Abbi sedang berada di salah satu butik dengan brand ternama yang salah satu koleksinya bisa berharga jutaan bahkan puluhan rupiah. Setelah makan siang bersama, dimas langsung mengajaknya ke butik tersebut. Alasannya adalah dimas ingin mengajak abbi untuk menemaninya ke acara pertunangan anak dari rekan bisnisnya.
Abbi awalnya menolak untuk datang karena dia takut akan membuat malu jika berdampingan dengannya yang tentu saja jauh berbeda dengan dimas. Abbi memang bukan berasal dari orang yang kurang mampu. Tapi tentu saja dia tidak sekaya dimas yang mempunyai perusahaan dimana-mana. Apalagi dengan paras tampan yang dimiliki dimas semakin membuat abbi tidak percaya diri. Namun bukan dimas namanya kalo tidak bisa memaksa abbi. Dia memanfaatkan sifat abbi yang tidak tegaan. Dengan menampilkan sedikit wajah memelasnya saja abbi langsung luluh dan mengiyakan ajakannya.
"Hai dimas, long time no see". Seorang wanita cantik dengan tinggi semampai dan memiliki tubuh sexy menghampiri dimas dan langsung bercipika-cipiki. Dimas pun terlihat senang bertemu dengan wanita itu. Abbi yang melihat keakraban keduanya merasa sedikit kesal. "Mesti ya pake cipika-cipiki, eh kenapa gue kesel. Kan gue bukan siapa-siapanya kak dimas". Fikir abbi.
"Jadi apa yang membuat seorang dimas prasetyo kemari ?". Ucap wanita itu sambil melipat tangan didadanya.
"Tolong carikan gaun terbaik untuk gadis ini anne". Ucap dimas sambil menunjuk abbi.
"Gadis yang cantik. hai, Aku anne sahabatnya dimas sejak kuliah. Jadi kamu ga perlu masang muka kesel gitu". Anne sengaja menggoda abbi yang terlihat sedang cemburu. Dimas terkekeh geli menyadari kalo abbi memang terlihat sedang cemburu.
"Oohh. Eeh . Hai. Aku abigail kak, panggil saja abbi. Dan aku ga cemburu kok". Abbi menjawab gelagapan pertanda dia gugup. Anne pun langsung tertawa melihat bagaimana lucunya ekspresi abbi. "Pantas saja dimas menyukainya". Fikir anne.
"Baiklah abbi, mari ikut kakak". Anne memilihkan beberapa koleksi gaun terbaiknya dan mengajak abbi ke ruang ganti untuk mencobanya. Abbi pun dengan patuhnya mengikuti anne.
"Sekarang coba yang ini". Anne memberikan satu gaun kepada abbi. Abbi lalu masuk keruang ganti dan mencoba gaunnya.
"Astaga, ini sexy sekali". Ucapnya pelan. Gaun yang sedang dipakai abbi adalah long dress warna hitam dengan bagian belakang yang menampakkan punggung putih dan mulusnya serta belahan tinggi yang menampakkan sebagian pahanya di kaki sebelah kanannya. Gaun itu sangat pas ditubuh abbi seolah gaun itu memang diciptakan untuk abbi.
"Bagaimana, muat ?". Anne melongokkan wajahnya keruang ganti untuk mengintip penampilan abbi. "Kamu cantik dan so sexy pake gaun itu". Ucap anne sambil mengedipkan sebelah matanya kearah abbi. Anne lalu menarik abbi keluar, dia ingin memperlihatkan gaun yang dipake abbi kepada dimas.
"Gimana dengan yang ini dim ?". Ucap anne kepada dimas. Dimas yang sedang memainkan ponselnya sontak mendongakkan kepalanya dan seketika dia terpesona dengan pemandangan di depannya. Dia bahkan tidak mengedipkan matanya. Pipi abbi merona hanya dengan dipandang seperti itu oleh dimas. Dia menundukkan wajahnya agar dimas tidak mengetahui kalo dia blushing.
Dimas melangkahkan kakinya kearah abbi dan berdiri tepat didepan abbi dengan jarak yang sangat dekat. Dia memegang dagu abbi agar gadis itu melihatnya. " kamu sangat cantik dan sexy, kenapa harus nunduk". Ucapnya dengan pelan. Abbi merasakan debaran aneh di jantungnya. Mereka berdua saling menatap tanpa ada yang berbicara, seolah mata mereka saling berbicara satu sama lain. Entah dapat dorongan dari mana dimas menundukkan wajahnya kearah abbi, abbi gugup dan tanpa sadar menggigit bibir bawahnya. Jarak mereka sudah sangat dekat, bahkan mereka bisa merasakan hembusan nafas mereka satu sama lain. Saat bibir dimas hampir menempel dengan bibir abbi terdengar suara yang sontak menghentikan aktifitas mereka.
"Ehhem, ehhem. Masih ada gue disini. Main nyosor aja lo dim". Abbi menunduk malu mendengar godaan dari anne sementara dimas justru tampak acuh tak acuh dengan godaan anne. "Ganggu aja lo an". Ucap dimas dengan nada sebal yang dibuat-buat.
"An, tolong carikan gaun lain. Gue ga mau orang-orang menikmati pemandangan seindah ini". Ucap dimas dengan nada menggoda. Abbi yang tidak tahan lagi menahan godaan dari anne dan dimas memilih untuk pergi ke ruang ganti.
"Dasar posesif, padahal gaun itu pas banget ditubuh kamu. Sekarang coba yang ini". Anne menggerutu karena menurutnya gaun karyanya tersebut sangat cocok untuk abbi. Anne lalu memberikan gaun model lain kepada abbi untuk dipakainya.
"Aaah sepertinya ini jauh lebih baik". Abbi tersenyum lebar melihat pantulan dirinya dicermin. Dia sedang menggunakan dress tanpa lengan berwarna pink yang jatuh sedikit diatas lututnya. Gaun itu memang simple namun terlihat mewah saat digunakan oleh abbi.
"Kalo yang ini tidak disetujui dimas juga, aku akan kasih kamu gaun paling minim yang ada dibutikku ini". Ucap anne yang entah sejak kapan sudah berada diruang ganti. Dia lalu mengajak abbi untuk keluar.
"Woii dim, ngelamun ajaa. Udah kelar ni". Anne memanggil dimas yang terlihat sedang asyik dengan lamunannya. Saat melihat abbi dimas langsung tersenyum lebar.
"Cantik, gue ambil yang ini an". Ucap dimas tanpa menanyakan kepada abbi apakah abbi suka atau tidak. Dimas benar-benar suka semaunya saja.
•••••••••••••••••••••••••••••
Dimas dan abbi memasuki ballroom salah satu hotel ternama disana. Abbi terlihat sangat cantik dengan dress yang tadi dipilih oleh dimas, untuk wajah abbi hanya menggunakan riasan tipis yang sangat terlihat natural. Sedangkan rambutnya digulung keatas dengan sedikit acak-acakan namun terlihat sangat indah, serta beberapa helai rambut yang dibiarkan menjuntai di kanan dan kiri wajahnya. Untuk kakinya abbi memilih menggunakan heels setinggi 9cm, dia tidak ingin terlihat tampak pendek saat berdampingan dengan dimas.
Dimas juga sangat tampan saat ini, walaupun setiap hari dia memang terlihat tampan nanun kali ini aura kebahagiaan nampak terpancar dari wajahnya.
Sejak memasuki ballroom hotel banyak sekali orang-orang yang menatap mereka, para kaum hawa tentu saja mengagumi ketampanan seorang dimas prasetyo, sedangkan kaum adam tentu saja mengagumi kecantikan seorang abigail chalavi.
Dimas menggenggam tangan abbi dan mengajaknya menemui sang pemilik acara.
"Selamat atas pertunangan anak anda pak wijaya". Dimas menyalami seorang pria paru baya yang sedang mengobrol dengan beberapa orang.
"Terima kasih pak dimas, saya senang sekali anda bisa menyempatkan hadir disini". Pria yang bernama wijaya itu sangat antusias dengan kedatangan dimas. Seolah-olah dimas adalah orang yang sangat penting.
Dimas menganggukan wajahnya, kemudian dia membawa abbi untuk menjauh dari sana. Dia sedang malas untuk berkumpul dengan rekan-rekan bisnisnya.
"Acaranya mewah banget kak, pasti dia kaya raya ya". Ucap abbi sambil berbisik ditelinga dimas. Dimas menaikkan sebelah alisnya mendengar omongan abbi.
"Ini belum seberapa little girl, kamu akan memiliki acara yang lebih besar jika menikah dengan kakak nanti". Dimas berbicara sambil menaik turunkan kedua alisnya. Dia sengaja menggoda abbi sekaligus ingin melihat reaksi abbi.
"Kakak apaan siiih". Abbi seketika langsung merona mendengar ucapan dimas. Dimas yang melihat perubahan dikedua pipi abbi langsung mengelus pipi itu pelan dan berbisik ditelinga abbi. "Kamu sangat cantik saat kedua pipi kamu memerah seperti ini". Abbi sontak memukul pelan lengan dimas. Dia malu sekalii saat dimas terus-terusan menggodanya.
Saat dimas dan abbi sibuk berbicara dan sesekali tertawa, tiba-tiba pembawa acara tersebut memanggil nama pasangan yang akan bertunangan malam itu namun sayangnya abbi tidak mendengar dengan jelas siapa nama tersebut.
Sampai beberapa saat kemudian masuklah seorang pria dengan seorang wanita cantik yang memegang lengannya dengan mesra. Mereka adalah pasangan yang akan bertunangan malam ini.
Abbi terkejut dengan apa yang dilihatnya, tanpa sadar dia memegang tangan dimas dengan sangat erat. Hal itu sontak membuat dimas untuk melihat kearah abbi. Dia tidak mengerti apa yang terjadi dengan abbi, abbi tampak sangat pucat. Pandangannya terus tertuju kepada pasangan yang sedang berjalan menuju panggung dengan mesranya.
"Tama". Gumam abbi. Dia mengucapkan satu nama itu dengan sedikit bergetar menahan turunnya bulir-bulir air mata yang mulai menggenang dipelupuk matanya.
Dimas yang mendengar abbi menyebut nama tama langsung tau kalau pria itu adalah tama, ya mantan kekasih abbi yang meninggalkannya begitu saja tanpa penjelasan. Dia bahkan tidak memberi kepastian apakah mereka sudah putus atau tidak, walaupun bagi abbi dia dan tama sudah berakhir.
Dimas langsung saja memeluk abbi dengan erat. Sehingga abbi tidak bisa melihat pasangan itu karena saat dimas memeluknya abbi hanya sebatas dada dimas saja. Otomatis pemandangan dua sejoli itu tertutup oleh tubuh dimas.
"Jangan menangis, dia tidak pantas kamu tangisi. I'm here for you. Tunjukkan kalo kamu lebih baik tanpa dia bukan malah sebaliknya". Dimas menenangkan abbi sambil mengusap pelan punggungnya dan sesekali mengecup puncak kepala abbi.
Anehnya, bukannya menangis terisak-isak abbi malah tersenyum mendengar kata-kata dimas. Bahkan bulir-bulir air mata yang siap jatuh pun tidak jadi jatuh. Ya, dia merasa benar-benar nyaman berada dipelukan dimas seperti ini.
"I think, I'm falling in love with you kak". Ucap abbi dalam hati.
Dimas melepaskan pelukannya setelah merasa kalo abbi baik-baik saja sekarang. Dia menatap abbi lembut sambil mengelus pelan pipinya. "Lebih baik kita pergi dari sini". Ucap dimas pelan.
Abbi menggelengkan kepalanya, dimas lalu menaikkan sebelah alisnya seolah bertanya kenapa tidak ingin pergi dari sana. Abbi pun lalu tersenyum. "Kita tidak akan pergi tanpa mengucapkan selamat kepada mereka". Abbi menjawab dengan tegas.
"Kamu yakin". Dimas tidak percaya dengan apa yang didengarnya sekarang.
"Tentu saja, bukankah kakak bilang kakak disini untuk aku ? Aku rasa aku tidak takut apapun jika sedang bersama kakak". Jawaban abbi sangat membuat dimas senang. Dia bahkan tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya. Senyum lebar nampak tercetak di bibirnya. Dia pun membawa tangan abbi untuk memegang lengannya dengan mesra.
"Baiklah little girl".
Dimas dan abbi berjalan kearah pasangan yang tampak sedang berbahagia tersebut. Semakin dekat, abbi semakin memegang lengan dimas dengan erat. Dimas sesekali mengelus tangan abbi untuk menenangkan.
"Selamat buat pertunangan kalian". Ucap dimas saat sudah berada didekat pasangan itu.
Tama tampak sangat kaget dengan kedatangan abbi. Apalagi abbi datang bersama dimas, seorang pengusaha yang namanya sangat diperhitungkan didunia bisnis. Tama nampak salah tingkah namun enggan untuk menyapa abbi.
"Aah terima kasih dimas, kamu ternyata benar-benar tampan. Kalau tau kamu setampan ini dari dulu aku menyuruh papi untuk menjodohkanku denganmu". Wanita yang berstatuskan tunangan tama itu terlihat senang dengan kedatangan dimas. Dia bahkan tidak segan-segan menggoda dimas.
"Kamu terlalu berlebihan, lagian saya sudah mempunyai calon istri yang sangat saya cintai". Dimas menjawab dengan menampilkan senyum mempesonanya. Wanita itu pun terlihat sangat kesal dengan jawaban dimas. Padahal dia sudah yakin kalo dimas akan terpesona dengan kecantikannya.
"Baiklah kalo begitu kami permisi dulu, selamat berbahagia". Dimas pamit kepada dua sejoli itu. "Ayo sayang, kamu pasti sudah lelah". Ucap dimas lagi sambil memegang pinggang abbi dengan posesif. Abbi manganggukan kepalanya sambil tersenyum.
Mereka akhirnya pergi dari tempat itu. Tama memandang abbi yang mulai nampak jauh dari penglihatannya. Entah apa yang dia fikirkan, yang jelas diwajahnya nampak kesedihan yang mendalam.
Bersambung ~
I Love you, not him
Oleh
NindyKornelia
Categories
Part 10
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment