas, TUNGGUUUUU. kakak salah paham". Abbi berusaha mengejar dimas namun sayangnya dimas telah pergi dari sana. Bahkan mungkin juga akan pergi dari kehidupannya.

Abbi hanya mampu melihat kepergian dimas. Dia menangis sejadi-jadinya sambil memanggil-manggil nama dimas. Diaa jatuh terduduk di depan restoran tersebut. Dia tidak peduli dengan banyaknya orang-orang yang melihatnya. Yang dia inginkan sekarang hanyalah seorang dimas prasetyo. Pria yang belakangan mengisi hari-harinya.

Abbi bahkan belum mengakui kalau dia juga mncintai dimas. Dia terus saja menangis dan memanggil-manggil nama dimas. Dia hancur untuk kesekian kalinya. Bahkan saat tama meninggalkannya pun dia tidak sehancur ini.

"Sudahlaah, jangan menangisinya". Entah bagaimana caranya tama sudah berjongkok didepan abbi. Dia berusaha untuk menghapus air mata abbi. Namun abbi justru malah menepis tangannya.

"Ini semua salah kamu. Aku bahkan bukan melindungi kamu karena aku masih mncintaimu. Aku hanya tidak mau kak dimas mendapat masalah nantinya. Aku membenci kamu PRATAMA. Pergilah dari kehidupanku, seperti waktu kamu pergi begitu saja dari kehidupanku dulu". abbi menatap tajam kearah tama dan mengatakannya dengan jelas dan tegas.

Dia lalu berdiri dan pergi meninggalkan tama yang masih dengan posisi sebelumnya. Kata-kata abbi membuat tama sadar kalau tidak ada lagi tempat untuknya dihati abbi. Dia telah kalah. Bahkan abbi sekarang sangat membencinya.


Bersambung ~


I Love you, not him

Oleh NindyKornelia 0 comments

Dimas dan abbi sedang menikmati makan malamnya di sebuah restoran yang sangat mewah.  Pasalnya mereka belum sempat mengisi perut mereka saat diacara pertunangan tama. Suasana direstoran tersebut sangat romantis. Banyak sekali pasangan yang terlihat memenuhi meja restoran tersebut. Dimas dan abbi memilih duduk didekat kaca besar yang transparan, sehingga mereka bisa menikmati makan malam sambil menikmati indahnya pemandangan kota dengan lampu yang berkerlap-kerlip dari atas sana.

Abbi terlihat sangat baik-baik saja sejak meninggalkan ballroom hotel yang menjadi tempat berlangsungnya acara pertunangan tama. Dia merasa lega sekarang. Setidaknya dia tau kenapa tama meninggalkannya walaupun dia tidak mengetahui cerita lengkapnya. Lagian dilihat dari ekspresi tama saat itu, sepertinya dia memang tidak berniat untuk menjelaskan apapun.

Abbi sejujurnya ingin sekali menanyakan apa yang terjadi sebenernya kepada tama. Namun diurungkannya saat melihat betapa pengecutnya tama. Tama bahkan tidak menyapanya seolah mereka tidak pernah kenal sebelumnya. Sepertinya hubungan mereka yang selama 3 tahun dijalani tidak berarti apa-apa buat tama. Dan abbi cukup sadar diri sekarang.

Jika ditanya apakah dia sedih ? Mungkin jawabannya ya. Namun sedih yang dirasakan abbi bukanlah sedih karena dia masih mencintai tama tapi lebih kepada sikap pengecut tama. Entah disadari atau tidak, sosok dimas dalam kehidupan abbi sungguh berarti banyak buatnya. Perlahan tapi pasti dimas mulai memiliki tempat sendiri dihatinya. Namun abbi berniat untuk menyimpannya sendiri. Dia ingin menikmati saat-saat seperti ini dulu.

"Kamu baik-baik saja ?". Tanya dimas setelah mereka berdua menyelesaikan makan malamnya.

"Sangat kak, aku gak pernah merasa lebih baik dari ini. Seolah semua beban yang ada dipundakku lenyap semua". Abbi menjawab sambil tersenyum lebar.

"Baguslah kalau begitu. Kamu ga pantes sedih karena laki-laki brengsek seperti dia. Kamu harusnya bahagia sekarang. Aaah ya, sekarang udah hampir jam 12. Kamu ga mungkin kan balik kekosan jam segini. Gimana kalo kamu nginep dirumah kakak aja. Mami pasti seneng ketemu kamu". Ucap dimas sambil melihat jam tangan yang melingkar ditangannya. Hari memang sudah hampir tengah malam. Sementara kos abbi sudah dikunci sejak jam 22.00 karena memang itulah peraturannya.

Selama ini tidak ada yang pernah berani melanggar peraturan dikosnya. Jika ada yang masih diluar melebihi batas waktu yang ditentukan, maka bersiap-siaplah untuk mencari tempat menginap. Karena akan dipastikan pintu gerbang kos itu tidak akan terbuka.

Abbi nampak sedang memikirkan ucapan dimas. Dia tidak sadar kalau sekarang sudah hampir tengah malam. "Oke deh kak dim, tapi aku ga ngerepotin kan ?". Ucap abbi sambil nyengir ala khas dirinya.

"Kamu selalu ngerepotin kakak little girl, tapi kakak seneng direpotin kamu". Dimas berbicara dengan sangat lembut serta menampakkan senyum mempesonanya. Jawaban dimas lagi-lagi membuat pipi abbi memerah. Dia tidak mau menanggapi ucapan dimas. Dia pun memalingkan wajahnya berharap dimas tidak mengetahui kalau dirinya sedang blushing.

"Blushing heh ?". Goda dimas sambil menaik turunkan alisnya.

"Engg...engga ih. Kak dimas kepedean. Ayuuk ah pulang sekarang. Aku ngantuk". Abbi menjawab dengan gugup. Dia pun mencoba mengalihkan pembicaraan. Dan sepertinya berhasil. Karena sekarang dimas sedang memanggil pelayan untuk membayar semua makanan yang mereka pesan.

•••••••••••••••••••••••••••

"Hai sayaang, mami seneng banget kamu nginep disini". Laura, ibunya dimas menyambut kedatangan abbi dengan sangat gembira. Dia sampai rela menunda tidurnya saat diberitahu oleh dimas kalau abbi akan menginap dirumahnya agar bisa bertemu dulu dengan abbi. Apalagi dia sudah lama tidak bertemu dengan abbi. Terakhir kali saat dia masih dirawat dirumah sakit pasca magg akut yang dideritanya.

"Abbi juga seneng bisa ketemu sama mami". Abbi memeluk ibu dimas dengan sayang. Abbi sudah memanggil ibu dimas dengan panggilan mami, itupun karena ibu dimas sendiri yang menyuruhnya. Abbi senang sekali dengan perlakuan ibu dimas kepadanya. Setidaknya itu bisa sedikit mengobati kerinduannya akan ibu kandungnya sendiri.

"Kamu tidur sama mami aja yuk, kebetulan papi lagi diluar kota".

"Mam, abbi tidur dikamar tamu aja ya. Abbi butuh istirahat mam, mami juga butuh istirahat kan. Kalau abbi sama mami tidur bareng pasti ga akan tidur deh. Malah ngobrol-ngobrol". Sebelum abbi menjawab dimas lebih dulu menjawabnya. Dia tau betul sifat ibunya yang kalau ngobrol bisa lupa waktu. Dia tidak ingin ibunya sakit lagi. Lagian abbi juga sudah terlihat sangat lelah.

"Ya udah deh, kalau gitu mami tidur duluan ya sayang". Ibu dimas mengecup dahi abbi dengan sayang.

"Good night mam". Ucap abbi lembut.

"Jadi cuma abbi saja sekarang yang jadi anaknya mami ?". Dimas pura-pura merajuk karena ibunya tidak mengucapkan kata "good night" juga kepada dirinya.

Abbi pun hanya bisa terkikik geli melihat tingkah kekanak-kanakan dimas. Dia baru tau kalau dimas ternyata sangat manja kepada ibunya.

"Hahaa, good night sayang. Kamu tidak malu apa bertingkah seperti bocah begini dihadapan abbi ?". Laura mengecup dahi dimas dengan sayang. Dia juga menertawakan sikap dimas yang seperti bocah.

"Good night mam". Dimas memeluk ibunya dengan sayang.

"Kamu mau tidur sekarang ?". Tanya dimas kepada abbi saat ibunya sudah masuk kekamar yang dijawab dengan anggukan kepala oleh abbi. Dia benar-benar sangat lelah hari ini. Pertemuan tak terduganya dengan tama seolah menguras fikiran dan tenaganya.

Dimas mengantarkan abbi ke kamar tamu yang ada dirumah dimas. Abbi sangat kagum dengan kamar yang akan ditempatinya malam ini. Kamar ini didominasi oleh warna putih. Semua barang-barang tertata dengan rapi, beda sekali dengan keadaan kamar dikosannya. Paling abbi merapikan kamar kosnya seminggu sekali, itupun kalo dia mood.

"Kalo kamu butuh sesuatu, kamar kakak ada diatas. Atau engga kamu telepon kakak aja. Ok". Dimas berdiri didepan pintu kamar yang akan ditempati abbi.

"Ok bos". Abbi menaikkan tangannya seperti sedang hormat disertai dengan senyum lebarnya.

"Hmm ada satu lagi".

"Apa kak ?". Ucap abbi bingung. Ia mengerutkan dahinya.

Tanpa disangka-sangka oleh abbi dimas menundukkan wajahnya dan mengecup dahi abbi sedikit lama. Abbi pun refleks menutup matanya. Sejujurnya dia menikmati apa yang dilakukan oleh dimas.

"Good night little girl". Dimas mengucapkan dengan sangat pelan setelah dia mengecup dahi abbi. Setelah itu dia langsung pergi kekamarnya tanpa melihat respon abbi.

Abbi masih diam mematung di pintu kamar, dia bahkan tidak sadar kalau dimas sudah pergi dari sana. Dia memegang dadanya dan merasakan jantungnya berdetak sangat cepat.

"Good night kak dim". Gumamnya.

Saat tersadar abbi buru-buru menutup pintu kamarnya, dia melangkah menuju kasur lalu menghempaskan badannya diatas kasur. "Hari yang sangat melelahkan". Abbi menghela nafas berat.

Abbi memainkan ponselnya yang hampir seharian ini tidak disentuhnya. Selain karena habis baterai dia juga tidak punya waktu untuk menggunakannya.

Drrt..drrttt.

Ponsel abbi bergetar pertanda ada pesan masuk. Diapun lalu membukanya. Ternyata pesan itu dari dini, sahabatnya.

From : MyDini

Woii, nginep di rumah kak dimas ga ngabarin gue. Mulai melupakan gue ya lo ? :/

To : MyDini

Haha, sorry gue kecapekan :( lo tau dari mana gue nginep dirumah kak dimas ? Lo cenayang ye ?

Send.

Drrrttt...drrtt.

From : MyDini

Capek ngapain ? Bilang aja lo kesenengan pergi sama kak dimas. Hahaa kamvreet lo. Gue dikabarin kak dimas.

To : Mydini

Oh dari kak dimas toh. Btw, gue habis ketemu tama.

Send.

Drrtt...ddrrtt.

From : MyDini

Sumpe lo ? Ketemu dimana ? Lo baik-baik aja ?

To : MyDini

Gue baik-baik aja, ceritanya panjang. Gue capek. Mau tidur. Bye.

Send.

Ddrrt..drrrtt.

From : MyDini

Huuh ya udah. Lo hutang cerita sama gue. Bye.

Abbi memutuskan untuk tidak membalas pesan dari dini lagi. Tidak membutuhkan waktu lama, abbi nampak sudah mulai terlelap dalam tidurnya.

••••••••••••••••••••••••••••

Matahari sudah mulai menampakkan sinarnya. Suara-suara burung yang berkicauan menambah indahnya suasana pagi. Abbi sedang berada didapurnya rumah dimas bersama dengan ibu dimas. Mereka berdua sedang membuat nasi goreng untuk sarapan pagi ini. Abbi nampak sangat terampil dalam membantu ibu dimas.

"Waaah sepertinya sangat enak". Dimas tiba-tiba saja sudah ada di dekat dapur. Dia terlihat sangat tampan dan sangat segar karena dimas sudah mandi. Dia memang punya kebiasaan kalau habis bangun tidur langsung mandi.

"Enak dong, siapa duluu yang bikin". Ucap abbi dengan bangganya sambil menaik turunkan alisnya.

"Emang siapa yang bikin ?". Tanya dimas sambil berdiri disebelah abbi yang sedang mengaduk-ngaduk nasi gorengnya.

"Mamii kak, aku cuma ngaduk-ngaduk aja. Hehee". Abbi mengeluarkan cengiran khas nya sambil mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya bersamaan.

"Uuuuu dasaaar. Kirain kamu yang bikin". Dimas menyentil pelan dahi abbi.

"Udaah, udaah. Mending dimas duduk dimeja makan. Abbi siapin piringnya. Biar mami yang lanjutin ini". Ucap ibu dimas.

"Siaap boss". Dimas dan abbi menjawab dengan kompak sambil menjalankan perintah dari laura, ibunya dimas.

Dimas, abbi dan laura menghabiskan sarapan sambil sesekali bercengkrama. Sungguh suasana yang sangat nyaman dan terasa hangat. Sayangnya papinya tidak ada disini karena sedang mengecek perusahaannya yang berada diluar negeri. Diam-diam dimas berdo'a didalam hati agar suatu saat nanti suasana seperti ini akan dirasakannya setiap paginya. Dan dia mau orang yang membuat suasana itu menjadi hangat adalah seorang abigail chalavi.


Bersambung ~


I Love you, not him

Oleh NindyKornelia 0 comments

Abbi sedang berada di salah satu butik dengan brand ternama yang salah satu koleksinya bisa berharga jutaan bahkan puluhan rupiah. Setelah makan siang bersama, dimas langsung mengajaknya ke butik tersebut. Alasannya adalah dimas ingin mengajak abbi untuk menemaninya ke acara pertunangan anak dari rekan bisnisnya.

Abbi awalnya menolak untuk datang karena dia takut akan membuat malu jika berdampingan dengannya yang tentu saja jauh berbeda dengan dimas. Abbi memang bukan berasal dari orang yang kurang mampu. Tapi tentu saja dia tidak sekaya dimas yang mempunyai perusahaan dimana-mana. Apalagi dengan paras tampan yang dimiliki dimas semakin membuat abbi tidak percaya diri. Namun bukan dimas namanya kalo tidak bisa memaksa abbi. Dia memanfaatkan sifat abbi yang tidak tegaan. Dengan menampilkan sedikit wajah memelasnya saja abbi langsung luluh dan mengiyakan ajakannya.

"Hai dimas, long time no see". Seorang wanita cantik dengan tinggi semampai dan memiliki tubuh sexy menghampiri dimas dan langsung bercipika-cipiki. Dimas pun terlihat senang bertemu dengan wanita itu. Abbi yang melihat keakraban keduanya merasa sedikit kesal. "Mesti ya pake cipika-cipiki, eh kenapa gue kesel. Kan gue bukan siapa-siapanya kak dimas". Fikir abbi.

"Jadi apa yang membuat seorang dimas prasetyo kemari ?". Ucap wanita itu sambil melipat tangan didadanya.

"Tolong carikan gaun terbaik untuk gadis ini anne". Ucap dimas sambil menunjuk abbi.

"Gadis yang cantik. hai, Aku anne sahabatnya dimas sejak kuliah. Jadi kamu ga perlu masang muka kesel gitu". Anne sengaja menggoda abbi yang terlihat sedang cemburu. Dimas terkekeh geli menyadari kalo abbi memang terlihat sedang cemburu.

"Oohh. Eeh . Hai. Aku abigail kak, panggil saja abbi. Dan aku ga cemburu kok". Abbi menjawab gelagapan pertanda dia gugup. Anne pun langsung tertawa melihat bagaimana lucunya ekspresi abbi. "Pantas saja dimas menyukainya". Fikir anne.

"Baiklah abbi, mari ikut kakak". Anne memilihkan beberapa koleksi gaun terbaiknya dan mengajak abbi ke ruang ganti untuk mencobanya. Abbi pun dengan patuhnya mengikuti anne.

"Sekarang coba yang ini". Anne memberikan satu gaun kepada abbi. Abbi lalu masuk keruang ganti dan mencoba gaunnya.

"Astaga, ini sexy sekali". Ucapnya pelan. Gaun yang sedang dipakai abbi adalah long dress warna hitam dengan bagian belakang yang menampakkan punggung putih dan mulusnya serta belahan tinggi yang menampakkan sebagian pahanya di kaki sebelah kanannya. Gaun itu sangat pas ditubuh abbi seolah gaun itu memang diciptakan untuk abbi.

"Bagaimana, muat ?". Anne melongokkan wajahnya keruang ganti untuk mengintip penampilan abbi. "Kamu cantik dan so sexy pake gaun itu". Ucap anne sambil mengedipkan sebelah matanya kearah abbi. Anne lalu menarik abbi keluar, dia ingin memperlihatkan gaun yang dipake abbi kepada dimas.

"Gimana dengan yang ini dim ?". Ucap anne kepada dimas. Dimas yang sedang memainkan ponselnya sontak mendongakkan kepalanya dan seketika dia terpesona dengan pemandangan di depannya. Dia bahkan tidak mengedipkan matanya. Pipi abbi merona hanya dengan dipandang seperti itu oleh dimas. Dia menundukkan wajahnya agar dimas tidak mengetahui kalo dia blushing.

Dimas melangkahkan kakinya kearah abbi dan berdiri tepat didepan abbi dengan jarak yang sangat dekat. Dia memegang dagu abbi agar gadis itu melihatnya. " kamu sangat cantik dan sexy, kenapa harus nunduk". Ucapnya dengan pelan. Abbi merasakan debaran aneh di jantungnya. Mereka berdua saling menatap tanpa ada yang berbicara, seolah mata mereka saling berbicara satu sama lain. Entah dapat dorongan dari mana dimas menundukkan wajahnya kearah abbi, abbi gugup dan tanpa sadar menggigit bibir bawahnya. Jarak mereka sudah sangat dekat, bahkan mereka bisa merasakan hembusan nafas mereka satu sama lain. Saat bibir dimas hampir menempel dengan bibir abbi terdengar suara yang sontak menghentikan aktifitas mereka.

"Ehhem, ehhem. Masih ada gue disini. Main nyosor aja lo dim". Abbi menunduk malu mendengar godaan dari anne sementara dimas justru tampak acuh tak acuh dengan godaan anne. "Ganggu aja lo an". Ucap dimas dengan nada sebal yang dibuat-buat.

"An, tolong carikan gaun lain. Gue ga mau orang-orang menikmati pemandangan seindah ini". Ucap dimas dengan nada menggoda. Abbi yang tidak tahan lagi menahan godaan dari anne dan dimas memilih untuk pergi ke ruang ganti.

"Dasar posesif, padahal gaun itu pas banget ditubuh kamu. Sekarang coba yang ini". Anne menggerutu karena menurutnya gaun karyanya tersebut sangat cocok untuk abbi. Anne lalu memberikan gaun model lain kepada abbi untuk dipakainya.

"Aaah sepertinya ini jauh lebih baik". Abbi tersenyum lebar melihat pantulan dirinya dicermin. Dia sedang menggunakan dress tanpa lengan berwarna pink yang jatuh sedikit diatas lututnya. Gaun itu memang simple namun terlihat mewah saat digunakan oleh abbi.

"Kalo yang ini tidak disetujui dimas juga, aku akan kasih kamu gaun paling minim yang ada dibutikku ini". Ucap anne yang entah sejak kapan sudah berada diruang ganti. Dia lalu mengajak abbi untuk keluar.

"Woii dim, ngelamun ajaa. Udah kelar ni". Anne memanggil dimas yang terlihat sedang asyik dengan lamunannya. Saat melihat abbi dimas langsung tersenyum lebar.

"Cantik, gue ambil yang ini an". Ucap dimas tanpa menanyakan kepada abbi apakah abbi suka atau tidak. Dimas benar-benar suka semaunya saja.

•••••••••••••••••••••••••••••

Dimas dan abbi memasuki ballroom salah satu hotel ternama disana. Abbi terlihat sangat cantik dengan dress yang tadi dipilih oleh dimas, untuk wajah abbi hanya menggunakan riasan tipis yang sangat terlihat natural. Sedangkan rambutnya digulung keatas dengan sedikit acak-acakan namun terlihat sangat indah, serta beberapa helai rambut yang dibiarkan menjuntai di kanan dan kiri wajahnya. Untuk kakinya abbi memilih menggunakan heels setinggi 9cm, dia tidak ingin terlihat tampak pendek saat berdampingan dengan dimas.

Dimas juga sangat tampan saat ini, walaupun setiap hari dia memang terlihat tampan nanun kali ini aura kebahagiaan nampak terpancar dari wajahnya.

Sejak memasuki ballroom hotel banyak sekali orang-orang yang menatap mereka, para kaum hawa tentu saja mengagumi ketampanan seorang dimas prasetyo, sedangkan kaum adam tentu saja mengagumi kecantikan seorang abigail chalavi.

Dimas menggenggam tangan abbi dan mengajaknya menemui sang pemilik acara.

"Selamat atas pertunangan anak anda pak wijaya". Dimas menyalami seorang pria paru baya yang sedang mengobrol dengan beberapa orang.

"Terima kasih pak dimas, saya senang sekali anda bisa menyempatkan hadir disini". Pria yang bernama wijaya itu sangat antusias dengan kedatangan dimas. Seolah-olah dimas adalah orang yang sangat penting.

Dimas menganggukan wajahnya, kemudian dia membawa abbi untuk menjauh dari sana. Dia sedang malas untuk berkumpul dengan rekan-rekan bisnisnya.

"Acaranya mewah banget kak, pasti dia kaya raya ya". Ucap abbi sambil berbisik ditelinga dimas. Dimas menaikkan sebelah alisnya mendengar omongan abbi.

"Ini belum seberapa little girl, kamu akan memiliki acara yang lebih besar jika menikah dengan kakak nanti". Dimas berbicara sambil menaik turunkan kedua alisnya. Dia sengaja menggoda abbi sekaligus ingin melihat reaksi abbi.

"Kakak apaan siiih". Abbi seketika langsung merona mendengar ucapan dimas. Dimas yang melihat perubahan dikedua pipi abbi langsung mengelus pipi itu pelan dan berbisik ditelinga abbi. "Kamu sangat cantik saat kedua pipi kamu memerah seperti ini". Abbi sontak memukul pelan lengan dimas. Dia malu sekalii saat dimas terus-terusan menggodanya.

Saat dimas dan abbi sibuk berbicara dan sesekali tertawa, tiba-tiba pembawa acara tersebut memanggil nama pasangan yang akan bertunangan malam itu namun sayangnya abbi tidak mendengar dengan jelas siapa nama tersebut.

Sampai beberapa saat kemudian masuklah seorang pria dengan seorang wanita cantik yang memegang lengannya dengan mesra. Mereka adalah pasangan yang akan bertunangan malam ini.

Abbi terkejut dengan apa yang dilihatnya, tanpa sadar dia memegang tangan dimas dengan sangat erat. Hal itu sontak membuat dimas untuk melihat kearah abbi. Dia tidak mengerti apa yang terjadi dengan abbi, abbi tampak sangat pucat. Pandangannya terus tertuju kepada pasangan yang sedang berjalan menuju panggung dengan mesranya.

"Tama". Gumam abbi. Dia mengucapkan satu nama itu dengan sedikit bergetar menahan turunnya bulir-bulir air mata yang mulai menggenang dipelupuk matanya.

Dimas yang mendengar abbi menyebut nama tama langsung tau kalau pria itu adalah tama, ya mantan kekasih abbi yang meninggalkannya begitu saja tanpa penjelasan. Dia bahkan tidak memberi kepastian apakah mereka sudah putus atau tidak, walaupun bagi abbi dia dan tama sudah berakhir.

Dimas langsung saja memeluk abbi dengan erat. Sehingga abbi tidak bisa melihat pasangan itu karena saat dimas memeluknya abbi hanya sebatas dada dimas saja. Otomatis pemandangan dua sejoli itu tertutup oleh tubuh dimas.

"Jangan menangis, dia tidak pantas kamu tangisi. I'm here for you. Tunjukkan kalo kamu lebih baik tanpa dia bukan malah sebaliknya". Dimas menenangkan abbi sambil mengusap pelan punggungnya dan sesekali mengecup puncak kepala abbi.

Anehnya, bukannya menangis terisak-isak abbi malah tersenyum mendengar kata-kata dimas. Bahkan bulir-bulir air mata yang siap jatuh pun tidak jadi jatuh. Ya, dia merasa benar-benar nyaman berada dipelukan dimas seperti ini.

"I think, I'm falling in love with you kak". Ucap abbi dalam hati.

Dimas melepaskan pelukannya setelah merasa kalo abbi baik-baik saja sekarang. Dia menatap abbi lembut sambil mengelus pelan pipinya. "Lebih baik kita pergi dari sini". Ucap dimas pelan.

Abbi menggelengkan kepalanya, dimas lalu menaikkan sebelah alisnya seolah bertanya kenapa tidak ingin pergi dari sana. Abbi pun lalu tersenyum. "Kita tidak akan pergi tanpa mengucapkan selamat kepada mereka". Abbi menjawab dengan tegas.

"Kamu yakin". Dimas tidak percaya dengan apa yang didengarnya sekarang.

"Tentu saja, bukankah kakak bilang kakak disini untuk aku ? Aku rasa aku tidak takut apapun jika sedang bersama kakak". Jawaban abbi sangat membuat dimas senang. Dia bahkan tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya. Senyum lebar nampak tercetak di bibirnya. Dia pun membawa tangan abbi untuk memegang lengannya dengan mesra.

"Baiklah little girl".

Dimas dan abbi berjalan kearah pasangan yang tampak sedang berbahagia tersebut. Semakin dekat, abbi semakin memegang lengan dimas dengan erat. Dimas sesekali mengelus tangan abbi untuk menenangkan.

"Selamat buat pertunangan kalian". Ucap dimas saat sudah berada didekat pasangan itu.

Tama tampak sangat kaget dengan kedatangan abbi. Apalagi abbi datang bersama dimas, seorang pengusaha yang namanya sangat diperhitungkan didunia bisnis. Tama nampak salah tingkah namun enggan untuk menyapa abbi.

"Aah terima kasih dimas, kamu ternyata benar-benar tampan. Kalau tau kamu setampan ini dari dulu aku menyuruh papi untuk menjodohkanku denganmu". Wanita yang berstatuskan tunangan tama itu terlihat senang dengan kedatangan dimas. Dia bahkan tidak segan-segan menggoda dimas.

"Kamu terlalu berlebihan, lagian saya sudah mempunyai calon istri yang sangat saya cintai". Dimas menjawab dengan menampilkan senyum mempesonanya. Wanita itu pun terlihat sangat kesal dengan jawaban dimas. Padahal dia sudah yakin kalo dimas akan terpesona dengan kecantikannya.

"Baiklah kalo begitu kami permisi dulu, selamat berbahagia". Dimas pamit kepada dua sejoli itu. "Ayo sayang, kamu pasti sudah lelah". Ucap dimas lagi sambil memegang pinggang abbi dengan posesif. Abbi manganggukan kepalanya sambil tersenyum.

Mereka akhirnya pergi dari tempat itu. Tama memandang abbi yang mulai nampak jauh dari penglihatannya. Entah apa yang dia fikirkan, yang jelas diwajahnya nampak kesedihan yang mendalam.

Bersambung ~


I Love you, not him

Oleh NindyKornelia 0 comments

Sebulan telah berlalu sejak kejadian abbi menampar edo di depan umum. Abbi memulai hari-hari seperti biasanya. Keadaan dikampus pun juga sudah biasa saja. Tidak ada lagi orang-orang yang memandang rendah abbi dan bergosip tentang abbi. Sepertinya semua orang sudah tau kalo edo lah dalang dari semua itu.

Sejak kejadian itu abbi juga belum pernah bertemu dengan edo. Lagian abbi juga jarang kekampus. Sekalinya kekampus dia hanya menemui pembimbingnya, setelah itu dia akan menghabiskan waktu dikafe mona.

Abbi juga tidak pernah lagi memikirkan tama. Entah karena dia terlalu sibuk atau memang tama sudah tidak ada lagi dihatinya. Entahlaah, tidak ada yang tau soal itu.

Hubungan abbi dan dimas makin lama juga makin dekat. Pasalnya selama hampir 2 bulan ini dimaslah yang membantu abbi dalam menyelesaikan skripsinya.

Dimas masih belum berani mengungkapkan perasaannya. Dia ingin memastikan dulu kalau abbi juga mempunyai perasaan yang sama dengannya. Yaa walaupun sekarang dimas belum tau apakah abbi mencintainya atau bukan. Yang jelas dimas sangat menikmati hari-harinya bersama abbi. Dan sepertinya abbi juga menikmati hari-hari bersama dimas.

Saat ini abbi sedang tidur-tiduran dikamar sambil memainkan ponselnya. Dia melihat galery potonya yang akhir-akhir ini dipenuhi dengan foto selfienya bersama dimas. Abbi yang notabene suka selfie selalu menyempatkan selfie saat bersama dengan dimas.

"Upload yang ini aah, lucu deh kayaknya". Batin abbi.

Abbi berniat meng upload fotonya bersama dimas saat mereka jalan-jalan beberapa bulan yang lalu ke akun media sosialnya yaitu instagram. Difoto itu abbi terlihat akan memakan permen kapas berukuran besarnya namun ternyata ada dimas yang ikutan foto disampingnya dengan wajah manyun melihat kearah abbi.

Abbi menulis caption "who is he ? Jelek banget kalo lagi manyun gitu -,-"

Gaa lama kemudian abbi melihat ada komentar-komentar di foto yang baru dipostingnya tersebut.

@diniamanda CIEE CIEE

@monaaghata CIEE CIEE (2)

@renohandoyo CIEE CIEE (3)

@mario CIEE CIEE (4)

@dimasprasetyo ganteng gitu dibilang jelek -_-

@abigailchalavi pada rusuh semua iih -,- @diniamanda @monaaghata @renohandoyo @mario

@abigailchalavi ganteng kalo diliat pake sedotan dari monas kak :p @dimasprasetyo

@dimasprasetyo yaah tegaa :( eh besok jangan lupa kekantor.

@abigailchalavi haha biarin week :p iyaa iyaa ga akan lupa kok. Emang aku udah pikun apa :(

@renohandoyo waah udah kekantor aja nih mainnya. Uhuk uhuk @dimasprasetyo @abigailchalavi

@dimasprasetyo ga usah siriik @renohandoyo

@dimasprasetyo see you tomorrow little girl :p @abigailchalavi

Abbi tidak membalas lagi komentar-komentar diakun instagramnya. "Huft selalu saja dipanggil little girl, emang aku masih bocah apa" gerutunya. Dimas memang senang sekali menggoda abbi dengan panggilan little girl. Karena setiap dipanggil dengan sebutan itu, abbi pasti langsung memanyunkan bibirnya yang terlihat sangat menggemaskan oleh dimas.

Saat akan mematikan ponselnya abbi melihat ada notif terbaru di instagramnya. Dia pun langsung membukanya. Ternyata ada komentar baru dari seseorang yang tidak pernah terfikirkan lagi oleh abbi.

@pratamaputra i miss you mbem :(

DEG

"tama". Gumamnya.

••••••••••••••••••••••••••••

Abbi sedang bersiap-siap untuk pergi kekantor dimas. Mereka memang sudah janjian untuk makan siang dikantor dimas dalam rangka merayakan kelancaran skripsinya. Walaupun dia belum sepenuhnya terbebas dari skripsi, tapi setidaknya dia tidak mendapatkan banyak kesulitan lagi. Dan itu tidak luput dari bantuan dimas. Berhubung dimas hari ini sibuk dan tidak bisa keluar, jadi abbi memutuskan untuk menemaninya dikantor. Hitung-hitung sedikit balas budi. Begitulah pemikirannya.

Soal komentar tama semalam, abbi memutuskan untuk mengabaikannya. Dia tidak tau harus membalas apa. Dia tidak mau mengatakan kalau dia juga merindukannya. Lagian dia juga tidak yakin apakah dia benar-benar merindukannya.

Abbi menggunakan kaos warna putih lengan pendek dengan tulisan "be sexy" didepannya dipadukan dengan rok berwarna hitam yang jatuh tepat diatas lututnya. Untuk kakinya dia memilih memakai sepatu boots warna hitam yang tingginya 7cm. Tidak lupa dia juga memakai tas kecil untuk menyimpan dompet dan ponselnya.

Abbi menatap gedung yang menjulang tinggi didepannya. "Astaga kak dimas kaya banget berarti". Batin abbi saat melihat besar dan megahnya gedung didepannya.

Abbi memasuki gedung itu dengan langkah percaya dirinya. Dia bisa merasakan kalo banyak tatapan dari orang-orang yang berlalu lalang disana. Abbi mencoba mengabaikan tatapan orang-orang kepadanya. Dia berjalan menuju ke sebuah meja dengan papan nama resepsionis diatasnya.

"Permisi mbak". Abbi menyapa dengan ramah seorang wanita cantik yang duduk dibelakang meja kerjanya.

"Ya, ada yang bisa saya bantu ?".

"Saya mau bertemu dengan kak dimas, dilantai berapa ya mbak ?".

"Dimas siapa ? Disini banyak yang namanya dimas". Ucapnya sedikit ketus. "Astaga judes sekali mbak-mbak ini". Batin abbi.

"Dimas prasetyo mbak". Resepsionis itu pun langsung memperhatikan abbi dari atas kepala sampe kakinya. Abbi menjadi risih diperhatikan seperti itu. Resepsionis itu berfikir kedatangan abbi pasti sama dengan gadis-gadis lainnya. Sudah banyak gadis yang mencari-cari dimas dan bahkan tak banyak pula yang mengaku sebagai pacarnya.

"Jadi gimana mbak ? Kak dimas dilantai berapa ?". Abbi bertanya lagi kepada resepsionis tersebut karena tak kunjung mendapat jawaban.

"Ada keperluan apa sama pak dimas ? Pak dimas lagi sibuk. Ga bisa diganggu". Ucapnya ketus.

"Baiklaah, kalo gitu aku tunggu aja mbak". Abbi masih bersikap ramah kepada resepsionis itu. Padahal dihatinya dia udah kesel banget. "Kenapa kak dimas memperkerjakan mbak-mbak menor gitu, mana judes lagi" . pikirnya

Abbi memilih duduk di sofa yang sepertinya memang disediakan untuk para tamu. Abbi sesekali melihat jam nya, tidak terasa sudah hampir dua jam dia menunggu. Dimas pun tak kunjung menampakkan dirinya. "Huft coba baterai ponselku ga abiis". Gerutu abbi.

Sementara di ruangan lain yang bertuliskan ruangan CEO, dimas sedang gusar menunggu kedatangan abbi, harusnya abbi sudah datang dari dua jam yang lalu. Dimas takut terjadi apa-apa sama abbi. Berkali-kali dimas mencoba untuk menghubungi ponsel abbi namun hanya suara operator yang didengarnya. Bahkan dimas juga menghubungi dini untuk menanyakan keberadaan abbi. Namun nihil, dini bilang abbi sudah berangkat dari tadi menuju kantor dimas.

"Sebenernya dimana gadis itu". Batin dimas.

Dimas mengambil telepon diruangannya lalu menghubungi citra sekretarisnya.

"Citra, apa ada seseorang yang mencari saya?". Tanya dimas to the point kepada sekretarisnya.

"Maaf pak, sepertinya tidak ada. Orang dibawah juga tidak ada yang mengabari pak".

"Baiklah, bisa kamu tanyakan lagi ? Saya hanya ingin memastikan". Ucap dimas tegas. Setelah itu dia menutup teleponnya.

Tidak berselang lama, telepon diruangan dimas berbunyi lagi. Dengan cepat dia langsung mengangkatnya.

"Yaa citra kenapa ?" Dimas memang sudah tau kalo citra yang menghubunginya. Siapa lagi yang berani menelpon ke telepon diruangannya kalau bukan sekretarisnya sendiri.

"Begini pak, katanya ada seorang gadis yang mencari bapak sejak dua jam yang lalu. Dia sedang menunggu bapak sekarang".

"Apaa ? Siaal !". Dimas menutup teleponnya dan segera berlari keluar. Perasaannya tidak enak, pasti abbi yang menunggunya. Citra yang melihat atasannya itu terburu-buru dan tampak emosi sontak ikut mengikutinya dari belakang.

Abbi menopang kepalanya dengan kedua tangan yang bertumpu dilututnya. Dia benar-benar sudah merasa bosan. Dia menunduk sambil sesekali memanyunkan bibirnya dan menghela nafas berat. Dia bahkan tidak menyadari kalo dimas sedang memperhatikannya sekarang.

Dimas sedang manatap abbi yang terlihat sangat lelah. Dia melangkahkan kakinya menuju kearah abbi dan sepertinya abbi benar-benar tidak menyadari kedatangannya karena abbi sibuk menunduk dan sepertinya sedang memikirkan sesuatu. Entah apa itu.

"Heii, maaf membuatmu menunggu lama". dimas mengusap rambut abbi pelan. Abbi mendongakkan wajahnya dan melihat kearah dimas sambil menunjukkan wajah kesalnya.

"Kakak lama sekali, aku sudah sangat lapar sekarang". Abbi memanyunkan bibirnya sambil memegang perutnya. Dimas terkekeh geli melihat tingkah abbi.

Dimas fikir abbi akan marah besar karena telah membuatnya menunggu lama, namun ternyata hal yang didapatkannya justru malah membuatnya ingin tertawa ngakak. Abbi bukan marah karena menunggu dimas dengan lama melainkan karena dia merasa sangat lapar.

"Sekali lagi maaf little girl, lebih baik kita makan diluar saja".

"Loh bukannya kakak hari ini sibuk ?".

"Kakak udah batalkan semuanya. Oh ya, kamu tunggu disini sebentar". Dimas melangkahkan kakinya menuju meja resepsionis. Dia melangkah dengan tegas sambil menatap tajam kearah wanita cantik yang duduk disana.

"Diana, kenapa kamu membiarkan abbi menunggu terlalu lama ? Kenapa tidak mengantarkannya keruangan saya ?".

"Mmm maaa...ma....af sebelumnya pak, saya kira bapak sibuk hari ini. Makanya saya menyuruh nona abbi menunggu" wanita bernama diana itu menjawab dengan gugup sambil menundukkan wajahnya. Nyalinya menciut saat ditatap tajam seperti itu oleh atasannya.

"Sibuk atau tidaknya saya itu bukan urusan kamu. Jika sekali lagi kamu membuat kesalahan yang sama, maka bersiap-siaplah untuk memberikan surat pengunduran diri kamu". Dimas meninggalkan diana yang masih menundukkan wajahnya begitu saja. Abbi yang melihat bagaimana dimas memarahi resepsionisnya tadi jadi merasa bersalah.

"Harusnya kakak tidak memarahinya seperti itu, lagian aku ga papa kok menunggu kakak".

"Dia pantas mendapatkannya, kakak mengkhawatirkan kamu dari tadi. Tapi ternyata kamu sudah berada disini selama berjam-jam" dimas menjawab dengan kesal. Bukan kesal kepada abbi. Namun kesal karena resepsionisnya yang tidak profesional. "Sudahlah, jangan mengkhawatirkan dia. Ayo berangkat sekarang. Kakak udah laper. Kamu pasti juga kan ?".

Dimas langsung saja menggandeng tangan abbi. Hal itu sontak menarik banyak perhatian karyawannya. Apalagi selama ini dimas tidak pernah terlihat membawa teman wanitanya kekantor. Apalagi bergandengan tangan seperti itu. Walaupun dulunya dia playboy tapi dia tidak pernah membiarkan pacar-pacarnya untuk menemuinya dikantor. Dia berfikiran hal itu akan mengganggu konsentrasinya dalam bekerja.

Abbi akhirnya pasrah saja dengan apa yang dilakukan dimas termasuk tidak membantah omongannya soal resepsionisnya tadi. Sedikit-sedikit abbi mulai mengerti dengan sifat dimas. Ya, dimas bukan tipe orang yang suka dibantah.

Bersambung ~


I Love you, not him

Oleh NindyKornelia 0 comments

Abbi benar-benar marah dengan gosip yang beredar tentang dirinya. Siapa yang tega memfitnah dirinya sekejam itu. Selama ini abbi terkenal dengan sifat baik dan polosnya.  Namun sepertinya tidak lagi sekarang. Dia harus menemukan pengecut itu. Yaa harus !.

Abbi berusaha mengabaikan pandangan meremehkan orang-orang sekitar. Dia tidak peduli sekarang. Toh jika dia bisa menemukan orang yang memfitnahnya dan bikin perhitungan, tentu tidak ada lagi orang yang mengganggunya.

"Dinii, gue nyariin lo dari tadi". Ucap abbi sambil duduk disebelah dini. Dini lagi sibuk searching dengan laptop kesayangannya. Mungkin sedang mencari bahan untuk menyelesaikan skripsinya. Sontak dia langsung melihat kearah abbi dan mengerutkan dahinya.

"Emangnya gue ilang ampe dicariin, eh btw lo udah denger gosip terbaru belom ?". Tanya dini kepada abbi. Dia agak was-was juga sebenernya.

"Udah, dan gue pengen nyari tau siapa si pengecut itu". Ucap abbi dengan tatapan tajam kedepan. Dini yang tidak biasa melihat abbi se emosi ini langsung mematikan laptopnya dan membereskan barang-barangnya.

"Mending kita pulang aja, ga usah ditanggepin cowok kayak gitu, ntar dia kesenengan". Ucap dini lagi. Abbi pun langsung mengerutkan dahinya.

"Cowok ? Jadi yang nyebarin gosip itu cowok ?
Siapa emang ?". Desak abbi kepada dini. Dini yang sadar telah keceplosanpun cuma bisa menepuk dahinya pelan. Dia ngerasa bego karena udah salah bicara. Padahal niatnya dia tidak ingin abbi tau siapa orang itu. Namun sepertinya dia tidak bisa menolak lagi. Abbi pasti akan terus memaksanya untuk mengatakan yang sebenernya.

"Hmm, sebelumnya lo tenangin diri lo dulu. Gue ga pengen lo sedih". Ucap dini menenangkan.

"Gue ga sedih din, gue emosii. Jadi please cepetan kasih tau gue". Abbi benar-benar tidak bisa menunggu lagi. Dia ingin membuat perhitungan dengan orang itu.

"Orang ituu.....hhmmm....orang itu adalah edo". Dini mengucapkan dengan sangat pelan. Dia tidak tega sebenernya kepada abbi. Walau bagaimanapun abbi pernah mencintai edo. Dini memperhatikan ekspresi abbi yang terlihat sangat datar.

"Brengsek". Umpat abbi. Dia langsung meninggalkan dini begitu saja.

"Woiii. Tungguuu". Ucap dini sambil mengejar abbi.

Abbi tidak menghiraukan panggilan dini. Yang ada didalam fikirannya cuma satu yaitu bikin perhitungan sama edo. Dia sedang berjalan cepat menuju kearah edo yang tadi tidak sengaja dilihatnya sedang makan dikantin kampus. Dia sudah tidak tahan dengan kelakuan edo. Dia tidak mempermasalahkan saat edo merendahkannya beberapa hari yang lalu. Namun sekarang beda ceritanya. Satu kampus sudah memandang rendah dirinya.

Abbi memandang tajam kearah edo yang sedang ngobrol sama teman-temannya. Dia melangkah dengan emosi yang diikuti oleh dini dari belakang. Tidak perlu lama abbi sudah berada di dekat edo.

PLAK

"Ini buat mulut lo yang kurang ajar". Ucap abbi setelah menampar edo tepat dipipinya.

BYUUUURR.

Abbi menyiram edo dengan segelas air yang ada di meja tersebut.

"dan ini buat sikap pengecut lo". Ucapnya lagi. Abbi benar-benar tidak memberikan edo kesempatan untuk membela diri karna abbi telah bersiap untuk pergi dari sana.

"Ah yaa satu lagi". Abbi memandang tajam kearah edo. "Gue ga pernah menyangka jika lo se banci ini sampai menyebarkan gosip murahan seperti itu. Gue nyesel pernah mencintai laki-laki brengsek kayak lo". Lalu abbi pun pergi dari sana. Tentu saja masih dissusul oleh dini dibelakangnya.

Edo cuma bisa memandang punggung abbi yang makin lama makin jauh. Dia tidak menyangka abbi akan bertindak seperti itu. Apalagi abbi menggunakan kata lo-gue dengan mantapnya. Ditambah dengan tatapan penuh kebencian dari abbi. Edo merasakan dadany sesak setelah kepergian abbi.

"Gue ga tau kalo gosip itu dari lo, gue harap lo minta maaf sama abbi. Lo bener-bener keterlaluan do". Ucap salah satu temennya sambil menepuk pelan pundak edo.

Edo tidak menanggapi ucapan temennya. Dia memilih untuk pergi dari sana. Dia benar-benar kacau sekarang.

••••••••••••••••••••••••

Setelah peperangan kecil yang dimenangkan oleh abbi. Abbi memilih untuk membatalkan bimbingannya. Dia tidak ingin emsoi yang masih menguasai dirinya malah berdampak buruk bagi skripsinya. Dia ingin menenangkan diri ke kafe biasa. Dini cuma bisa mendukung abbi apapun yang ingin dilakukannya sekarang. Dia tau pasti kalo abbi masih emosi. Lagian abbi tidak pernah seemosi ini sampai berani menampar orang.

Mereka berdua, abbi dan dini sedang menikmati suasana kafe dengan minuman kesukaan mereka. Keduanya masih belum ada yang berbicara. Dini masih membiarkan abbi tenang dulu. Dia tidak mau memperkeruh suasana nantinya.

"Woii, ngapain pada diem-dieman ?". Ucap mona yang dari tadi memperhatikan suasana aneh diantara mereka.

"Takut ada gajah ngamuk kak". Ucap dini sambil bergidik ngeri yang dihadiahi jitakan kecil dikepalanya oleh abbi.

"Kampreet lo, emangnya gue gajah apa". Ucap abbi ketus.

"Yee, emang gue ngomongin loo. Ge-er banget siih sayaaang". Ucap dini dengan nada manja yang tampak menjijikan oleh abbi. Mona terkekeh geli melihat dua gadis yang telah dianggapnya adik tersebut.

"Jadii ada kejadian apa hari ini ?". Kata mona lagi. Dia yakin pasti ada sesuatu yang terjadi.

"Kakak ga akan percaya kalo ga liat sendiri kejadiannya. Abbi kita udah berani sekarang. Bahkan dia menampar serta menyiram laki-laki brengsek dikampus". Ucap dini antusias.

"What ? Serius ? Siapa laki-laki itu ? Abbi ga papa kan ?". Kata mona dengan rentetan pertanyaannya.

"Ya ga papa kak, tuh buktinya". Dini menunjuk abbi menggunakan dagunya.

Akhirnya abbi menceritakan semua yang terjadi hari itu sama mona. Mona menanggapi dengan mengangguk-nganggukan kepalanya. Sejujurnya ada kekhawatiran tersendiri bagi mona. Dia tidak mau terjadi apa-apa pada abbi nantinya. Takutnya edo tidak terima dengan perlakuan abbi tadi.

•••••••••••••••••••••••••••

Seorang pria sedang berkutat dibelakang meja kerjanya. Tak lama terdengar hpnya berdering pertanda ada panggilan masuk. Saat melihat siapa yang menelpon dia langsung mengangkatnya.

"Ada info apa ?". Ucap pria tersebut kepada sipenelpon. Sepertinya sipenelepon memang sengaja ditugaskan untuk mencari info yang diinginkannya.

"Lo pasti ga akan percaya mendengarnya". Ucap sipenelepon.

"Ga usah basa-basi. Gue sibuk. Cepetan kasih tau apa yang terjadi". Pria itu tidak sabar dengan berita yang ingin didengarnya.

"Gadis yang lo cintai itu menampar seorang laki-laki. Namanya edo. Dia mantan kekasihnya".

"Bagaimana keadaannya ? Maksud gue apa abbi baik-baik saja ?". Pria itu terlihat sangat khawatir.

"Sejauh ini baik-baik saja. Lagian wajar dia melakukannya. Gosip tentang dirinya sudah sangat keterlaluan".

"Baiklaah, kabarin gue kalo ada apa-apa". Ucap pria itu sambil mendesah pasrah. Dia lalu memutuskan telepon secara sepihak.

Pria itu memandang sendu kearah pigura poto yang ada dimeja kerjanya. Dia memijit pelipisnya pelan. "Kenapa kamu berubah seperti ini. Apa yang membuatmu berani menampar si brengsek itu. I miss you mbem". Ucapnya pelan.


Bersambung ~


I Love you, not him

Oleh NindyKornelia 0 comments

Abigail POV

Dimas prasetyo, pria tampan dengan tinggi 185cm, kulit putih, hidung mancung, alis tebal dan punya senyum yang mempesona. Ya ampun sepertinya aku mendeskripsikannya terlalu sempurna. Namun itulah kenyataannya. Dia benar-benar sempurna menurutku.

Hari ini kami jalan-jalan ketaman hiburan. Dan entah kenapa pria didepanku ini tidak berhenti tertawa. Apanya yang lucu saat aku mengatakan aku takut dengan boneka-boneka raksasa yang berjalan itu. Baiklah, aku akui mereka itu menggemaskan. Tapi yang namanya takut ya mau diapakan lagi coba.

Aku kesal melihatnya menertawakan ketakutanku. Akhirnya aku pergi meninggalkannya sambil menghentakkan kaki. Aku dengar dia memanggil-manggil namaku. Tapi tidak kuhiraukan sama sekali. Aku berusaha berlari ditengah kerumunan orang. Saat fokus berlari aku merasa seseorang menarik lenganku hingga aku menghadap kebelakang dan menabrak sesuatu yang keras. Emm sepertinya itu dada seseorang daaaan.

DEG.

Kak dimas memelukku. Yaa, seseorang itu adalah kak dimas. Dia memelukku dengan erat seolah takut aku pergi lagi. Samar-samar aku mendengarnya berbicara.

"Jangan marah, kakak hanya bercanda". Ucapnya lembut.

Aku tersenyum dalam pelukannya. Suaranya yang lembut serta pelukannya yang nyaman seolah melenyapkan semua kekesalanku tadi. Dan aku merasa jantungku berdetak lebih cepat dari biasanya. Astaga, apa yang terjadi denganku. Aku tidak mungkin mencintai kak dimas kan ? Tidak tidak. Ini pasti bukan cinta. Aku hanya terlalu kaget saja saat kak dimas memelukku. Yaah setidaknya aku bisa menghibur diriku dengan kata-kataku barusan.

Bukannya aku tidak mau mencintai kak dimas. Hanya saja aku terlalu takut untuk membuka hati lagi. Setidaknya beberapa kali ditinggalkan begitu saja tanpa penjelasan apapun membuatku takut untuk menjalin hubungan baru.

Lama dipelukan kak dimas membuatku merasa sedikit sesak. Bagaimana tidak, kak dimas memelukku sangat erat. "Em kak dimas, aku susah nafas". Ucapku sedikit menahan nafas. Dan kak dimas langsung melepaskan pelukannya sambil menatapku dengan tatapan yang mampu membuat wanita manapun bertekuk lutut dihadapannya.

"Maafin kakak". Ucapnya sekali lagi. Aku pun langsung memberikan senyum lebarku pertanda aku sudah memaafkannya. Dia mengacak pelan rambutku. Aku sudah tidak bisa menghitung berapa kali kak dimas mengacak rambutku. Aku tidak tau alasannya kenapa. Dulu saat tama melakukan hal itu kepadaku dia bilang itu pertanda dia menyayangiku. Masa iya kak dimas menyayangiku. Aah sudahlah, aku malas memikirkannya sekarang.

"Jadii kita kemana lagi sekarang ?" Ucap kak dimas yang sontak menyadarkanku dari fikiran-fikiran yang tadi mengganggu.

"Bagaimana kalo kita naik itu kak ?". Aku menunjuk ke salah satu wahana ditaman bermain tersebut. Wahana itu seperti sangkar burung raksasa yang bisa dimasuki oleh beberapa orang lalu sangkar burung itu akan berputar. Sepertinya akan menyenangkan bila kami naik itu dan melihat pemandangan dari atas sana.

"Baiklah tuan putri". Ucapnya dengan nada menggoda. Dia memang senang sekali menggodaku. Kak dimas langsung saja menggenggam tanganku dan kami berjalan beriringan layaknya sepasang kekasih. Sejujurnya, setiap kali kak dimas menggandengku aku merasakan aliran darahku mengalir lebih cepat. Entahlah sulit sekali rasanya menjelaskan bagaimana perasaanku. Yang jelas aku nyaman dengan semua perlakuan manis kak dimas. Sangat nyaman malah.

Sekarang kami sedang berada didalam wahana yang seperti sangkar burung tersebut. Dan kami tepat berada dipuncaknya. Aku melihat pemandangan dibawah. Waah ternyata taman bermain ini sungguh ramai. Aku melihat-lihat kesegala arah dan tiba-tiba aku merasa aku melihat sosok tama ditengah kerumunan orang. Sosok itu bersama seorang perempuan cantik yang sepertinya sedang bergelayut manja dilengannya.

"Tama". Gumamku pelan. Aku mencoba terus memandangi sosok itu, namun sangat sulit karena terlalu banyak orang disana. Berbagai pertanyaan mulai muncul dikepalaku. Jadi tama masih dikota ini ? Kenapa dia tidak menghubungiku ? Lalu siapa wanita itu ? Memikirkan hal itu membuatku jadi pusing, ditambah lagi aku sedang berada diketinggian. Dan tanpa kusadari aku ambruk begitu saja, namun sayup-sayup kudengar suara pria memanggilku.

"Abbi". Aku mendengar pria itu menyebut namaku sebelum semuanya terasa gelap.

••••••••••••••••••••••

Aku mengerjapkan mataku mencoba menyesuaikan dengan keadaan sekitar. Sepertinya aku sedang berada didalam mobil. Dan seseorang mengenggam erat tanganku sambil mengelus-ngelus rambut.

"Abbi, kamu udah sadar ?". Ucap nya lembut. Ternyata itu suara kak dimas. Dan yang menggenggam serta mengelus kepalaku juga kak dimas. Aku melihat raut wajah khawatir darinya. Tapi apa yang dikhawatirkannya ? Aku mencoba mengingat-ngingat apa yang terjadi sebelumnya. Astaga, sepertinya aku pingsan tadi. Aku juga ingat kalo aku melihat tama bersama wanita cantik.

"Maafin abbi kak". Ucapku dengan rasa bersalah. Aku sudah menghancurkan acara jalan-jalan kami dan merepotkan kak dimas dengan kejadian pingsannya diriku.

"Tidak apa-apa, lebih baik kamu istirahat. Kakak akan anter kamu pulang".

"Terima kasih kak, tapi dimana yang lainnya ?". Aku heran kenapa aku cuma berdua saja dengan kak dimas. Bukankah kami jalan-jalan berenam hari ini ? Aku mengerutkan dahiku pertanda sedang bingung.

"Mereka akan menyusul kita nanti, kakak menyuruh sopir untuk nganterin mobil kesini karena tidak mau mengganggu kegiatan mereka". Ucapnya lagi. Kak dimas benar-benar pria yang baik.

Kak dimas mulai melajukan mobilnya. Sesuai perintah kak dimas akupun mencoba untuk tidur dan sepertinya berhasil.

Entah sudah berapa lama aku tertidur, aku merasa ada yang mengusap-ngusap pelan pipiku. Mungkin niatnya mencoba membangunkanku. Namun bukannya terbangun aku malah merasa makin nyaman untuk melanjutkan tidurku sampai suara itu terdengar.

"Bangunlah tukang tidur". Ucapnya lembut. Aku membuka pelan mataku dan mengucek-nguceknya pelan. Aku memang punya kebiasan mengucek-ngucek mataku dulu saat terbangun. Aku menoleh kesamping dan melihat kak dimas sedang tersenyum kepadaku. Aku pun membalas senyumannya.

"Kita sudah sampai dikosan kamu". Ucapnya lagi.

"Aah iyaa, aku ketiduran lama sekali kayaknya". Ucapku dengan menunduk malu. Aku bisa melihat kalo kak dimas sedang terkekeh geli melihat tingkahku.

"Ya udah, kalo gitu aku turun dulu kak. Terima kasih buat hari ini". Ucapku sambil tersenyum lebar. Saat akan turun dari mobil, kak dimas menahanku dengan memegang lenganku. Sontak aku melihat bingung kearah kak dimas. Kak dimas memajukan wajahnya kearahku. Aku menegang dengan sendirinya tanpa tau harus berbuat apa. Wajah kak dimas makin dekat dengan wajahku, aku pun reflek menutup mataku.

CUP.

Aku merasakan ada benda kenyal yang menempel didahiku. Ya ampun kak dimas menciumku. Aku kaget sekaligus senang. Aku bisa merasakan kalo pipiku memanas sekarang. Bisa sangat memalukan jika kak dimas mengetahui kalo aku blushing.

"Lupakan dia". Kak dimas mengucapkan dua kata itu dengan pelan namun terlihat ketegasan disana.

••••••••••••••••••••••••••••••

Abbi baru aja sampai di kampusnya. Hari ini dia ada janji dengan pembimbingnya untuk membahas soal skripsi. Sejak tadi pagi abbi terlihat sangat ceria. Apalagi mengingat dimas menciumnya semalam. Astaga, setiap mengingat hal itu pipinya selalu terasa memanas.

Abbi menyadari kalo banyak mahasiswa yang memandang seolah melecehkan dirinya. Dia bingung, apa yang salah dengannya. Sontak diapun memeriksa pakaiannya, sepatu yang dipakai hingga riasan tipis yang diaplikasikan diwajahnya.

"Perasaan ga ada yang salah sama gue". Batinnya.

Abbi mencoba mengabaikan orang-orang tersebut. Dia memutuskan untuk mencari dini terlebih dahulu. Dia berfikir mungkin dini tau apa yang beda dengan dirinya.

Saat sedang mencari dini dia tidak sengaja mendengar obrolan sekumpulan mahasiswi yang sedang bergosip.

"Bukankah gadis itu yang bernama abigail ?". Ucap gadis berambut pendek sebahu.

"Yaa, itu dia. Tidak sangka kalo ternyata dia suka main dengan pria-pria kaya". Ucap gadis cantik berambut panjang.

"Jangan-jangan dia juga main sama om-om hidung belang". Kata gadis yang lainnya.

"Ciih, pantas saja edo meninggalkannya, dasar tidak tau malu". Terdengar lagi dari gadis yang lain.

Abbi yang mendengarnya langsung meninggalkan tempat tersebut dengan muka merah padam menahan amarah. Dia tidak sanggup mendengar lebih lanjut lagi.

"Brengsek, siapa yang menyebarkan gosip murahan seperti itu". Umpatnya.

Bersambung ~


I Love you, not him

Oleh NindyKornelia 0 comments

Abbi sedang menikmati suasana malam dari balkon kamar kosnya. Malam ini langit tampak indah dengan pemandangan jutaan bintang yang berkerlap-kerlip. Dia menengadahkan kepalanya untuk melihat pemandangan itu. Dia sering berkhayal tentang kehidupan diangkasa sana. Aaaah pasti menyenangkan bisa berada diantara bintang. Dulu saat bersama tama, dia sering membicarakan hal-hal konyol tentang apapun itu. Tama memang membawa banyak kebahagiaan buat abbi namun sayangnya tama juga lah yang menorehkan luka dalam dihati abbi. Walaupun abbi sempat menjalin hubungan dengan pria lain setelah kepergian tama, tetap saja nama tama masih terukir indah dihatinya.

Dia mengingat awal pertemuannya dengan tama, waktu itu mereka masih dalam suasana ospek. Disaat mahasiswa lainnya sibuk dengan kegiatan saling mengenal diantara mahasiswa, abbi justru menghabiskan waktu dibawah pohon rindang ditaman kampusnya. Abbi terlalu takut untuk memulai mencari teman. Dia memang kurang pandai bergaul. Disaat itulah tama datang menghampirinya, sosok tama yang tampan dan ramah langsung membuat abbi merasakan hal yang berbeda. Mungkin semacam love at the first sight.

Sejak itu mereka menjadi lebih dekat, ditambah lagi tama langsung menyatakan perasaannya beberapa bulan setelahnya yang langsung dijawab iya oleh abbi. Selama 3 tahun berpacaran bukannya tidak ada masalah yang datang menerpa hubungan mereka, ada saja orang-orang yang ingin menghancurkan hubungan mereka, apalagi dengan wajah tampan yang dimiliki tama membuat banyak kaum hawa menjadi iri dan tak sedikit pula yang ingin menyakiti abbi.

Untungnya tama selalu melindungi abbi disaat-saat tersulitnya. Tama juga merupakan sosok yang romantis. Tidak jarang dia selalu memberikan kejutan-kejutan kecil namun berefek besar bagi abbi. Seperti memberikan coklat hampir tiap hari, atau memberikan bunga setiap hari minggu, dan mengajak abbi untuk makan malam dengan suasana yang romantis pada saat moment-moment tertentu.

Air mata abbi tak bisa dibendung lagi, kenangan saat bersama tama selalu sukses membuatnya menangis. Sejujurnya dia merindukan sosok tama. Lagian ada banyak pertanyaan yang ingin dia tanyakan kepada tama. Dia ingin mengetahui apa alasan tama meninggalkannya.

Ceklek.

"Bii, lo ngapain dibalkon malem-malem gini" ucap dini sambil melangkah kearah balkon. Dini membawa dua gelas cokelat panas ditangannya. Mereka memang menyukai cokelat panas. Aroma cokelat langsung saja menusuk ke indra penciuman abbi. Dia pun menoleh ke arah dini dengan tersenyum.

"Menikmati malam seperti biasanya, waah lo romantis banget malem-malem bawain gue cokelat panas". Ucapnya sambil tersenyum lebar hingga memperlihatkan deretan gigi-gigi abbi. Abbi seperti sedang tersenyum terpaksa, bekas air mata masih ada dipipinya.

"Lo habis nangis bi ? Kenapa ? Bukannya masalah skripsi udah dibantuin kak dimas ya ?". Dini duduk di kursi yang ada dibalkonnya abbi. Setau dini, abbi hanya sedih karena skripsinya.

"Bukan skripsi din, tapi tama. Gue kangen sama dia. Gue selalu berharap dia ngehubungin gue suatu saat nanti dan menjelaskan apa yang terjadi sebenernya". Abbi mamandang kearah langit sambil berkaca-kaca. Dini yang melihat kesedihan dan penderitaan dimata abbi sangat tidak tega melihatnya. Dini juga tidak habis fikir kenapa tama menghilang begitu saja. Dia masih sangat ingat gimana bahagianya abbi dan tama dihari wisuda tama. Abbi membantu tama mempersiapkan segalanya. Namun sayangnya, 3 hari setelah tama wisuda dia menghilang begitu saja seakan ditelan bumi. Dia pergi tanpa memberi kabar kepada abbi.

"Gue tau gimana perasaan lo bi, ini semua emang berat buat lo. Please lupain dia bi, lupain semuanya. Ini bahkan sudah hampir 1 tahun sejak kepergian dia". Dini mengelus-ngelus punggung abbi untuk menenangkan abbi. Ini bukan pertama kalinya abbi menangis saat mengingat tama. Dia berharap abbi bisa menemukan kebahagiaannya dengan pria baik-baik yang sangat mencintainya dan tidak akan menyakitinya.

"Gue tau din, thank's untuk selalu ada disamping gue". Abbi memeluk dini dan menumpahkan kesedihannya malam itu di bahu dini.

•••••••••••••••••••••••••••

"Yeeeiii jalaaan-jalaaan ". Ucap dini dengan riangnya.

Hari ini, mereka berenam akan pergi jalan-jalan ketaman hiburan. Mereka pergi menggunakan mobil reno. Reno sudah duduk dibelakang kemudi dengan mona dibangku sebelahnya. Sementara abbi dan dimas kebagian bangku tengah karena dini dan mario memilih bangku belakang. Untuk ketaman hiburan mereka menempuh perjalanan kurang lebih selama 1 jam. Selama diperjalanan mereka sama sekali tidak merasa bosan. Ada saja yang mereka obrolkan seakan tidak pernah kehabisan bahan untuk bercerita. Abbi yang semalem kurang tidur malah tertidur dengan nyenyaknya. Melihat itu dimas langsung menggeser posisi duduknya dan membimbing abbi untuk tertidur dipahanya. Sesekali dimas mengelus-ngelus rambut abbi yang membuat abbi makin terlelap dalam tidurnya.

"Baiklah, kita sudah sampai". Ucap reno.

"Bi, abbi..bangunlah. kita sudah sampai". Ucap dimas lembut. Dia menepuk-nepuk pipi abbi pelan. Abbi langsung saja terduduk kembali sambil mengucek-ngucek matanya seperti anak kecil. Dimas yang melihat tingkahnya tersebut hanya tersenyum geli. Dia menyukai ekspresi abbi saat sedang mncoba terbangun tersebut. "Astaga, jika dia selalu bertingkah seperti bocah seperti ini, aku tidak akan tahan untuk tidak memeluknya". Batinnya.

"Wah sudah sampai ya". Ucap abbi. Namun dia masih saja duduk didalam mobil. Dini yang masih berada dibangku belakang langsung saja menyuruh abbi keluar agar dia bisa keluar juga dari mobil. "Cepetan keluar woii, lelet banget lo kek siput". Cerocosnya. Abbi pun langsung merengut kesal dan keluar dari mobil.

"Jadi kita mau naik wahana apa ?". Kata mona kepada yang laiinya saat mereka sedang berkumpul.

"Ke rumah hantu dulu yuuuk". Ucap dini semangat. "Kayak kamu berani aja yaang". Mario menimpali ucapan dini. Mario yang notabene pacar dini sangat mengetahui gimana aslinya dini. Dia memang terlihat pemberani seakan tidak takut apapun. Padahal kenyataannya mah tidak sepemberani itu.

"Kan ada kamu sayaang". Ucapnya sambil bergelayut manja dilengan mario. Abbi yang melihatnya pun langsung mengeluarkan ekspresi mau muntah kepada dini yang dihadiahi pelototan tajamnya. "Yang jomblo ga usah sirik deh". Ucap dini lagi.

Akhirnya mereka semua menuruti keinginan dini untuk masuk kerumah hantu. Para pria tentu saja senang dengan ide dini tersebut. Karena bisa dipastikan gadis-gadis mereka akan menempel seperti perangko karena ketakutan dengan hantu-hantu yang jelas sekali kalo itu manusia. Dimas pun tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk berdekatan dengan abbi. Sesekali abbi memeluknya dengan erat karena sangat ketakutan. "Benar-benar hari yang menyenangkan". Batin dimas.

Setelah keluar dari rumah hantu mereka memutuskan untuk berpisah dan bertemu lagi 2 jam kemudian. Saat pasangan lainnya sibuk ingin menaiki berbagai wahana, abbi dan dimas justru bingung akan melakukan apa. Mereka kan bukan pasangan seperti yang lainnya.

"Jadi kita harus kemana sekarang ?". Ucap dimas.

"Entahlah kak, bagaimana kalo kita duduk dulu disana kak. Aku capek kak". Ucap abbi sambil menunjuk salah satu bangku panjang yang ada disana. Dimas pun langsung mengiyakan dan menggandeng abbi. Ya, selama disana dimas memang tidak membiarkan abbi untuk berjalan sendirian. Dia selalu menggenggam erat tangan abbi layaknya sepasang kekasih. Abbi pun tidak protes dengan perlakuan dimas. Mungkin karena abbi memang takut jika berjalan sendirian disana. Atau karena abbi memang merasakan kenyamanan yang luar biasa. Entahlaah, sepertinya abbi belum tau jawabannya. Yang jelas dia hanya ingin menikmati kebersamaan mereka.

Abbi dan dimas duduk sambil melihat-lihat ke segala arah ditaman bermain. Pandangan abbi terhenti melihat permen kapas berwarna pink yang dijual seorang pedagang. Dimas yang mengikuti arah pandangan abbi pun langsung tersenyum tipis. Dia tau pasti abbi menginginkan permen kapas itu.

"Abbi, tunggu disini sebentar. Kakak ada perlu" ucapnya yang dijawab anggukan oleh abbi. "Hati-hati disini dan jangan kemana-mana". Ucap dimas lagi.

Saat dimas pergi, abbi melihat anak kecil berbaju pink sedang menangis sendirian ditengah banyaknya orang yang berlalu lalang. Anak kecil itu kira-kira berumur 5 tahunan. Abbi langsung saja menghampiri anak itu dan berjongkok mensejajarkan tingginya. "Hei cantik, kenapa menangis ? Mamamu mana sayang". Ucap abbi lembut sambil mengelus-ngelus kepala anak itu dengan sayang.

Anak itu melihat abbi dengan takut-takut. "Jangan takut, kakak tidak akan menyakitimu". Ucapnya sambil tersenyum tulus. Sepertinya usaha abbi tidak sia-sia. Anak itu sudah tidak menampakkan raut wajah takutnya.

"Caca ga tau mami dimana. Tadi caca ingin membeli ice cream ini. Setelah itu caca ga bisa menemukan mami". Anak itu berbicara dengan polosnya. Abbi yang menyadari anak ini tersesat dan kehilangan maminya langsung menghapus air mata yang masih berbekas dipipinya. "Jangan sedih sayang, kakak bakal nemenin kamu dan bantuin nyari mami". Ucap abbi menenangkan anak kecil bernama caca tersebut.

Saat menggandeng caca ke bangku panjang yang diduduki abbi tadi, mereka mendengar suara seseorang memanggil nama caca. Caca reflek melepaskan genggaman tangannya dan berlari kearah wanita cantik yang dipanggilnya mami. Abbi pun melihat ibu dan anak itu dengan rasa haru.

"Terima kasih sudah menjaga caca". Ucap wanita cantik itu dengan ramah.

"Sama-sama, saya senang bisa bertemu caca"

"Kalo gitu kami pergi dulu, sekali lagi terima kasih". Ucap wanita itu lagi, kemudian dia menyuruh anaknya untuk berpamitan. "Ayo sayang, pamit sama kakaknyaa".

"Caca pergi kak, terima kasih udah jagain caca" ucap caca sambil mencium punggung tangan abbi. Abbi pun mengecup pipi caca sekilas. "Bye kakak cantiik". Ucap caca lagi.

Dimas yang melihat kejadian itu pun tersenyum penuh arti. Dia datang dengan membawa permen kapas berukuran besar ditangannya. "Ini buat peri penyelamat". Ucap dimas sambil tersenyum tulus. Dia menyodorkan permen kapas itu dihadapan abbi. Abbi langsung berbinar melihat permen kapas yang memang dari tadi diinginkannya.

"Waaah permen kapas, makasiih kak dimas ". Abbi tersenyum lebar menerima permen kapasnya. Dia terkekeh geli melihat tingkah bocah abbi.

"Kakak tau kamu menginginkan ini dari tadi". Ucapnya dimas. Abbi melihat dimas dengan ekspresi bingung. "Kakak tau dari mana ?".

"Kamu ngeliatin ini dari tadi sampai pengen ngiler, makanya kakak tau". Dimas mencoba menggoda abbi. Dia sangat menyukai ekspresi kesal abbi. Jadi selagi ada kesempatan dia akan selalu berusaha untuk menggoda abbi.

"Yeee, ga sampe ngiler juga kalii kak". Abbi mengerucutkan bibirnya. Dimas yang semakin gemas melihat tingkah abbi pun langsung mengacak pelan rambut abbi.

Dimas dan abbi berjalan-jalan mengitari taman hiburan. Sesekali abbi menyodorkan permen kapasnya kepada dimas. Mereka memang tidak menaiki wahana apapun karena abbi menolaknya. Abbi lebih suka berjalan-jalan sambil melihat-lihat. Saat akan melewati sekelompok boneka raksasa yang berjalan kesana-kemari abbi langsung saja diam hingga dimas yang masih menggandeng abbi sontak melihat kebelakang.

"Kenapa ?". Dimas heran melihat wajah abbi yang sedikit pucat. Dia berdiri tepat dihadapan abbi. "Kamu ga papa ?". Tanya dimas lagi karena abbi hanya diam saja dari tadi.

"Hmmm, kita ga usah lewat sana kak. Kita balik lagi aja yaa". Rengeknya kepada dimas. Dimas mengerutkan dahinya. Dia makin bingung dengan sikap abbi. Ditambah lagi keringat mulai bercucuran di dahi abbi.

"Memangnya kenapa bi ? Ada yang mengganggu kamu ?" Tanyanya lagi. Abbi makin gelisah ditempatnya berdiri. Dia langsung saja menarik dimas untuk menjauh dari sana. Setelah dirasa sudah cukup jauh, abbi memberhentikan langkahnya dan menatap dimas dengan gugup.

"Hmmmm...sebenernyaa....aku takut sama boneka-boneka yang berjalan itu kak". Ucap abbi gugup. Sontak dimas tertawa dengan kencangnya mendengar alasan abbi. Dia tidak menyangka kalo hal yang bikin abbi ketakutan setengah mati itu ternyata boneka-boneka raksasa yang bagi banyak orang sangat lucu dan menggemaskan. Orang-orang berlomba-lomba untuk bisa foto bareng dengan itu, sedangkan abbi malah lari ketakutan.

Abbi yang mulai kesal karena dimas masih menertawakannya pun langsung menghentakan kakinya dan segera pergi dari sana. "Iih kakak nyebeliin. Ketawain aja terus". Ucapnya sebelum meninggalkan dimas.

Dimas mengejar abbi yang sedang berlari. Kerumunan orang-orang yang berada disana sedikit menyulitkan dimas untuk mengejar abbi. Saat sudah berada dibelakang abbi dimas langsung menarik lengan abbi hingga abbi menghadap kearahnya dan dimas pun langsung memeluk abbi dengan erat.

"Jangan marah, kakak hanya bercanda". Ucapnya lembut.

Bersambung ~


I Love you, not him

Oleh NindyKornelia 0 comments

"Gadis cantik sepertimu tidak pantas menangis". Sesorang mengulurkan sapu tangannya didepan wajah abbi. Abbi yang dari tadi menunduk langsung mendongak dan melihat orang yang sudah berdiri didepannya. Pria tampan dengan senyum yang mempesona.

"Kakaaak ?". Ucapnya kaget. Dia bingung apa yang dilakukan pria tampan itu disini.

"Hei abbi, jangan menangis. Kamu terlihat sangat jelek saat menangis". Pria itu berbicara sambil mengacak pelan rambut abbi.

"Kak dimas ngapain disini ?". Ya, pria yang didepan abbi itu adalah dimas. Dimas memang berencana mengajak abbi makan siang bareng. Dia sengaja mampir kekafe mona tadi, namun dia hanya bertemu dengan dini dan mona serta pacar mereka masing-masing. Berdasarkan informasi yang didapat dari dini. Dia langsung menyusul abbi kekampusnya.

"Menjemputmu untuk makan siang". Dimas memberikan senyum lebar yang memperlihatkan deretan gigi-giginya dan membuat matanya sedikit mengecil. Seketika abbi terpesona melihatnya. Dimas memang sering tersenyum kepadanya. Namun tidak pernah tersenyum lebar seperti ini. "Astaga, kak dimas benar-benar tampan". Batinnya.

"Heii, kenapa malah bengong, yuuk berangkat". Dimas langsung saja menarik tangan abbi tanpa tau efek dari genggaman tangannya bagi abbi. Abbi yang mendapat perlakuan tiba-tiba dari dimas reflek memegang jantungnya yang berdetak tidak seperti biasanya. Dia pun memandang kearah tangannya yang digenggam oleh dimas. Sekilas dia tersenyum sendiri.

Sesampainya diparkiran, dimas lagi-lagi membukakan pintu mobil untuk abbi. Dan abbi pun lagi-lagi tersenyum dengan perlakuan dimas. "Gue harap jantung gue baik-baik aja". Batin abbi.

Mereka berdua sudah berada di dalam mobil dimas. Namun dimas tak kunjung menjalankan mobilnya yang membuat abbi heran. "Kenapa kak ? Kok diem aja ?". Tanya abbi.

Bukannya menjawab dimas malah menundukan badannya kearah abbi. Abbi pun reflek memundurkan badannya. "Kamu belom pake seat belt". Ucapnya sambil memakaikan seat belt abbi. Abbi langsung menegang dan menahan nafasnya. Dia benar-benar tidak siap dengan posisi sedekat itu. Dimas yang mengetahui abbi menahan nafasnya hanya bisa tersenyum geli melihatnya. Dia lagi-lagi mengacak pelan rambut abbi. "Bernafaslah" ucapnya sambil tersenyum.

Abbi pun menunduk malu karenanya. Bahkan pipinya pun ikutan merona mendapat perlakuan manis dari dimas. "Astaga, benar-benar memalukan. Maaa, anakmu maluuu". Ucapnya dalam hati.

Melihat abbi yang merona seperti itu, dimas jadi ingin menggodanya. "Kamu makin cantik saat pipi kamu memerah seperti itu". Ucap dimas sambil tertawa geli.

"Iiiiih kakak apaan siih". Abbi reflek memukul-mukul pelan lengan dimas. Dimas pun menanggapi dengan tertawa terbahak-bahak.

Dimas dan abbi masih dijalan menuju ke kafe mona. Ya mereka memutuskan untuk makan siang disana. Selain karena abbi memang sering menghabiskan waktu makan siang disana, mereka juga ingin makan siaang bareng dini, mona beserta pacar mereka masing-masing. Didalam hati dimas sangat senang dengan rencana mereka ini. Pasti orang-orang akan mengira mereka pacaran karena otomatis mereka berenam seperti sedang mengadakan triple date. Memikirkan hal itu dimas malah senyum-senyum sendiri. Untung saja abbi lagi fokus dengan gadgetnya. Jadi dia tidak perlu menahan malu jika abbi mengetahui tingkah konyolnya.

Sesampainya dikafe, mereka langsung gabung dengan yang lainnya. Abbi dan dimas duduk bersebelahan karena memang cuma itu bangku yang kosong. Lagian dini sudah duduk bersebelahan dengan mario dan mona pun duduk disebelah reno.

"Lama banget siih lo bi, kita udah pada laper tau". Cerocos dini kepada abbi.

"Maceet woii, tanya aja kak dimas kalo ga percaya". Abbi berusaha membela dirinya.

"Kalo tanya dimas mah udah pasti dia belain kamu bi" . Ucap reno yang langsung dihadiahi tatapan melotot oleh dimas. Ya reno memang sengaja ingin menggoda dimas. Dan sepertinya godaannya berhasil. Dimas tampak salah tingkah sekarang. Dan lagi-lagi abbi blushing.

"Ciee ciee abbi blushing ni yee". Dini pun ikut-ikutan menggoda kedua orang yang sama-sama salah tingkah tersebut.

"Udah-udah jangan digodain mulu, ga liat apa muka abbi udah kayak kepiting rebus begitu". Ucap mona yang berusaha menengahi mereka namun malah makin mebuat dini dan yang lainnya kecuali abbi dan dimas tertawa terbahak-bahak.

"Ketawain aja terus". Ucap abbi ketus. "Udah aah makan yuk laperrrrr". Ucap abbi lagi sambil tersenyum lebar. Saat melihat pesenan nya udah dateng abbi langsung melupakan kekesalannya.

"dasarr, giliran makan aja lo semangat banget". Cibiir dini.

"Biariiin, weeek". Ucap abbi sambil memeletkan lidahnya kearah dini. Yang lain hanya bisa tertawa melihat tingkah kekanak-kanakan abbi. Dan dimas lagi-lagi mengacak pelan rambut abbi. "Giih makan, kamu laper kan ?" Tanya dimas yang dijawab anggukan oleh abbi.

Mereka menikmati makan siang dengan obrolan ringan. Dan sesekali dimas mengusap makanan yang ada di sudut bibir abbi dengan tangannya sendiri. Hal itu tidak luput dari penglihatan teman-temannya dan otomatis mereka digoda habis-habisan. Namun yang digoda justru diam saja. Ya, abbi terlalu fokus dengan makanan kesukaannya. Apalagi kalo bukan pecel ayam.

Setelah menyelesaikan makan siang, mereka belum memutuskan untuk pergi dari sana. Dimas dan reno pun tidak kembali kekantor dengan alasan tidak ada pekerjaan lagi. Lagian sebagai seorang CEO, mereka tentu bebas melakukan apapun yang mereka mau.

"Oh ya bii, gimana bimbingan hari ini ?" Tanya dini kepada abbi. Abbi langsung murung dan  menghela nafas berat. "Ditolak lagi". Ucapnya sambil mengaduk-ngaduk orange juicenya dengan sedotan.

"Sabaar ya, lo jangan sedih". Ucap dini sambil mengelus-ngelus lembut tangan abbi. Abbi pun hanya mengangguk-ngangguk.

"Kenapa ga minta tolong dimas aja bi, dimas kan jenius banget". Ucap reno mencoba mencari solusi permasalahan abbi. Abbi pun reflek menatap dimas. "Emang bisa kak ?". Ucapnya ragu kepada dimas.

"Wah sepertinya kamu meragukan kemampuan kakak". Ucap dimas dengan nada tersinggung yang dibuat-buat.

"Bukan gitu kak, lagian mana abbi tau kalo kakak bisa. Kalo tau mah udah dari kemaren-kemaren abbi minta tolong sama kakak". Ucapnya sambil mengerucutkan bibirnya yang sangat terlihat lucu dimata dimas.

"Jangan manyun gitu dong. Mulai sekarang kakak yang bakal bantuin kamu. Ok". Ucapnya sambil mengedipkan sebelah matanya kearah abbi.

"Aaaak beneran kak ? Makasiih kak dimas". Abbi tanpa sadar langsung memeluk dimas dari samping. Dimas menegang untuk sejenak namun setelah itu dia langsung tersenyum lebar. Sementara yang lain langsung pura-pura batuk.

"Modus banget lo bi. Main peluk-peluk kak dimas ajaa". Ucap dini. Abbi melepaskan pelukannya. " ups maaf kak dimas, kelewat seneeng soalnya" abbi menjawab dengan cengiran khasnya.

"Btw besok kakak sama reno mau jalan-jalan ketaman hiburan, sorenya dilanjut kepantai. Kalian mau ikut ga ?" Ucap mona.

"Ikuuuuuut". Ucap dini. "Besok kamu ga ada jadwal kan yaang ?". Tanyanya lagi kepada pacarnya yaitu mario yang langsung dijawab anggukan oleh mario.

"Naah kamu gimana bi ?" Tanya mona kepada abbi. Abbi tampak tidak bersemangat dengan ajakan mona tersebut.

"Hmmm, gimana ya kak. Sebenernya pengen ikut siih. Tapii engga deh. Entar aku malah jadi obat nyamuk". Ucapnya sambil mengerucutkan bibirnya.

"Siapa yang bilang kamu bakal jadi obat nyamuk, kakak ikut kok". Ucap dimas kepada abbi.

"Beneraaan kak ?". Mata abbi langsung berbinar mendengar dimas akan ikut. Otomatis dia akan mempunyai teman saat yang lain sibuk pacaran.

"Beneran dong". Dimas mengacak pelan rambut abbi lagi. Dia senang sekali mengacak pelan rambut abbi. Sepertinya mengacak rambut abbi akan menjadi kebiasaan baru dimas.

Mereka berenam pun menghabiskan siang itu dengan mebicarakan tentang jalan-jalan yang akan dilaksanakan besok. Ya, mereka semua tampak sangat bersemangat.

•••••••••••••••••••••••

Sementara ditempat lain seorang pria lagi sibuk berbicara dengan temannya ditelfon.

"Jadi bagaimana kabarnya ?". Ucapnya.

"Dia baik-baik saja, akhir-akhir ini dia sering terlihat bersama seorang pria pemilik sebuah perusahaan".

"Huft, baiklah. Kalo ada kabar tentang dia tolong kabarin gue ya". Ucapnya lagi

"Sampai kapan lo kayak gini ?. Biarin dia bahagia dengan orang lain kalo lo ga bisa bahagiain dia".

"Bukan urusan lo. Gue cuma minta lo buat ngawasin dia". Ucapnya ketus. Pria itupun langsung mematikan teleponnya. Dia mengambil bingkai foto yang ada di meja kamarnya sambil mengelus wajah orang difoto tersebut.

"Hei mbem, I miss you and I'm sorry". Ucapnya pelan.


Bersambung ~


I Love you, not him

Oleh NindyKornelia 0 comments

Seorang wanita paruh baya sedang terbaring lemah dirumah sakit. Wanita itu adalah laura, ibu kandung dimas. Dia memiliki penyakit magg akut jadi tidak heran kalo dia sering bolak-balik masuk rumah sakit. Dia sangat berharap dimas segera menikah, karena dia sering kesepian berada dirumah. Pasalnya ayah dimas sering keluar kota untuk menangani bisnisnya yang sudah menyebar ke berbagai kota. Sedangkan dimas lebih memilih tinggal sendiri diapartementnya.

Ceklek.

"Mamii" ucap dimas lembut sambil berjalan kearah ranjang ibunya yang disambut senyum sumringah oleh sang ibu. "Kamu disini sayang". Ucap ibu lemah. Dimas yang melihat kondisi ibunya merasa sangat sedih. Sebagai anak tunggal dimas tau betul bagaimana perasaan ibunya yang sering kesepian dirumah.

"Tentu saja dimas disini mi, maafin dimas mi". Dimas mencium punggung tangan ibunya kemudian disusul dengan mengecup dahi ibunya. Abbi yang baru menyusul dimas pun menyaksikan dengan tersenyum haru. Dia bisa melihat bagaimana sayangnya dimas kepada ibunya. "Ga papa sayang, mami tau kamu sibuk". Ibu dimas mengelus sayang kepala dimas.

"Jadii siapa gadis cantik ini sayang?". Tanya ibu dimas. Dia baru menyadari kalau dimas tidak datang sendiri.

"Kenalin, saya abigail tante. Panggil saja abbi" abbi mencium punggung tangan ibunya dimas. Ibu dimas tersenyum dan menyuruh abbi duduk didekat ranjangnya. "Kamu cantik sekali sayang". Ucapnya.

Ibu dimas senang dengan kedatangan abbi. Abbi memang gampang akrab pada siapapun. Jadi dia sama sekai tidak canggung mengobrol dengan ibu dimas. Apalagi ibu dimas juga bukan tipe orang tua yang bersifat kolot. Akhirnya mereka menghabiskan waktu dengan membahas masalah fashion. Dimas hanya duduk-duduk sambil memperhatikan kedua orang yang disayanginya itu. Didalam hati dimas berdoa agar suatu saat nanti abbi bisa mencintainya.

"Mi, udah malam. Mami istirahat ya. Lagian abbi juga harus pulang". Ucap dimas kepada ibunya. Dia tidak mau kesehatan ibunya menurun lagi. Abbi juga sepertinya sudah mengantuk. Dia tidak tega melihatnya.

"Ya sudah, kamu anter abbi ya sayang. Besok main kesini lagi ya. Mami seneng ngobrol sama abbi". Ucap ibu dimas tulus. Dulu dia ingin sekali punya anak perempuan. Tapi karena bermasalah dengan rahimnya setelah melahirkan dimas, dia harus merelakan rahimnya diangkat. Makanya dia ingin sekali dimas segera menikah. Dan setelah bertemu abbi dia ingin sekali abbi yang menjadi menantunya.

Dimas pun pamit kepada ibunya dengan mengecup sekilas dahi ibunya. Abbi pun mencium punggung tangan ibu dimas dan ikut berpamitan.

Selama diperjalanan pulang kekos abbi. Hanya suasana hening yang menemani mereka. Abbi sepertinya benar-benar lelah hingga akhirnya dia tertidur. Dimas pun tidak tega untuk membangunkan abbi. Jadi dibiarkannya saja abbi hanyut dalam mimpinya. "Bahkan disaat tidurpun, dia masih terlihat sangat cantik" batin dimas. Dan entah dapat keberanian darimana, dimas mengecup dahi abbi sekilas. "I think I'm in love with you, please be mine". Gumamnya pelan.

•••••••••••••••••••••••••

Abbi baru bangun dari tidur lelapnya. Dia menatap heran ke sekelilingnya. "Kok gue udah dikamar aja, perasaan semalem dirumah sakit deh". Abbi berbicara pada dirinya sendiri. Dia mencoba mengingat-ngingat apa yang terjadi semalem. "Ya ampun, semalem kan gue dianterin kak dimas. Jadi yang gendong gue ke kamar siapa ?". Ucapnya lagi.

"Wah wah wah putri tidur kita udah bangun ternyata. Mentang-mentang dianter + DIGENDONG pangeran tampan tidurnya pulas banget. Berasa dinegeri dongeng lo". Cerocos dini kepada abbi.

"Berisik banget lo, masih pagi udah bawel aja. Eh emang beneran kak dimas yang gendong gue ?" tanya abbi dengan keponya. Dia ingin memastikan apakah benar dimas yang menggendongnya.

"Menurut lo ? Ya jelas kak dimas lah. Ga mungkin gue kuat gendong lo sendirian. Inget berat neng". Cibir dini.

"Uuu dasar, bodo ah. Gue ga inget semalem. Kecapekan soalnya. Eh btw sekarang jam berapa ?" Tanya abbi dengan polosnya. Abbi mencari-cari hp nya untuk melihat jam. Dikamarnya memang tidak ada jam dinding. Dia terbiasa menggunakan hpnya untuk melihat tanggal serta waktu.

"Jam 9.40". Dini menjawab singkat.

"WHAT ? mampus gue". Abbi menepok jidatnya habis itu langsung lari kekamar mandi. Dia ingat harus menemui dosen pembimbingnya jam 10.00. Kalau sampai dia telat bisa dipastikan dosen pembimbingnya itu tidak akan berada dikampus lagi. Otomatis dia harus menunggu sampai minggu depan.

Abbi yang notabene mahasiswi semester akhir memang masih mempunyai kendala dengan skripsinya. Pasalnya salah satu dosen pembimbingnya terkenal dengan killernya serta ketelitiannya. Jika dosennya bilang ganti judul itu berarti harus diganti tanpa bisa didiskusikan lagi. Sudah banyak mahasiswa bimbingannya yang telat wisuda karenanya. Da abbi harus ekstra sabar dalam menghadapi dosennya itu. Tidak jarang abbi menerima penolakan saat mau bimbingan. Padahal jadwal bimbingan hanya dijadwalkan satu minggu sekali. Abbi ga bisa ngebayangin kapan akan wisuda kalau dia melewatkan satu kali kesempatan jadwal bimbingannya.

•••••••••••••••••••••••

Suasana kampus terlihat sangat sepi. Mungkin karena masih jam kuliah jadi tidak banyak mahasiswa dan mahasiswi yang berkeliaran. Abbi terduduk lesu disalah satu bangku panjang yang ada di taman kampusnya. Sesekali dia menyeka air mata yang jatuh dipipinya. Dia sedih karena lagi-lagi dosen killernya menolak judul yang dia ajukan. Padahal dosen pembimbing yang lainnya sudah menyetujui. Dia tidak tau lagi harus gimana. Dia ingin sekali cepat wisuda meninggalkan kampus ini. Apalagi dikampus ini menyisakan banyak kenangan indah yang dilalui abbi bersama seseorang dimasa lalunya. Bukan masalah skripsi saja yang membuat abbi menitikan air matanya. EDO, ya pria itu benar-benar telah melukai hatinya. Dia tidak menyangka edo yang selama ini selalu baik dan berbicara lembut kepadanya bisa sekasar tadi.

Flashback

"Heii do, mau bimbingan juga ?" Abbi menyapa edo yang duduk di bangku panjang yang berada diluar ruangan dosen. Dilihat dari penampilan dan barang bawaannya sangat terlihat kalo edo mau menemui dosen pembimbingnya juga.

"Menurut lo ?" Jawab edo ketus. Abbi kaget dengan jawaban edo. Tidak biasanya edo ketus seperti itu. Dan edo tidak pernah menggunakan kata gue-elo kepada abbi. Bahkan saat pertama kali kenal pun mereka selalu menggunakan aku-kamu.

Abbi sebenernya ingin bertanya lagi kepada edo. Namun sekarang adalah gilirannya untuk bimbingan. "Aku bimbingan dulu ya". Ucap abbi dengan senyum tulusnya. Saat abbi mau masuk keruangan dosen dia mendengar suara edo memanggilnya. "Tunggu, gue punya saran nih buat lo. Kalo judul lo ga diterima lagi mending lo gunain aja diri lo buat ngerayu dosennya. Lagian lo juga udah biasa kan sama cowo-cowo kaya. Gue jadi penasaran sama TARIF lo". Edo menekankan kata tarif kepada abbi.

DEG.

Jantung abbi berdetak dua kali lebih cepat. Dia tidak menyangka edo akan sekasar itu. Gimana bisa edo berfikir dia gadis seperti itu. Dia ingin memaki-maki edo saat itu juga tapi dia juga ingat kalo didalam ada banyak dosen. Dia juga harus bimbingan sekarang. Abbi hanya bisa menghela nafas berat untuk menormalkan jantungnya dan menurunkan emosinya. Sebelum masuk dia melihat kearah edo dan memberikan senyum tulusnya. Ya, dia memutuskan untuk tidak menanggapi omongan edo. Dia tidak mau berurusan lagi dengannya.

Flashback off.

Air mata abbi masih saja mengalir, dia benci menjadi cengeng seperti ini. Entahlah, dari kecil dia memang sudah cengeng. Apalagi dengan fakta bahwa dimanjakan dari kecil makin membuat dirinya tidak bisa menerima perlakuan kasar dari orang lain.

"Gadis cantik sepertimu tidak pantas menangis". Sesorang mengulurkan sapu tangannya didepan wajah abbi. Abbi yang dari tadi menunduk langsung mendongak dan melihat seseorang yang sudah berdiri didepannya. Pria tampan dengan senyum yang mempesona.

"Kakaaak ?". Ucapnya kaget. Dia bingung apa yang dilakukan cowo tampan itu disini.


Bersambung ~


 

sikunin Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea