Sebulan telah berlalu sejak kejadian abbi menampar edo di depan umum. Abbi memulai hari-hari seperti biasanya. Keadaan dikampus pun juga sudah biasa saja. Tidak ada lagi orang-orang yang memandang rendah abbi dan bergosip tentang abbi. Sepertinya semua orang sudah tau kalo edo lah dalang dari semua itu.
Sejak kejadian itu abbi juga belum pernah bertemu dengan edo. Lagian abbi juga jarang kekampus. Sekalinya kekampus dia hanya menemui pembimbingnya, setelah itu dia akan menghabiskan waktu dikafe mona.
Abbi juga tidak pernah lagi memikirkan tama. Entah karena dia terlalu sibuk atau memang tama sudah tidak ada lagi dihatinya. Entahlaah, tidak ada yang tau soal itu.
Hubungan abbi dan dimas makin lama juga makin dekat. Pasalnya selama hampir 2 bulan ini dimaslah yang membantu abbi dalam menyelesaikan skripsinya.
Dimas masih belum berani mengungkapkan perasaannya. Dia ingin memastikan dulu kalau abbi juga mempunyai perasaan yang sama dengannya. Yaa walaupun sekarang dimas belum tau apakah abbi mencintainya atau bukan. Yang jelas dimas sangat menikmati hari-harinya bersama abbi. Dan sepertinya abbi juga menikmati hari-hari bersama dimas.
Saat ini abbi sedang tidur-tiduran dikamar sambil memainkan ponselnya. Dia melihat galery potonya yang akhir-akhir ini dipenuhi dengan foto selfienya bersama dimas. Abbi yang notabene suka selfie selalu menyempatkan selfie saat bersama dengan dimas.
"Upload yang ini aah, lucu deh kayaknya". Batin abbi.
Abbi berniat meng upload fotonya bersama dimas saat mereka jalan-jalan beberapa bulan yang lalu ke akun media sosialnya yaitu instagram. Difoto itu abbi terlihat akan memakan permen kapas berukuran besarnya namun ternyata ada dimas yang ikutan foto disampingnya dengan wajah manyun melihat kearah abbi.
Abbi menulis caption "who is he ? Jelek banget kalo lagi manyun gitu -,-"
Gaa lama kemudian abbi melihat ada komentar-komentar di foto yang baru dipostingnya tersebut.
@diniamanda CIEE CIEE
@monaaghata CIEE CIEE (2)
@renohandoyo CIEE CIEE (3)
@mario CIEE CIEE (4)
@dimasprasetyo ganteng gitu dibilang jelek -_-
@abigailchalavi pada rusuh semua iih -,- @diniamanda @monaaghata @renohandoyo @mario
@abigailchalavi ganteng kalo diliat pake sedotan dari monas kak :p @dimasprasetyo
@dimasprasetyo yaah tegaa :( eh besok jangan lupa kekantor.
@abigailchalavi haha biarin week :p iyaa iyaa ga akan lupa kok. Emang aku udah pikun apa :(
@renohandoyo waah udah kekantor aja nih mainnya. Uhuk uhuk @dimasprasetyo @abigailchalavi
@dimasprasetyo ga usah siriik @renohandoyo
@dimasprasetyo see you tomorrow little girl :p @abigailchalavi
Abbi tidak membalas lagi komentar-komentar diakun instagramnya. "Huft selalu saja dipanggil little girl, emang aku masih bocah apa" gerutunya. Dimas memang senang sekali menggoda abbi dengan panggilan little girl. Karena setiap dipanggil dengan sebutan itu, abbi pasti langsung memanyunkan bibirnya yang terlihat sangat menggemaskan oleh dimas.
Saat akan mematikan ponselnya abbi melihat ada notif terbaru di instagramnya. Dia pun langsung membukanya. Ternyata ada komentar baru dari seseorang yang tidak pernah terfikirkan lagi oleh abbi.
@pratamaputra i miss you mbem :(
DEG
"tama". Gumamnya.
••••••••••••••••••••••••••••
Abbi sedang bersiap-siap untuk pergi kekantor dimas. Mereka memang sudah janjian untuk makan siang dikantor dimas dalam rangka merayakan kelancaran skripsinya. Walaupun dia belum sepenuhnya terbebas dari skripsi, tapi setidaknya dia tidak mendapatkan banyak kesulitan lagi. Dan itu tidak luput dari bantuan dimas. Berhubung dimas hari ini sibuk dan tidak bisa keluar, jadi abbi memutuskan untuk menemaninya dikantor. Hitung-hitung sedikit balas budi. Begitulah pemikirannya.
Soal komentar tama semalam, abbi memutuskan untuk mengabaikannya. Dia tidak tau harus membalas apa. Dia tidak mau mengatakan kalau dia juga merindukannya. Lagian dia juga tidak yakin apakah dia benar-benar merindukannya.
Abbi menggunakan kaos warna putih lengan pendek dengan tulisan "be sexy" didepannya dipadukan dengan rok berwarna hitam yang jatuh tepat diatas lututnya. Untuk kakinya dia memilih memakai sepatu boots warna hitam yang tingginya 7cm. Tidak lupa dia juga memakai tas kecil untuk menyimpan dompet dan ponselnya.
Abbi menatap gedung yang menjulang tinggi didepannya. "Astaga kak dimas kaya banget berarti". Batin abbi saat melihat besar dan megahnya gedung didepannya.
Abbi memasuki gedung itu dengan langkah percaya dirinya. Dia bisa merasakan kalo banyak tatapan dari orang-orang yang berlalu lalang disana. Abbi mencoba mengabaikan tatapan orang-orang kepadanya. Dia berjalan menuju ke sebuah meja dengan papan nama resepsionis diatasnya.
"Permisi mbak". Abbi menyapa dengan ramah seorang wanita cantik yang duduk dibelakang meja kerjanya.
"Ya, ada yang bisa saya bantu ?".
"Saya mau bertemu dengan kak dimas, dilantai berapa ya mbak ?".
"Dimas siapa ? Disini banyak yang namanya dimas". Ucapnya sedikit ketus. "Astaga judes sekali mbak-mbak ini". Batin abbi.
"Dimas prasetyo mbak". Resepsionis itu pun langsung memperhatikan abbi dari atas kepala sampe kakinya. Abbi menjadi risih diperhatikan seperti itu. Resepsionis itu berfikir kedatangan abbi pasti sama dengan gadis-gadis lainnya. Sudah banyak gadis yang mencari-cari dimas dan bahkan tak banyak pula yang mengaku sebagai pacarnya.
"Jadi gimana mbak ? Kak dimas dilantai berapa ?". Abbi bertanya lagi kepada resepsionis tersebut karena tak kunjung mendapat jawaban.
"Ada keperluan apa sama pak dimas ? Pak dimas lagi sibuk. Ga bisa diganggu". Ucapnya ketus.
"Baiklaah, kalo gitu aku tunggu aja mbak". Abbi masih bersikap ramah kepada resepsionis itu. Padahal dihatinya dia udah kesel banget. "Kenapa kak dimas memperkerjakan mbak-mbak menor gitu, mana judes lagi" . pikirnya
Abbi memilih duduk di sofa yang sepertinya memang disediakan untuk para tamu. Abbi sesekali melihat jam nya, tidak terasa sudah hampir dua jam dia menunggu. Dimas pun tak kunjung menampakkan dirinya. "Huft coba baterai ponselku ga abiis". Gerutu abbi.
Sementara di ruangan lain yang bertuliskan ruangan CEO, dimas sedang gusar menunggu kedatangan abbi, harusnya abbi sudah datang dari dua jam yang lalu. Dimas takut terjadi apa-apa sama abbi. Berkali-kali dimas mencoba untuk menghubungi ponsel abbi namun hanya suara operator yang didengarnya. Bahkan dimas juga menghubungi dini untuk menanyakan keberadaan abbi. Namun nihil, dini bilang abbi sudah berangkat dari tadi menuju kantor dimas.
"Sebenernya dimana gadis itu". Batin dimas.
Dimas mengambil telepon diruangannya lalu menghubungi citra sekretarisnya.
"Citra, apa ada seseorang yang mencari saya?". Tanya dimas to the point kepada sekretarisnya.
"Maaf pak, sepertinya tidak ada. Orang dibawah juga tidak ada yang mengabari pak".
"Baiklah, bisa kamu tanyakan lagi ? Saya hanya ingin memastikan". Ucap dimas tegas. Setelah itu dia menutup teleponnya.
Tidak berselang lama, telepon diruangan dimas berbunyi lagi. Dengan cepat dia langsung mengangkatnya.
"Yaa citra kenapa ?" Dimas memang sudah tau kalo citra yang menghubunginya. Siapa lagi yang berani menelpon ke telepon diruangannya kalau bukan sekretarisnya sendiri.
"Begini pak, katanya ada seorang gadis yang mencari bapak sejak dua jam yang lalu. Dia sedang menunggu bapak sekarang".
"Apaa ? Siaal !". Dimas menutup teleponnya dan segera berlari keluar. Perasaannya tidak enak, pasti abbi yang menunggunya. Citra yang melihat atasannya itu terburu-buru dan tampak emosi sontak ikut mengikutinya dari belakang.
Abbi menopang kepalanya dengan kedua tangan yang bertumpu dilututnya. Dia benar-benar sudah merasa bosan. Dia menunduk sambil sesekali memanyunkan bibirnya dan menghela nafas berat. Dia bahkan tidak menyadari kalo dimas sedang memperhatikannya sekarang.
Dimas sedang manatap abbi yang terlihat sangat lelah. Dia melangkahkan kakinya menuju kearah abbi dan sepertinya abbi benar-benar tidak menyadari kedatangannya karena abbi sibuk menunduk dan sepertinya sedang memikirkan sesuatu. Entah apa itu.
"Heii, maaf membuatmu menunggu lama". dimas mengusap rambut abbi pelan. Abbi mendongakkan wajahnya dan melihat kearah dimas sambil menunjukkan wajah kesalnya.
"Kakak lama sekali, aku sudah sangat lapar sekarang". Abbi memanyunkan bibirnya sambil memegang perutnya. Dimas terkekeh geli melihat tingkah abbi.
Dimas fikir abbi akan marah besar karena telah membuatnya menunggu lama, namun ternyata hal yang didapatkannya justru malah membuatnya ingin tertawa ngakak. Abbi bukan marah karena menunggu dimas dengan lama melainkan karena dia merasa sangat lapar.
"Sekali lagi maaf little girl, lebih baik kita makan diluar saja".
"Loh bukannya kakak hari ini sibuk ?".
"Kakak udah batalkan semuanya. Oh ya, kamu tunggu disini sebentar". Dimas melangkahkan kakinya menuju meja resepsionis. Dia melangkah dengan tegas sambil menatap tajam kearah wanita cantik yang duduk disana.
"Diana, kenapa kamu membiarkan abbi menunggu terlalu lama ? Kenapa tidak mengantarkannya keruangan saya ?".
"Mmm maaa...ma....af sebelumnya pak, saya kira bapak sibuk hari ini. Makanya saya menyuruh nona abbi menunggu" wanita bernama diana itu menjawab dengan gugup sambil menundukkan wajahnya. Nyalinya menciut saat ditatap tajam seperti itu oleh atasannya.
"Sibuk atau tidaknya saya itu bukan urusan kamu. Jika sekali lagi kamu membuat kesalahan yang sama, maka bersiap-siaplah untuk memberikan surat pengunduran diri kamu". Dimas meninggalkan diana yang masih menundukkan wajahnya begitu saja. Abbi yang melihat bagaimana dimas memarahi resepsionisnya tadi jadi merasa bersalah.
"Harusnya kakak tidak memarahinya seperti itu, lagian aku ga papa kok menunggu kakak".
"Dia pantas mendapatkannya, kakak mengkhawatirkan kamu dari tadi. Tapi ternyata kamu sudah berada disini selama berjam-jam" dimas menjawab dengan kesal. Bukan kesal kepada abbi. Namun kesal karena resepsionisnya yang tidak profesional. "Sudahlah, jangan mengkhawatirkan dia. Ayo berangkat sekarang. Kakak udah laper. Kamu pasti juga kan ?".
Dimas langsung saja menggandeng tangan abbi. Hal itu sontak menarik banyak perhatian karyawannya. Apalagi selama ini dimas tidak pernah terlihat membawa teman wanitanya kekantor. Apalagi bergandengan tangan seperti itu. Walaupun dulunya dia playboy tapi dia tidak pernah membiarkan pacar-pacarnya untuk menemuinya dikantor. Dia berfikiran hal itu akan mengganggu konsentrasinya dalam bekerja.
Abbi akhirnya pasrah saja dengan apa yang dilakukan dimas termasuk tidak membantah omongannya soal resepsionisnya tadi. Sedikit-sedikit abbi mulai mengerti dengan sifat dimas. Ya, dimas bukan tipe orang yang suka dibantah.
Bersambung ~
I Love you, not him
Oleh
NindyKornelia
Categories
Part 9
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment