Abbi benar-benar marah dengan gosip yang beredar tentang dirinya. Siapa yang tega memfitnah dirinya sekejam itu. Selama ini abbi terkenal dengan sifat baik dan polosnya. Namun sepertinya tidak lagi sekarang. Dia harus menemukan pengecut itu. Yaa harus !.
Abbi berusaha mengabaikan pandangan meremehkan orang-orang sekitar. Dia tidak peduli sekarang. Toh jika dia bisa menemukan orang yang memfitnahnya dan bikin perhitungan, tentu tidak ada lagi orang yang mengganggunya.
"Dinii, gue nyariin lo dari tadi". Ucap abbi sambil duduk disebelah dini. Dini lagi sibuk searching dengan laptop kesayangannya. Mungkin sedang mencari bahan untuk menyelesaikan skripsinya. Sontak dia langsung melihat kearah abbi dan mengerutkan dahinya.
"Emangnya gue ilang ampe dicariin, eh btw lo udah denger gosip terbaru belom ?". Tanya dini kepada abbi. Dia agak was-was juga sebenernya.
"Udah, dan gue pengen nyari tau siapa si pengecut itu". Ucap abbi dengan tatapan tajam kedepan. Dini yang tidak biasa melihat abbi se emosi ini langsung mematikan laptopnya dan membereskan barang-barangnya.
"Mending kita pulang aja, ga usah ditanggepin cowok kayak gitu, ntar dia kesenengan". Ucap dini lagi. Abbi pun langsung mengerutkan dahinya.
"Cowok ? Jadi yang nyebarin gosip itu cowok ?
Siapa emang ?". Desak abbi kepada dini. Dini yang sadar telah keceplosanpun cuma bisa menepuk dahinya pelan. Dia ngerasa bego karena udah salah bicara. Padahal niatnya dia tidak ingin abbi tau siapa orang itu. Namun sepertinya dia tidak bisa menolak lagi. Abbi pasti akan terus memaksanya untuk mengatakan yang sebenernya.
"Hmm, sebelumnya lo tenangin diri lo dulu. Gue ga pengen lo sedih". Ucap dini menenangkan.
"Gue ga sedih din, gue emosii. Jadi please cepetan kasih tau gue". Abbi benar-benar tidak bisa menunggu lagi. Dia ingin membuat perhitungan dengan orang itu.
"Orang ituu.....hhmmm....orang itu adalah edo". Dini mengucapkan dengan sangat pelan. Dia tidak tega sebenernya kepada abbi. Walau bagaimanapun abbi pernah mencintai edo. Dini memperhatikan ekspresi abbi yang terlihat sangat datar.
"Brengsek". Umpat abbi. Dia langsung meninggalkan dini begitu saja.
"Woiii. Tungguuu". Ucap dini sambil mengejar abbi.
Abbi tidak menghiraukan panggilan dini. Yang ada didalam fikirannya cuma satu yaitu bikin perhitungan sama edo. Dia sedang berjalan cepat menuju kearah edo yang tadi tidak sengaja dilihatnya sedang makan dikantin kampus. Dia sudah tidak tahan dengan kelakuan edo. Dia tidak mempermasalahkan saat edo merendahkannya beberapa hari yang lalu. Namun sekarang beda ceritanya. Satu kampus sudah memandang rendah dirinya.
Abbi memandang tajam kearah edo yang sedang ngobrol sama teman-temannya. Dia melangkah dengan emosi yang diikuti oleh dini dari belakang. Tidak perlu lama abbi sudah berada di dekat edo.
PLAK
"Ini buat mulut lo yang kurang ajar". Ucap abbi setelah menampar edo tepat dipipinya.
BYUUUURR.
Abbi menyiram edo dengan segelas air yang ada di meja tersebut.
"dan ini buat sikap pengecut lo". Ucapnya lagi. Abbi benar-benar tidak memberikan edo kesempatan untuk membela diri karna abbi telah bersiap untuk pergi dari sana.
"Ah yaa satu lagi". Abbi memandang tajam kearah edo. "Gue ga pernah menyangka jika lo se banci ini sampai menyebarkan gosip murahan seperti itu. Gue nyesel pernah mencintai laki-laki brengsek kayak lo". Lalu abbi pun pergi dari sana. Tentu saja masih dissusul oleh dini dibelakangnya.
Edo cuma bisa memandang punggung abbi yang makin lama makin jauh. Dia tidak menyangka abbi akan bertindak seperti itu. Apalagi abbi menggunakan kata lo-gue dengan mantapnya. Ditambah dengan tatapan penuh kebencian dari abbi. Edo merasakan dadany sesak setelah kepergian abbi.
"Gue ga tau kalo gosip itu dari lo, gue harap lo minta maaf sama abbi. Lo bener-bener keterlaluan do". Ucap salah satu temennya sambil menepuk pelan pundak edo.
Edo tidak menanggapi ucapan temennya. Dia memilih untuk pergi dari sana. Dia benar-benar kacau sekarang.
••••••••••••••••••••••••
Setelah peperangan kecil yang dimenangkan oleh abbi. Abbi memilih untuk membatalkan bimbingannya. Dia tidak ingin emsoi yang masih menguasai dirinya malah berdampak buruk bagi skripsinya. Dia ingin menenangkan diri ke kafe biasa. Dini cuma bisa mendukung abbi apapun yang ingin dilakukannya sekarang. Dia tau pasti kalo abbi masih emosi. Lagian abbi tidak pernah seemosi ini sampai berani menampar orang.
Mereka berdua, abbi dan dini sedang menikmati suasana kafe dengan minuman kesukaan mereka. Keduanya masih belum ada yang berbicara. Dini masih membiarkan abbi tenang dulu. Dia tidak mau memperkeruh suasana nantinya.
"Woii, ngapain pada diem-dieman ?". Ucap mona yang dari tadi memperhatikan suasana aneh diantara mereka.
"Takut ada gajah ngamuk kak". Ucap dini sambil bergidik ngeri yang dihadiahi jitakan kecil dikepalanya oleh abbi.
"Kampreet lo, emangnya gue gajah apa". Ucap abbi ketus.
"Yee, emang gue ngomongin loo. Ge-er banget siih sayaaang". Ucap dini dengan nada manja yang tampak menjijikan oleh abbi. Mona terkekeh geli melihat dua gadis yang telah dianggapnya adik tersebut.
"Jadii ada kejadian apa hari ini ?". Kata mona lagi. Dia yakin pasti ada sesuatu yang terjadi.
"Kakak ga akan percaya kalo ga liat sendiri kejadiannya. Abbi kita udah berani sekarang. Bahkan dia menampar serta menyiram laki-laki brengsek dikampus". Ucap dini antusias.
"What ? Serius ? Siapa laki-laki itu ? Abbi ga papa kan ?". Kata mona dengan rentetan pertanyaannya.
"Ya ga papa kak, tuh buktinya". Dini menunjuk abbi menggunakan dagunya.
Akhirnya abbi menceritakan semua yang terjadi hari itu sama mona. Mona menanggapi dengan mengangguk-nganggukan kepalanya. Sejujurnya ada kekhawatiran tersendiri bagi mona. Dia tidak mau terjadi apa-apa pada abbi nantinya. Takutnya edo tidak terima dengan perlakuan abbi tadi.
•••••••••••••••••••••••••••
Seorang pria sedang berkutat dibelakang meja kerjanya. Tak lama terdengar hpnya berdering pertanda ada panggilan masuk. Saat melihat siapa yang menelpon dia langsung mengangkatnya.
"Ada info apa ?". Ucap pria tersebut kepada sipenelpon. Sepertinya sipenelepon memang sengaja ditugaskan untuk mencari info yang diinginkannya.
"Lo pasti ga akan percaya mendengarnya". Ucap sipenelepon.
"Ga usah basa-basi. Gue sibuk. Cepetan kasih tau apa yang terjadi". Pria itu tidak sabar dengan berita yang ingin didengarnya.
"Gadis yang lo cintai itu menampar seorang laki-laki. Namanya edo. Dia mantan kekasihnya".
"Bagaimana keadaannya ? Maksud gue apa abbi baik-baik saja ?". Pria itu terlihat sangat khawatir.
"Sejauh ini baik-baik saja. Lagian wajar dia melakukannya. Gosip tentang dirinya sudah sangat keterlaluan".
"Baiklaah, kabarin gue kalo ada apa-apa". Ucap pria itu sambil mendesah pasrah. Dia lalu memutuskan telepon secara sepihak.
Pria itu memandang sendu kearah pigura poto yang ada dimeja kerjanya. Dia memijit pelipisnya pelan. "Kenapa kamu berubah seperti ini. Apa yang membuatmu berani menampar si brengsek itu. I miss you mbem". Ucapnya pelan.
Bersambung ~
I Love you, not him
Oleh
NindyKornelia
Categories
Part 8
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment