Abbi sedang menikmati suasana malam dari balkon kamar kosnya. Malam ini langit tampak indah dengan pemandangan jutaan bintang yang berkerlap-kerlip. Dia menengadahkan kepalanya untuk melihat pemandangan itu. Dia sering berkhayal tentang kehidupan diangkasa sana. Aaaah pasti menyenangkan bisa berada diantara bintang. Dulu saat bersama tama, dia sering membicarakan hal-hal konyol tentang apapun itu. Tama memang membawa banyak kebahagiaan buat abbi namun sayangnya tama juga lah yang menorehkan luka dalam dihati abbi. Walaupun abbi sempat menjalin hubungan dengan pria lain setelah kepergian tama, tetap saja nama tama masih terukir indah dihatinya.
Dia mengingat awal pertemuannya dengan tama, waktu itu mereka masih dalam suasana ospek. Disaat mahasiswa lainnya sibuk dengan kegiatan saling mengenal diantara mahasiswa, abbi justru menghabiskan waktu dibawah pohon rindang ditaman kampusnya. Abbi terlalu takut untuk memulai mencari teman. Dia memang kurang pandai bergaul. Disaat itulah tama datang menghampirinya, sosok tama yang tampan dan ramah langsung membuat abbi merasakan hal yang berbeda. Mungkin semacam love at the first sight.
Sejak itu mereka menjadi lebih dekat, ditambah lagi tama langsung menyatakan perasaannya beberapa bulan setelahnya yang langsung dijawab iya oleh abbi. Selama 3 tahun berpacaran bukannya tidak ada masalah yang datang menerpa hubungan mereka, ada saja orang-orang yang ingin menghancurkan hubungan mereka, apalagi dengan wajah tampan yang dimiliki tama membuat banyak kaum hawa menjadi iri dan tak sedikit pula yang ingin menyakiti abbi.
Untungnya tama selalu melindungi abbi disaat-saat tersulitnya. Tama juga merupakan sosok yang romantis. Tidak jarang dia selalu memberikan kejutan-kejutan kecil namun berefek besar bagi abbi. Seperti memberikan coklat hampir tiap hari, atau memberikan bunga setiap hari minggu, dan mengajak abbi untuk makan malam dengan suasana yang romantis pada saat moment-moment tertentu.
Air mata abbi tak bisa dibendung lagi, kenangan saat bersama tama selalu sukses membuatnya menangis. Sejujurnya dia merindukan sosok tama. Lagian ada banyak pertanyaan yang ingin dia tanyakan kepada tama. Dia ingin mengetahui apa alasan tama meninggalkannya.
Ceklek.
"Bii, lo ngapain dibalkon malem-malem gini" ucap dini sambil melangkah kearah balkon. Dini membawa dua gelas cokelat panas ditangannya. Mereka memang menyukai cokelat panas. Aroma cokelat langsung saja menusuk ke indra penciuman abbi. Dia pun menoleh ke arah dini dengan tersenyum.
"Menikmati malam seperti biasanya, waah lo romantis banget malem-malem bawain gue cokelat panas". Ucapnya sambil tersenyum lebar hingga memperlihatkan deretan gigi-gigi abbi. Abbi seperti sedang tersenyum terpaksa, bekas air mata masih ada dipipinya.
"Lo habis nangis bi ? Kenapa ? Bukannya masalah skripsi udah dibantuin kak dimas ya ?". Dini duduk di kursi yang ada dibalkonnya abbi. Setau dini, abbi hanya sedih karena skripsinya.
"Bukan skripsi din, tapi tama. Gue kangen sama dia. Gue selalu berharap dia ngehubungin gue suatu saat nanti dan menjelaskan apa yang terjadi sebenernya". Abbi mamandang kearah langit sambil berkaca-kaca. Dini yang melihat kesedihan dan penderitaan dimata abbi sangat tidak tega melihatnya. Dini juga tidak habis fikir kenapa tama menghilang begitu saja. Dia masih sangat ingat gimana bahagianya abbi dan tama dihari wisuda tama. Abbi membantu tama mempersiapkan segalanya. Namun sayangnya, 3 hari setelah tama wisuda dia menghilang begitu saja seakan ditelan bumi. Dia pergi tanpa memberi kabar kepada abbi.
"Gue tau gimana perasaan lo bi, ini semua emang berat buat lo. Please lupain dia bi, lupain semuanya. Ini bahkan sudah hampir 1 tahun sejak kepergian dia". Dini mengelus-ngelus punggung abbi untuk menenangkan abbi. Ini bukan pertama kalinya abbi menangis saat mengingat tama. Dia berharap abbi bisa menemukan kebahagiaannya dengan pria baik-baik yang sangat mencintainya dan tidak akan menyakitinya.
"Gue tau din, thank's untuk selalu ada disamping gue". Abbi memeluk dini dan menumpahkan kesedihannya malam itu di bahu dini.
•••••••••••••••••••••••••••
"Yeeeiii jalaaan-jalaaan ". Ucap dini dengan riangnya.
Hari ini, mereka berenam akan pergi jalan-jalan ketaman hiburan. Mereka pergi menggunakan mobil reno. Reno sudah duduk dibelakang kemudi dengan mona dibangku sebelahnya. Sementara abbi dan dimas kebagian bangku tengah karena dini dan mario memilih bangku belakang. Untuk ketaman hiburan mereka menempuh perjalanan kurang lebih selama 1 jam. Selama diperjalanan mereka sama sekali tidak merasa bosan. Ada saja yang mereka obrolkan seakan tidak pernah kehabisan bahan untuk bercerita. Abbi yang semalem kurang tidur malah tertidur dengan nyenyaknya. Melihat itu dimas langsung menggeser posisi duduknya dan membimbing abbi untuk tertidur dipahanya. Sesekali dimas mengelus-ngelus rambut abbi yang membuat abbi makin terlelap dalam tidurnya.
"Baiklah, kita sudah sampai". Ucap reno.
"Bi, abbi..bangunlah. kita sudah sampai". Ucap dimas lembut. Dia menepuk-nepuk pipi abbi pelan. Abbi langsung saja terduduk kembali sambil mengucek-ngucek matanya seperti anak kecil. Dimas yang melihat tingkahnya tersebut hanya tersenyum geli. Dia menyukai ekspresi abbi saat sedang mncoba terbangun tersebut. "Astaga, jika dia selalu bertingkah seperti bocah seperti ini, aku tidak akan tahan untuk tidak memeluknya". Batinnya.
"Wah sudah sampai ya". Ucap abbi. Namun dia masih saja duduk didalam mobil. Dini yang masih berada dibangku belakang langsung saja menyuruh abbi keluar agar dia bisa keluar juga dari mobil. "Cepetan keluar woii, lelet banget lo kek siput". Cerocosnya. Abbi pun langsung merengut kesal dan keluar dari mobil.
"Jadi kita mau naik wahana apa ?". Kata mona kepada yang laiinya saat mereka sedang berkumpul.
"Ke rumah hantu dulu yuuuk". Ucap dini semangat. "Kayak kamu berani aja yaang". Mario menimpali ucapan dini. Mario yang notabene pacar dini sangat mengetahui gimana aslinya dini. Dia memang terlihat pemberani seakan tidak takut apapun. Padahal kenyataannya mah tidak sepemberani itu.
"Kan ada kamu sayaang". Ucapnya sambil bergelayut manja dilengan mario. Abbi yang melihatnya pun langsung mengeluarkan ekspresi mau muntah kepada dini yang dihadiahi pelototan tajamnya. "Yang jomblo ga usah sirik deh". Ucap dini lagi.
Akhirnya mereka semua menuruti keinginan dini untuk masuk kerumah hantu. Para pria tentu saja senang dengan ide dini tersebut. Karena bisa dipastikan gadis-gadis mereka akan menempel seperti perangko karena ketakutan dengan hantu-hantu yang jelas sekali kalo itu manusia. Dimas pun tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk berdekatan dengan abbi. Sesekali abbi memeluknya dengan erat karena sangat ketakutan. "Benar-benar hari yang menyenangkan". Batin dimas.
Setelah keluar dari rumah hantu mereka memutuskan untuk berpisah dan bertemu lagi 2 jam kemudian. Saat pasangan lainnya sibuk ingin menaiki berbagai wahana, abbi dan dimas justru bingung akan melakukan apa. Mereka kan bukan pasangan seperti yang lainnya.
"Jadi kita harus kemana sekarang ?". Ucap dimas.
"Entahlah kak, bagaimana kalo kita duduk dulu disana kak. Aku capek kak". Ucap abbi sambil menunjuk salah satu bangku panjang yang ada disana. Dimas pun langsung mengiyakan dan menggandeng abbi. Ya, selama disana dimas memang tidak membiarkan abbi untuk berjalan sendirian. Dia selalu menggenggam erat tangan abbi layaknya sepasang kekasih. Abbi pun tidak protes dengan perlakuan dimas. Mungkin karena abbi memang takut jika berjalan sendirian disana. Atau karena abbi memang merasakan kenyamanan yang luar biasa. Entahlaah, sepertinya abbi belum tau jawabannya. Yang jelas dia hanya ingin menikmati kebersamaan mereka.
Abbi dan dimas duduk sambil melihat-lihat ke segala arah ditaman bermain. Pandangan abbi terhenti melihat permen kapas berwarna pink yang dijual seorang pedagang. Dimas yang mengikuti arah pandangan abbi pun langsung tersenyum tipis. Dia tau pasti abbi menginginkan permen kapas itu.
"Abbi, tunggu disini sebentar. Kakak ada perlu" ucapnya yang dijawab anggukan oleh abbi. "Hati-hati disini dan jangan kemana-mana". Ucap dimas lagi.
Saat dimas pergi, abbi melihat anak kecil berbaju pink sedang menangis sendirian ditengah banyaknya orang yang berlalu lalang. Anak kecil itu kira-kira berumur 5 tahunan. Abbi langsung saja menghampiri anak itu dan berjongkok mensejajarkan tingginya. "Hei cantik, kenapa menangis ? Mamamu mana sayang". Ucap abbi lembut sambil mengelus-ngelus kepala anak itu dengan sayang.
Anak itu melihat abbi dengan takut-takut. "Jangan takut, kakak tidak akan menyakitimu". Ucapnya sambil tersenyum tulus. Sepertinya usaha abbi tidak sia-sia. Anak itu sudah tidak menampakkan raut wajah takutnya.
"Caca ga tau mami dimana. Tadi caca ingin membeli ice cream ini. Setelah itu caca ga bisa menemukan mami". Anak itu berbicara dengan polosnya. Abbi yang menyadari anak ini tersesat dan kehilangan maminya langsung menghapus air mata yang masih berbekas dipipinya. "Jangan sedih sayang, kakak bakal nemenin kamu dan bantuin nyari mami". Ucap abbi menenangkan anak kecil bernama caca tersebut.
Saat menggandeng caca ke bangku panjang yang diduduki abbi tadi, mereka mendengar suara seseorang memanggil nama caca. Caca reflek melepaskan genggaman tangannya dan berlari kearah wanita cantik yang dipanggilnya mami. Abbi pun melihat ibu dan anak itu dengan rasa haru.
"Terima kasih sudah menjaga caca". Ucap wanita cantik itu dengan ramah.
"Sama-sama, saya senang bisa bertemu caca"
"Kalo gitu kami pergi dulu, sekali lagi terima kasih". Ucap wanita itu lagi, kemudian dia menyuruh anaknya untuk berpamitan. "Ayo sayang, pamit sama kakaknyaa".
"Caca pergi kak, terima kasih udah jagain caca" ucap caca sambil mencium punggung tangan abbi. Abbi pun mengecup pipi caca sekilas. "Bye kakak cantiik". Ucap caca lagi.
Dimas yang melihat kejadian itu pun tersenyum penuh arti. Dia datang dengan membawa permen kapas berukuran besar ditangannya. "Ini buat peri penyelamat". Ucap dimas sambil tersenyum tulus. Dia menyodorkan permen kapas itu dihadapan abbi. Abbi langsung berbinar melihat permen kapas yang memang dari tadi diinginkannya.
"Waaah permen kapas, makasiih kak dimas ". Abbi tersenyum lebar menerima permen kapasnya. Dia terkekeh geli melihat tingkah bocah abbi.
"Kakak tau kamu menginginkan ini dari tadi". Ucapnya dimas. Abbi melihat dimas dengan ekspresi bingung. "Kakak tau dari mana ?".
"Kamu ngeliatin ini dari tadi sampai pengen ngiler, makanya kakak tau". Dimas mencoba menggoda abbi. Dia sangat menyukai ekspresi kesal abbi. Jadi selagi ada kesempatan dia akan selalu berusaha untuk menggoda abbi.
"Yeee, ga sampe ngiler juga kalii kak". Abbi mengerucutkan bibirnya. Dimas yang semakin gemas melihat tingkah abbi pun langsung mengacak pelan rambut abbi.
Dimas dan abbi berjalan-jalan mengitari taman hiburan. Sesekali abbi menyodorkan permen kapasnya kepada dimas. Mereka memang tidak menaiki wahana apapun karena abbi menolaknya. Abbi lebih suka berjalan-jalan sambil melihat-lihat. Saat akan melewati sekelompok boneka raksasa yang berjalan kesana-kemari abbi langsung saja diam hingga dimas yang masih menggandeng abbi sontak melihat kebelakang.
"Kenapa ?". Dimas heran melihat wajah abbi yang sedikit pucat. Dia berdiri tepat dihadapan abbi. "Kamu ga papa ?". Tanya dimas lagi karena abbi hanya diam saja dari tadi.
"Hmmm, kita ga usah lewat sana kak. Kita balik lagi aja yaa". Rengeknya kepada dimas. Dimas mengerutkan dahinya. Dia makin bingung dengan sikap abbi. Ditambah lagi keringat mulai bercucuran di dahi abbi.
"Memangnya kenapa bi ? Ada yang mengganggu kamu ?" Tanyanya lagi. Abbi makin gelisah ditempatnya berdiri. Dia langsung saja menarik dimas untuk menjauh dari sana. Setelah dirasa sudah cukup jauh, abbi memberhentikan langkahnya dan menatap dimas dengan gugup.
"Hmmmm...sebenernyaa....aku takut sama boneka-boneka yang berjalan itu kak". Ucap abbi gugup. Sontak dimas tertawa dengan kencangnya mendengar alasan abbi. Dia tidak menyangka kalo hal yang bikin abbi ketakutan setengah mati itu ternyata boneka-boneka raksasa yang bagi banyak orang sangat lucu dan menggemaskan. Orang-orang berlomba-lomba untuk bisa foto bareng dengan itu, sedangkan abbi malah lari ketakutan.
Abbi yang mulai kesal karena dimas masih menertawakannya pun langsung menghentakan kakinya dan segera pergi dari sana. "Iih kakak nyebeliin. Ketawain aja terus". Ucapnya sebelum meninggalkan dimas.
Dimas mengejar abbi yang sedang berlari. Kerumunan orang-orang yang berada disana sedikit menyulitkan dimas untuk mengejar abbi. Saat sudah berada dibelakang abbi dimas langsung menarik lengan abbi hingga abbi menghadap kearahnya dan dimas pun langsung memeluk abbi dengan erat.
"Jangan marah, kakak hanya bercanda". Ucapnya lembut.
Bersambung ~
I Love you, not him
Oleh
NindyKornelia
Categories
Part 6
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment