I Love you, not him

Oleh NindyKornelia

"JADI TAMA SUDAH BERTUNANGAN?". Dini tanpa sadar berteriak dengan cukup kencang. Abbi sontak langsung menutup mulut abbi dengan tangannya. Dia melihat kesekeliling mereka dengan tersenyum canggung dan meminta maaf.

Mereka lagi berada di kafenya mona. Abbi dan dini baru saja menemui pembimbing mereka dikampus, dan sekarang seperti biasa mereka akan menghabiskan waktu disini sambil makan siang sekaligus bergosip dengan mona.

Mona pun ikut meminta maaf kepada pelanggan yang lain atas ketidaknyamanannya. Dini yang menjadi tersangka pun hanya bisa memberikan cengiran lebarnya kepada abbi dan mona.

"Lo mau bikin kak mona bangkrut ya". Sewot abbi.

"Ribet ah lo, kak mona aja gak papa tuh" dini menjulurkan lidahnya ke arah abbi.

"Ya ampun, kalian ni kalo udah ketemu berantem mulu ya. Jadi gimana kelanjutan cerita tentang tama ?". Mona yang tidak sabar dengan apa yang terjadi dengan tama pun langsung mennengahi pertengkaran kecil dini dan abbi.

Abbi menjelaskan apa yang dialaminya hari itu, hari dimana dia menyaksikan tama bertunangan dengan seorang gadis cantik.

Dini dan mona mendengarkan cerita abbi dengan serius. Sesekali dini melemparkan pertanyaan seputar malam itu kepada abbi.

"Brengsek juga ternyata si tama" umpat dini setelah abbi menyelesaikan ceritanya. Dia memang akan selalu menjadi orang yang sangat pemarah saat abbi disakiti oleh siapapun.

"Yaa begitulah, setidaknya gue tau kalo dia sama aja kayak edo. Pengecut dan brengsek". Abbi meminum orange jus kesukaannya.

"Ambil hikmahnya aja sayang, kamu akan mendapatkan yang terbaik nantinya". Mona menasehati abbi dengan lembut. Benar-benar seperti perlakuan seorang kakak kepada adiknya. Mereka bertiga akhirnya memutuskan untuk mengganti topik pembicaraan untuk menghabiskan waktu disana.

••••••••••••••••••••••••

Abbi baru saja menyelesaikan revisi skripsinya. Dia berharap besok semua pembimbingnya akan meng acc skripsinya tersebut sehingga dia bisa mendaftarkan diri untuk mengikuti sidang. Dia benar-benar ingin segera lulus.

Dia mematikan laptopnya, membereskan berkas-berkas yang penting kemudian masuk kekamar mandi untuk melakukan ritual sebelum tidurnya yaitu menggosok gigi serta mencuci wajahnya.

Abbi memiliki kulit wajah yang sangat sensitif. Sehari saja dia melewatkan untuk mencuci wajahnya sebelum tidur, maka bisa dipastikan besokannya akan ada jerawat yang tumbuh di wajahnya.

Selesai melakukan ritual sebelum tidurnya, abbi mengecek ponselnya seperti biasa. Dia hanya ingin melihat ada pemberitahuan yang masuk atau tidak. Pasalnya sejak tadi ponselnya itu hanya dibiarkan dalam mode silent.

Saat membuka ponselnya abbi melihat ada satu sms yang masuk. Dia pun lalu membukanya.

From : 081363******

Kita perlu bicara. Aku tunggu kamu besok malam ditempat biasa. Aku harap kamu dateng.

I miss you mbem :(

Abbi mengerutkan dahinya, walaupun no sipengirim tidak terdaftar diponselnya tapi dia sangat tau siapa yang mengirim pesan tersebut.

Siapa lagi kalau bukan tama, selama ini hanya tama yang memanggilnya dengan panggilan mbem. Dulu saat mereka baru berkenalan, abbi memang terlihat sangat chubby. Makanya tama memanggilnya dengan panggilan tembem.

Abbi masih menimbang-nimbang untuk membalas pesan tersebut atau tidak. Logikanya menolak untuk membalas pesan itu dan mengabaikan ajakan tama untuk bertemu. Namun hati kecilnya menyuruh dia membalas dan menerima ajakan untuk bertemu tersebut.

Akhirnya hati nuraninya lah yang menang. Lagian dia juga ingin tau apa yang ingin dibicarakan tama dengannya. Walaupun dia tau resiko apa yang akan didapatkannya dengan pertemuan itu.

To : 081363******

Aku akan datang.

Send

"Huft" abbi menghela nafas berat setelah membalas pesan tama. Sepertinya dia harus menyiapkan mental dan hatinya untuk bertemu tama besok. Apapun yang akan disampaikan tama, dia tidak boleh tergoda lagi dengannya. Cerita cinta antara dia dan tama sudah berakhir. Ya, dia harus menekankan kata sudah berakhir pada dirinya sendiri.

Drrrtt. Drrttt.

Ponsel abbi bergetar lagi menandakan ada pesan masuk. Abbi pun langsung membukanya dan sontak tersenyum saat melihat nama sipengirim.

From : Kak dimas

Sudah tidur ? Besok malam dinner bareng yuk ? :)

Abbi bingung harus bagaimana, dia baru saja menerima ajakan tama untuk bertemu. Tapi bagaimana caranya menolak kak dimas. Ya ampun, dia jadi sedikit menyesal telah menerima ajakan tama. Karena sejujurnya dia lebih senang jika bertemu kak dimas.

To : Kak dimas

Maaf kak :( besok aku ga bisa. Besok malam aku ada janji sama dini ke acara ulang tahunnya temen kampus.

Send.

Drrtt....ddrrtt.

From : Kak dimas

It's okay little girl. Kita dinner lusa aja. Sekarang tidurlah. Sudah malam. Good night little girl :*

To : Kak dimas

Good night kak dimas :)

Send.

Abbi mematikan ponselnya dan bersiap untuk tidur. Dia terpaksa berbohong kepada dimas. Entahlah, dia hanya merasa kak dimas gak boleh tau kalau tama menghubunginya.

•••••••••••••••••••••••••••••

Abbi sedang bersiap-siap untuk menemui tama. Dia hanya memakai kaos lengan panjang warna biru dengan gambar teddy bear didepannya, celana jeans warna hitam dan flatshoes warna biru dengan pita kecil diatasnya.

"Ini akan menjadi malam yang berat. Semangat". Batin abbi.

Dia menghela nafas berat berkali-lali untuk menyiapkan hatinya.

Tidak butuh waktu lama, abbi sudah sampai disebuah restoran seafood. Ya, restoran seafood ini adalah tempat yang sering mereka kunjungi dulu saat masih berpacaran. Abbi dan tama sama-sama menyukai seafood.

Abbi mengedarkan pandangannya untuk mencari tama. Dia melihat tama melambaikan tangan padanya. Dia pun menghampiri tama.

"Maaf terlambat". Ucap abbi dengan senyum titpisnya.

"Ga papa, aku seneng kamu mau dateng. Duduklaah". Tama menarikkan kursi untuk abbi agar abbi bisa duduk disana. Abbi pun menurut saja. Dia tidak mau memusingkan hal-hal kecil sekarang.

"Selamat atas pertunangan kamu. Jadi apa yang ingin kamu bicarakan". Abbi berbicara dengan to the point.

"Kamu selalu ingin langsung ke topik seperti biasanya. Bisakah kita makan dulu ?". Tama nampak seperti mengulur-ngulur waktu agar bisa lebih lama bersama abbi.

"Aku tidak lapar, jika kamu tidak bicara sekarang. Lebih baik aku pergi". Abbi terlihat tidak tertarik dengan ajakan tama untuk makan. Dia ingin cepat-cepat pergi dari sana.

"Baiklah, aku akan langsung ke intinya. Aku mau kita seperti dulu lagi". Ucap tama dengan percaya dirinya. Dia bahkan melupakan statusnya yang sudah bertunangan.

"Lama tidak bertemu ternyata membuat kamu jadi gila ya ?". Abbi mencibir kepada tama.

"Aku serius. Aku masih sayang banget sama kamu mbem". Abbi menatap tama tepat dimatanya seolah mencari tau kebohongan apa lagi yang akan dibuat oleh tama. Namun sayangnya yang dia dapatkan justru kejujuran.

"Sudahlah tama, kita sudah berakhir. Kamu bahkan sudah bertunangan".

"Tapi aku tidak mencintainya, aku terpaksa bertunangan dengannya. Aku minta maaf sudah membuat mu bersedih. Aku terlalu pengecut dengan pergi begitu saja. Aku hanya tidak bisa melihat kamu menangis jika aku mengatakan kebenarannya saat itu". Tama tidak sanggup melihat mata abbi sehingga dia memutuskan untuk melihat kearah bawah. Terlihat sekali bahwa dia sanga terluka selama ini.

"Apa maksudmu ? Ceritakan semuanya". Abbi menuntut penjelasan kepada tama. Hal yang seharusnya dia ketahui sejak dulu. Sejak tama meninggalkannya.

"Namanya cintya, dia adalah anak dari rekan bisnis papa. Saat itu perusahaan papaku mengalami krisis keuangan. Dan papi cintya mau membantu perusahaan kami dengan syarat aku mau dijodohkan dengan anaknya. Aku tidak punya pilihan lain saat itu. Aku menerimanya begitu saja. Aku berfikir jika aku bisa meningkatkan perusahaan, maka aku akan membatalkan perjodohan itu dan mencarimu suatu saat nanti. Aku mohon tunggulah beberapa saat lagi, maka aku akan melamarmu seperti impian kita dulu". Abbi menatap tama dengan sedih. Dia tidak menyangka masih ada aja perjodohan untuk kepentingan bisnis seperti itu. Sejujurnya dia tidak tega melihat keadaan tama sekarang. Walau bagaimanapun dia adalah orang yang pernah sangat dia cintai.

"Maaf, aku ga bisaa :(".

"Kenapa ?" . Tanya tama dengan sendunya.

"Aku mencintai pria lain. Buat aku kisah kita udah berakhir sejak lama dan akan selalu begitu". Abbi akhirnya mengakui kalau dia mencintai pria yang selama ini selalu ada untuknya. Dan pria itu adalah dimas.

"Apa dia yang datang kepesta waktu itu ?". Tanya tama lagi. Abbi pun menganggukkan kepalanya.

"Aku harus pergi, aku harap kamu bahagia bersama cintya. Cobalah untuk menerimanya. Ini yang terbaik". Ucap abbi. Dia tidak mau lagi berada disana. Dia takut akan luluh jika melihat luka dimata tama.

"Boleh aku peluk kamu ? Pleasee ". Tama memohon kepada abbi.

Abbi pun berdiri dan merentangkan tangannya. Tama langsung memeluk abbi dengan sangat erat. Dia seperti sedang menyalurkan kemarahan, kerinduan serta kekecewaan yang dialaminya.

Selang beberapa lama, tama tak juga melepaskan abbi dari pelukannya. Abbi berusaha melepaskan diri. Namun semakin dia berusaha, tama malah semakin mempererat pelukannya. Hingga tanpa disadari seseorang menarik lengan abbi hingga dia tertarik kebelakang daaaaaaaan

BUUUGH.

tama terhuyung kebelakang karena pukulan yang diberikan seseorang.

"Brengsek, beraninya kau memeluknya" dimas memukul tama bertubi-tubi.

Tadinya dimas berniat ke restoran seafood itu untuk bertemu temannya. Namun tanpa disangka dia malah melihat abbi berpelukan dengan tama. Dimas yang melihat hal itu langsung diselimuti cemburu yang luar biasa. Apalagi melihat abbi yang ingin melepaskan diri dari tama. Dimas pun tanpa berfikir langsung kesana untuk menarik abbi dan memukul tama.

"ASTAGA. KAK DIMAS HENTIKAN". abbi mencoba melerai apa yang terjadi didepannya. Entah dapat kekuatan dari mana dia mampu menarik dimas dengan kuat dan tanpa dia sadari dia malah melindungi tama.

"Kamu bahkan ga mau aku kenapa-napa. Akuilah kalau kamu masih mencintaiku bi". Ucap tama kepada abbi.

Dimas yang melihat abbi seperti memeluk tama pun hanya bisa diam membisu. Hatinya terasa nyeri melihat pemandangan itu. Dia merasa kalah sebelum berperang. Dia bahkan belum menyatakan perasaannya. Namun apa yang dilihatnya cukup membuat dia sadar. Kalau abbi tidak akan pernah bisa mencintainya.

"Jadi kamu masih mencintainya ? Bahkan kamu berbohong padaku. Aku akan berhenti untuk mengejarmu". Dimas mengucapkannya dengan datar. Dia pun langsung melangkahkan kaki untuk keluar dari sana. Dia kecewa, sangat kecewa. Dia berfikir kalau abbi pasti mempunyai perasaan yang sama dengannya. Namun apa yang dilihatnya justru malah menjelaskan sebaliknya. Abbi bahkan menolak ajakannya kemaren dan berbohong kepadanya.

"Kak dimas, TUNGGUUUUU. kakak salah paham". Abbi berusaha mengejar dimas namun sayangnya dimas telah pergi dari sana. Bahkan mungkin juga akan pergi dari kehidupannya.

Abbi hanya mampu melihat kepergian dimas. Dia menangis sejadi-jadinya sambil memanggil-manggil nama dimas. Diaa jatuh terduduk di depan restoran tersebut. Dia tidak peduli dengan banyaknya orang-orang yang melihatnya. Yang dia inginkan sekarang hanyalah seorang dimas prasetyo. Pria yang belakangan mengisi hari-harinya.

Abbi bahkan belum mengakui kalau dia juga mncintai dimas. Dia terus saja menangis dan memanggil-manggil nama dimas. Dia hancur untuk kesekian kalinya. Bahkan saat tama meninggalkannya pun dia tidak sehancur ini.

"Sudahlaah, jangan menangisinya". Entah bagaimana caranya tama sudah berjongkok didepan abbi. Dia berusaha untuk menghapus air mata abbi. Namun abbi justru malah menepis tangannya.

"Ini semua salah kamu. Aku bahkan bukan melindungi kamu karena aku masih mncintaimu. Aku hanya tidak mau kak dimas mendapat masalah nantinya. Aku membenci kamu PRATAMA. Pergilah dari kehidupanku, seperti waktu kamu pergi begitu saja dari kehidupanku dulu". abbi menatap tajam kearah tama dan mengatakannya dengan jelas dan tegas.

Dia lalu berdiri dan pergi meninggalkan tama yang masih dengan posisi sebelumnya. Kata-kata abbi membuat tama sadar kalau tidak ada lagi tempat untuknya dihati abbi. Dia telah kalah. Bahkan abbi sekarang sangat membencinya.


Bersambung ~


0 comments:

Post a Comment

 

sikunin Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea