My Lovely Son

Oleh NindyKornelia

Sasha pov

"Sha, ayo. Ngapain berdiri disitu."

"Oh...iya..."

Aku melangkah mendekati mobil. Sosok wanita yang tadinya duduk di sebelah bangku kemudi sontak keluar saat melihatku.

"Aku duduk di belakang aja." Ucapnya.

"Gak usah. Aku aja yang di belakang." Ucapku tanpa bisa menghilangkan nada ketus.

Sungguh, aku kesal sekali sekarang. Apa sebenarnya yang ada di fikiran Bima. Bisa-bisanya dia menjemputku dan Bimo bersama wanita ini.

Aku membuka pintu belakang, lalu duduk disebelah Bimo yang masih tertidur. Aku menggeser posisiku agar Bimo bisa bersandar di lenganku.

Bima mulai melajukan mobilnya tanpa repot-repot mengenalkanku kepada wanita yang duduk disebelahnya. Aku melirik wanita itu yang seakan tidak nyaman berada semobil denganku.

Berkali-kali dia mencoba berbicara dengan Bima lewat tatapannya. Aku memilih mengabaikannya juga. Mengalihkan pandanganku keluar jendela.

Setidaknya pemandangan diluar lebih menarik dari pada dua sejoli ini.

Tidak butuh waktu lama, mobil Bima berhenti tepat didepan rumahku.

"Bim, bangun sayang. Kita udah sampe rumah." Aku menepuk pelan pipi Bimo. Mencoba membangunkannya.

"Gak usah di bangunin Sha." Tegur Bima.

Aku mengabaikan tegurannya. Peduli apa dia. Lebih baik urus saja wanita di sampingnya itu. Aku tetap berusaha membangunkan Bimo.

Perlahan-lahan matanya mulai terbuka. "Kita dimana Bun ?" Dia menolehkan wajahnya kearahku.

"Dirumah Bim."

Pintu mobil di sebelah Bimo terbuka. Bima mengulurkan tangannya ke arah Bimo. "Sini ayah gendong." Ucapnya.

"Aku aja yang gendong."

"Sha!" Tegur Bima.

Aku masih mengabaikannya. "Ayo sayang sini." Aku menarik Bimo agar bisa menggendongnya.

"Bunda sama ayah kenapa sih ?" Bimo mengerutkan dahinya. "Kenapa narik-narik Bimbim. Bimbim masih ngantuk !" Dia memberengut dibangkunya.

Bima menatapku tajam. Tatapan matanya seolah berbicara "apa yang kamu lakukan ?".

Aku menghela napas. Memilih keluar duluan. Aku tidak mau emosiku memuncak saat berada di depan Bimo.

Didalam rumah, aku langsung menuju dapur. Aku harus minum air dingin sekarang. Mendinginkan kepalaku yang mulai terasa panas.

"Aku udah anterin Bimbim ke kamarnya. Kamu kenapa sih ? Narik-narik bimbim gitu ?"

Aku menoleh, mendapati Bima yang menatapku dengan wajah datarnya. Aku membalas tatapannya dengan tatapan sinis.

"Kamu harus banget ya jemput aku bareng wanita itu ?" Tanyaku ketus.

Bima menaikkan sebelah alisnya. "Kamu cemburu ?"

Aku mengalihkan pandangan ke arah lain. "Engga ! Pulang sana. Aku mau istirahat." Usirku.

Aku melangkah ke depan, saat melewati Bima dia memegang lenganku. "Jangan kekanak-kanakan gini dong Sha."

Aku menarik tanganku. "Aku gak kekanak-kanakan ya Bim. Aku beneran capek !"

"Temenin aku keluar dulu. Aku mau ngenalin kamu sama seseorang."

Aku menghela napasku dengan kasar. Tidak cukup dengan membawa wanita itu, dia juga ingin mengenalkanku kepadanya. Bagus sekali.

Aku pasrah saat Bima menarik tanganku menuju keluar. Ternyata wanita itu berada di ruang tamuku sekarang. Dia sedang memainkan ponselnya.

Saat melihatku dengan Bima, dia sontak berdiri. Akupun sontak melepaskan tanganku yang tadi di genggam sama Bima. Takut wanita itu cemburu lalu menghinaku.

"Ren, kenalin ini Sasha."

Aku mengulurkan tangan duluan, sekedar basa-basi saja. "Sasha." Ucapku dengan datar.

"Renata kak." Ucapnya sambil tersenyum. Senyumnya juga terlihat sangat tulus. Dia semakin cantik saja saat tersenyum begini.

"Renata ini adik aku Sha." Sahut Bima.

"Oh." Ucapku datar. Saat tersadar akan sesuatu. Aku sontak berteriak. "APA ?? ADIK ?" Tanyaku,  memastikan apakah aku salah dengar atau tidak.

Aku menoleh ke arah Bima dan mendapatinya sedang tersenyum jahil. Sial. Sepertinya dia sengaja mengerjaiku dari tadi.

"Aku adik kandung kak Bima kak. Jangan jutek lagi yaaa." Renata nyengir, memperlihatkan deretan giginya yang rapi sambil mengangkat jari tangannya yang membentuk tanda peace.

Aku tersenyum salah tingkah. "Kakak gak jutek kok." Ucapku mengelak. "Kamu mau minum apa ? Biar kakak buatin." Tawarku, mengalihkan pembicaraan lebih tepatnya.

"Apa aja kak."

"Oke. Tunggu sebentar ya."

Aku melangkah ke dapur dengan tergesa-gesa.

Ya Tuhan.

Aku malu sekali !

***

Bima pov

Aku tersenyum sumringah sambil menggeleng-gelengkan kepalaku. Tidak habis fikir dengan sikap Sasha barusan.

Sungguh, aku tidak menyangka dia akan secemburu itu. Dia terlihat menggemaskan sekali. Rasanya, aku ingin menciumnya saja. Apalagi saat dia melotot ke arahku.

Tidak sia-sia mengajak Renata pulang bersamaku. Tadinya Renata ingin pulang bersama mama dan papa. Berhubung mamaku sudah bisa pulang dari rumah sakit.

Namun aku memaksanya pulang bersamaku. Aku memang berniat untuk mengenalkan Sasha kepadanya. Perlahan tapi pasti aku ingin Sasha mulai dekat dengan keluargaku. Dan Renata adalah orang pertama yang ku kenalkan.

"Gak usah senyum-senyum sendiri kak. Risih tau."

"Ganggu aja kamu dek." Sewotku. "Kamu tunggu disini ya, kakak ke dapur dulu nyusulin kakak ipar kamu." Aku menaikturunkan alisku.

Renata terkekeh pelan. "Kalo lagi kasmaran emang gitu. Gih sana susulin."

Aku melangkah ke dapur, mendapati Sasha yang sedang sibuk membuatkan minuman. Sepertinya dia ingin membuat orange juice. Dia memotong beberapa buah jeruk menjadi dua lalu memerasnya.

Aku berdiri tepat dibelakang Sasha, memiringkan sedikit wajahku. Dan berbisik di telinga kanannya. "Kamu terlihat cantik saat cemburu."

Sasha terlihat menegang. Namun dia dengan cepat rileks kembali.

"Aku gak cemburu ya. Gak usah kege-eran !" Ucapnya tanpa menoleh ke arahku.

Aku tau dia gugup. "Kamu yakin tidak cemburu ?" Ucapku masih dengan berbisik. Aku memberanikan diri melingkarkan tanganku di perutnya. Aku memeluknya dari belakang.

"Bim." Sasha menegang dipelukanku.

"Ya." Aku mengeratkan pelukanku. Menyembunyikan wajahku dilekuk lehernya lalu mencium aroma tubuh Sasha. Nyaman sekali.

"Lepasin Bim. Aku mau bikin minum dulu." Sasha mencoba melepaskan diri. Namun sia-sia karena tenagaku lebih kuat.

"Sebentar saja. Biarin seperti ini."

Setelah itu Sasha tidak protes lagi. Dia membiarkanku memeluknya dari belakang. Detik-detik yang kami lalui terasa berarti sekali. Aku tersenyum di lekukan lehernya.

"Kenapa tersenyum ?" Tanya Sasha.

"Kamu cenayang ya ? Bisa tau aku tersenyum."

"Kerasa kali Bim di leher aku."

Aku semakin melebarkan senyumku. "Aku lagi bahagia sekarang."

"Bahagia kenapa ?"

"Karena kamu cemburu."

"Hei, aku gak cemburu !"

Sasha mennyikutku, hingga pelukanku terlepas. Dia sontak membalikkan badannya dan menatapku dengan jengkel.

"Aku tegasin sekali lagi ya Bim, kalau aku gak cemburu ! Kamu aja yang kege-eran." Elaknya.

Aku menaikkan sebelah alisku. Lalu mencondongkan tubuhku ke arahnya. "Oh ya ?" Tanyaku. Aku meletakkan kedua tanganku tepat di sebelah Sasha.

Sasha menggeser badannya kebelakang. Dia menelan ludahnya dengan susah. "I...iya." ucapnya dengan gugup.

Melihat Sasha yang gugup seperti ini membuatku lupa dengan jarak kami yang sangat dekat. Bukannya menjauh aku malah semakin merapatkan badanku dan mencondongkan wajahku.

Entah dapat keberanian dari mana, aku menempelkan bibirku dengan bibir Sasha. Sasha melototkan matanya dan hendak mengeluarkan suaranya untuk protes.

Namun sebelum itu terjadi. Aku lebih dulu mengecupnya berkali-kali. Awalnya hanya kecupan-kecupan kecil saja. Melihat Sasha mulai memejamkan matanya, aku memberanikan diri untuk melumat bibirnya yang terasa sangat manis.

Bibir kami saling memagut satu sama lain. Beberapa saat kemudian aku melepaskan diri terlebih dulu. Memberi ruang kepada Sasha untuk bernafas.

Dia terlihat terengah-engah. Begitupun denganku. Aku menempelkan dahi kami. Menatap tepat ke manik matanya.

"Aku mencintaimu." Ucapku pelan nyaris berbisik.

Sasha menatapku tidak percaya.

"Bim." Ucapnya, suara Sasha sama pelannya dengan suaraku.

"Hm."

"Kamu serius ?"

Aku mengecup bibirnya sekilas, lalu kembali keposisi dimana dahi dan hidung kami bersentuhan. "Sangat serius. Aku mencintaimu Sha."

"Aku...aku..."

"Ssst. Tidak usah dijawab sekarang kalau kamu masih ragu." Aku mengelus pipi kirinya dengan tangan kananku.

Sasha menggeleng. "Aku akan menjawabnya sekarang."

"Jadi ?"

"Aku rasa, aku juga mulai mencintaimu Bim."

"Oh Terimakasih Sha." Aku mengecup bibirnya kembali dengan sekilas lalu memeluknya dengan erat.

"Terimakasih Sha. Terimakasih karena telah menerimaku."

"Aku sungguh mencintaimu." Ucapku lagi.

Bersambung ~



0 comments:

Post a Comment

 

sikunin Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea