MY SUNSHINE

Oleh NindyKornelia

-Adara Fredella Ulani-

Tok tok tok.

"Daraaa. Banguuuun. Katanya kamu kuliah pagi."

"Yaa Buuun."

Aku meregangkan badanku, lalu melirik jam yang menggantung di dinding kamar. Disana tertera jam tujuh lewat dua puluh menit. Bagus sekali. Sepertinya aku akan telat. Mengingat perkuliahannya dimulai jam delapan tepat.

Aku beranjak ke kamar mandi. Mandi dengan kilat. Setelah itu bersiap-siap dan dandan dengan kilat juga.

"Pagi yaah, pagii bun." Sapaku, lalu duduk di kursi meja makan seperti biasanya.

"Selamat pagi sayang." Jawab ayah dan bunda berbarengan.

"Yaah, Dara nebeng ayah aja ya kekampusnya." Ucapku, sambil mengunyah sarapan yang sudah di sediakan oleh bunda.

"Iya sayang." Jawab ayah.

Setelah itu kami melanjutkan sarapan dengan tenang.

Aku Adara Fredella Ulani, anak bungsu di keluarga ini. Aku mempunyai seorang kakak yang bernama Felix Fernando. Dia sedang diluar negeri sekarang.

Aku adalah seorang ballerina, tapi juga seorang mahasiswi di salah satu universitas swasta. Dan itu membuatku banyak menghabiskan waktu diluar rumah dan menguras banyak energiku.

Menjadi seorang ballerina bukanlah cita-citaku. Namun karena mas Adit, pria yang kucintai sangat menyukai wanita yang sedang menari balet. Akhirnya aku memutuskan untuk ikut berlatih menari balet.

Aku belum cerita tentang siapa mas Adit bukan ?

Baiklah, akan kuceritakan.

Namanya Aditya Naufal Agustin. Aku biasa memanggilnya dengan panggilan mas Adit. Dia seorang dokter anak di salah satu rumah sakit swasta.

Awal perkenalan kami dimulai saat dia baru pindah ke rumah tepat di sebelah rumahku. Saat itu usiaku 13 tahun. Pertama kali melihat raut wajah tampannya serta sifat ramah dan penyayangnya, aku langsung dibuat jatuh cinta.

Sungguh, ini bukan cinta monyet seperti yang sering dibilang orang-orang. Karena saat usiaku mencapai 20 tahun, aku masih tetap mencintainya. Bahkan sangat mencintainya.

Namun sayangnya, mas Adit sama sekali tidak mencintaiku. Dia menganggapku sebagai seorang adik. Padahal sudah jelas-jelas kami tidak memiliki hubungan darah.

Menyebalkan sekali.

"Woii. Daraa. Ngelamun lo ?" Suara berisik seorang wanita mengagetkanku.

Aku menoleh, mendapati Kanaya, sahabatku yang sedang menatapku dengan raut wajah kesal.

"Apa ?"

"Kuliah udah selesai. Lo mau tidur dikelas ?" Ucapnya kesal.

Aku mengedarkan pandangan ke ruangan kelas yang sudah kosong. Hanya tinggal aku berdua saja dengan Kanaya. Aku menyengir ke arah Kanaya.

"Ayo, keluar." Ajaknya.

Kami berjalan dilorong kampus menuju parkiran.

"Lo mau langsung pulang ?" Tanya Kanaya.

Aku menggeleng. "Aku mau kerumah sakit. Nemuin mas Adit."

Kanaya berdecak. "Masih berusaha aja lo buat dapetin mas Adit ?"

Aku mengedikkan bahu. "Sepertinya sih gitu." Ucapku.

Kanaya memang telah ku ceritakan semua tentang mas Adit. Dan tentang perasaanku kepada mas Adit.

Dan kalian tau apa tanggapannya ?

Dia menganggapku sudah gila. Karena mencintai seseorang sampai segitunya.

"Ya udah gue pulang duluan ya, lo hati-hati dijalan."

"Oke Nay. Lo juga hati-hati." Aku melambaikan tangan.

Aku memasuki taxi yang terparkir di depan gerbang kampus. Menyebutkan alamat rumah sakit tempat mas Adit kerja. Lalu membiarkan sopir taxi melajukan mobilnya menuju rumah sakit.

Aku mengambil ponsel lalu mengetikkan pesan buat mas Adit.

Mas, Dara otw rumah sakit. Makan siang bareng ya ? ;;)

Beberapa saat kemudian, balasan pesan dari mas Adit masuk. Aku bergegas membacanya.

Iya. Mas tunggu di depan. Mas udah kelar praktek.

Oke mas.

Aku kembali memasukkan ponsel kedalam tas. Mengalihkan pandangan keluar jendela dan menikmati pemandangan diluar sana.

Tidak butuh waktu lama, taxi yang kutumpangi berhenti di depan rumah sakit yang kutuju. Aku memberikan beberapa lembar uang untuk membayar ongkosnya.

Dari kejauhan aku melihat mas Adit melambaikan tangan. Aku menghampirinya dengan sedikit berlari.

"Udah berapa kali mas bilang, jangan lari-lari !" Omelnya.

Aku mengerucutkan bibirku. "Dara baru dateng lho mas, udah dimarahin aja."

"Siapa suruh bandel !"

Aku semakin mengerucutkan bibirku. Mas Adit memang begitu. Suka galak kalau aku bikin salah. Dulu, saat aku kecil, aku sering sekali terjatuh karena lari-larian. Makanya mas Adit selalu marah kalau aku mulai lari-larian gitu.

"Mas, Dara lapeeeer." Ucapku manja seraya melingkarkan tanganku dilengan mas Adit. Kebiasaanku saat bersamanya.

"Kamu mau makan apa ?"

"Makan apa aja asal sama mas Adit."

Mas Adit menyentil dahiku pelan. "Anak kecil gak boleh ngegombal. Gak pantes."

"Dara serius kali mas."

Mas Adit mengabaikan ucapanku. Lebih memilih mengajakku ke mobilnya yang terparkir di pelataran parkir rumah sakit.

Setelah itu dia melajukan mobilnya.

***

-Aditya Naufal Agustin-

Aku memusatkan perhatianku kepada sekelompok orang yang sedang berlatih menari balet. Lebih tepatnya kepada gadis cantik dengan baju balet yang melekat sempurna di tubuhnya.

Dia adalah Adara Fredella Ulani. Gadis yang menempati rumah tepat di sebelah rumahku. Aku masih sangat ingat saat pertama kali melihatnya.

Dia berusia 13 tahun saat itu, sedangkan aku sudah berusia 22 tahun. Waktu itu dia sedang bermain kejar-kejaran bersama kakaknya yang bernama Felix. Dia berlari sambil tertawa lebar. Dia terlihat bahagia sekali. Seolah tidak ada hal yang mengganggu fikirannya. Dia tertawa dengan lepas. Yang membuatku tanpa sadar mengukir senyuman tipis dibibirku.

Aku masih saja memperhatikan sampai akhirnya dia terjatuh dengan posisi menelungkup. Aku refleks berdiri untuk membantunya. Namun kakaknya lebih dulu menghampirinya. Dara menangis sesegukan, lututnya luka mengeluarkan darah. Felix langsung menggendong Dara dan membawanya masuk ke dalam rumah.

Sejak saat itu, entah kenapa aku ingin melindunginya.

"Mas. Dara mau minumnya." Ucap Dara sambil menjulurkan tangannya.

Aku memberikan sebotol air mineral kepada Dara. Mengambil tisu di dalam tas Dara lalu mengelap keringat di dahi dan lehernya.

"Capek ?" Tanyaku.

Dara mengangguk. "Lumayan. Tapi Dara seneng ditemenin mas Adit." Dia tersenyum lebar. Memperlihatkan deretan giginya yang putih dan bersih.

"Kalau capek gak usah nerusin balet lagi. Fokus kuliah aja."

Dia memberengut. "Mas Adit ih, dari dulu gak suka banget Dara ikutan latihan nari balet."

"Bukannya gak suka. Mas Adit gak mau kamu kecapekan terus sakit. Kuliah aja udah bikin pusing dan capek, ditambah lagi sama latihan balet." Ucapku menjelaskan.

"Dara suka nari balet. Kan mas Adit udah ngasih vitamin buat Dara. Jadi Dara gak akan gampang sakit."

Aku menghela napas. "Ya udah, pokoknya kamu jaga kesehatan terus."

"Siap bos !" Dia mengangkat tangannya, memberi hormat. "Mas, Dara latihan lagi ya. Bentar lagi selesai kok." Ucapnya lalu kembali ke arah sekelompok teman-temannya.

Aku kembali memperhatikan Dara yang mulai menari balet, badannya lentur sekali. Dia terlihat semakin cantik saat melangkah, berputar-putar dan melompat sesuai dengan gerakan balet dan irama musik.

Sejujurnya aku memang sangat suka melihat wanita yang sedang menari balet. Namun pengecualian bagi Dara. Aku tidak mau dia terlalu capek terus jatuh sakit.

Apalagi harus membiarkan dia menggunakan pakaian khusus menari balet yang membuatnya terlihat semakin cantik dan sedikit...sexy.

Dengan warna kulit yang putih bersih membuatnya terlihat bersinar di antara teman-teman yang lainnya.

"Astaga, Dara !" Seru beberapa orang teman Dara.

Aku menoleh dan mendapati Dara yang sedang jatuh terduduk. Dia terlihat kesakitan sembari memegang pergelangan kakinya. Aku sontak berlari kearahnya.

"Mas, sakiiit." Rengeknya.

"Jangan di apa-apain dulu." Tegurku.

Aku menggendong Dara lalu membawanya ketempat dimana tadi aku menungguinya. Dan mendudukkannya disana. Lalu mulai memeriksa kakinya.

"Kaki kamu terkilir. Gak papa. Nanti juga sembuh." Ucapku setelah memeriksa dan sedikit memijitnya.

"Tapi sakiit." Dia masih saja merengek.

"Kalau gitu besok-besok gak usah latihan balet lagi."

"Udah gak sakit. Ayo pulang mas. Dara mau istirahat dirumah aja."

Aku tersenyum tipis. Dara memang keras kepala. Entah apa yang membuatnya begitu kekeh untuk tetap berlatih balet.

"Baiklah. Ayo pulang."

Aku kembali menggendong Dara sampai ke mobil. Lalu melajukan mobil menuju rumah.


Bersambung ~


















0 comments:

Post a Comment

 

sikunin Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea